Bisnis.com, JAKARTA - Pemilik Tesla dan orang terkaya di dunia, Elon Musk, mempertahankan posisinya di nomor wahid orang terkaya di dunia, meski mencatatkan kerugian paling besar.
Menurut Forbes, sebagai orang terkaya di dunia, Musk telah memegang posisi tersebut sejak Mei 2024 dan menjadi berita utama tahun lalu dengan menjadi miliarder pertama yang pernah melampaui kekayaan bersih US$400 miliar.
Kini, Elon Musk berdiri tegak dengan kekayaan US$391,1 miliar di posisi pertama orang terkaya di dunia, meskipun telah kehilangan sekitar US$20 miliar sejak perpecahan sengit antara miliarder Tesla tersebut dengan mantan sekutunya, Presiden Donald Trump.
Penurunan kekayaannya terjadi seiring dengan Tesla yang melaporkan kinerja keuangan yang mengecewakan dalam beberapa hari terakhir, termasuk penurunan harga saham hampir 7% pada Senin (7/7/2025), dan pengungkapan pekan lalu bahwa pengiriman kuartal kedua Tesla turun 14%.
Hal itu membuat Tesla tertinggal dari pesaingnya di Tiongkok, BYD, dalam penjualan kendaraan listrik. Imbasnya, saham Tesla telah turun sekitar 14% sejak awal Juni.
Perpecahan tersebut berakar dari penolakan Musk terhadap paket belanja yang disebut sebagai 'Big, Beautiful Bill' dari pemerintah AS, menandai perubahan luar biasa dalam peruntungan finansial hubungan Musk-Trump.
Baca Juga
Pengusaha teknologi tersebut sebelumnya telah menghabiskan lebih dari US$250 juta untuk membantu Trump terpilih.
Dukungannya awalnya terlihat berhasil, karena membawa Musk menjadi orang pertama di dunia yang memiliki kekayaan senilai US$400 miliar pada Desember 2024.
Musk juga memperoleh posisi berpengaruh sebagai kepala de facto inisiatif Departemen Efisiensi Pemerintah, atau DOGE, yang meneliti keuangan, data, dan personel di sejumlah lembaga pemerintah AS, termasuk yang berdampak pada perusahaan Musk.
Namun, keberhasilannya tercoreng dengan adanya kasus seorang pria meledakkan Tesla di luar hotel Trump di Vegas pada Januari dan dealer serta pengisi daya Tesla juga menghadapi serangkaian vandalisme dan dugaan serangan pembakaran.
Sekarang, ketika perseteruan Musk dengan Trump semakin dalam, dengan sang miliarder yang mengancam akan menantang mantan sekutu Republiknya dengan mendirikan partai politik baru.
Hubungannya sebagai pebisnis dengan Trump semakin memanas karena kebijakan Trump bakal berdampak banyak pada bisnisnya.
Bulan lalu, misalnya, Tesla secara terbuka meluncurkan armada robotaxi yang sayangnya dapat sangat terpengaruh oleh peraturan federal baru.
Sementara itu, SpaceX juga sangat bergantung pada kontrak dari pemerintah federal, dan telah berinvestasi besar untuk memasok pesawat antariksa bagi misi Mars di masa mendatang.