Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sosok di Balik BASF, Perusahaan yang akan Hengkang dari Proyek Baterai Rp42 Triliun di Indonesia

Profil pendiri BASF, perusahaan kimia asal Jerman yang berencana mundur dari proyek baterai kendaraan listrik di Indonesia
Sosok di Balik BASF, Perusahaan yang akan Hengkang dari Proyek Baterai Rp42 Triliun di Indonesia/BASF.com
Sosok di Balik BASF, Perusahaan yang akan Hengkang dari Proyek Baterai Rp42 Triliun di Indonesia/BASF.com

Bisnis.com, JAKARTA — BASF SE, pabrikan kimia asal Jerman, dikabarkan bakal hengkang dari proyek pabrik bahan baku baterai kendaraan listrik senilai Rp42,72 triliun di Indonesia.

Mengutip Bloomberg, proyek itu digarap bersama grup pertambangan logam asal Prancis, Eramet SA dengan nilai US$2,6 miliar atau setara dengan Rp42,72 triliun (asumsi kurs Rp16.431 per US$).

Rencana mundurnya BASF dari proyek tersebut dipicu oleh pertumbuhan penjualan kendaraan listrik yang melambat.

BASF menyebut bahwa ketersediaan baterai berbasis nikel yang berkualitas secara global telah meningkat sejak proyek ini dimulai. Perusahaan tidak lagi melihat perlunya investasi sebesar itu.

Berdasarkan catatan Bisnis, BASF dan Eramet telah menandatangani kesepakatan untuk melakukan kajian pengembangan pabrik high-pressure acid leaching (HPAL) dan base metal refinery (BMR) di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara, sejak 2020.

Profil Pendiri BASF

Mengutip laman resmi BASF, perusahaan ini dimulai ketika seorang asal Inggris, Henry William Perkin, secara kebetulan menemukan pewarna tar batu bara pertama, Mauveine, dan dengan demikian kemungkinan untuk menggunakan tar batu bara tersebut sebagai bahan baku pewarna sintetis pada 1856. 

Melihat kesempatan itu, Friedrich Engelhorn, yang saat itu merupakan tukang emas dan pengusaha pemilik perusahaan gas batubara di Mannheim, dengan cepat menyadari peluang untuk tar batu bara yang diproduksi perusahaannya. 

Friedrich Engelhorn lahir pada 17 Juli 1821 di Mannheim, di mana ayahnya adalah seorang pembuat bir dan pemilik pub. 

Saat usianya menginjak sembilan tahun, dia mulai bersekolah di dekat tempat tinggalnya, tetapi terpaksa meninggalkan sekolah tersebut empat tahun kemudian dan mengambil magang selama 3 tahun untuk menjadi perajin emas. 

Pada 1847 setelah menyelesaikan pelatihan sebagai perajin tradisional, yang membawanya ke Mainz, Frankfurt, Munich, Wina, Jenewa, Lyon dan Paris, Engelhorn membuka toko kerajinan emas di kampung halamannya.

Karena pergolakan ekonomi akibat revolusi pada 1848, bisnis pandai besinya mulai memburuk. Dia kemudian memutar otak dengan mendirikan mendirikan pabrik gas swasta bersama dua mitranya di Mannheim pada musim panas 1848, yang memproduksi dan menjual gas dalam kemasan yang digunakan untuk penerangan pub dan bengkel. 

Sosok di Balik BASF, Perusahaan yang akan Hengkang dari Proyek Baterai Rp42 Triliun di Indonesia

Karena pengalamannya dalam pembuatan gas, pada 1851 Engelhorn ditugaskan untuk membangun pabrik gas umum baru di Mannheim, yang kemudian membawanya menjadi manajer setelah pekerjaan tersebut mulai beroperasi pada Desember tahun itu.

Pada tahun 1861, dia mulai memproduksi zat warna merah fuchsine dan aniline, bahan dasar yang diperoleh dari tar batu bara. Namun dia mempunyai ide yang inovatif, yaitu membentuk satu perusahaan untuk seluruh proses manufaktur batu bara, mulai dari bahan mentah, hingga prekursor dan produk setengah jadi, hingga pewarna itu sendiri.  

Pada 6 April 1865, akhirnya dia mendirikan perusahaan “Badische Anilin- & Sodafabrik” (BASF) di Mannheim. Setelah upaya gagal untuk membeli tempat di sisi Baden Rhine di Mannheim, pabrik tersebut akhirnya dibangun di seberang tepi sungai di Ludwigshafen di wilayah Saxon, yang pada saat itu merupakan bagian dari Kerajaan Bavaria.

Usaha barunya kemudian menuai sukses besar dan segera menjadi perusahaan kimia yang penting. Dua tahun setelah pendiriannya, BASF sudah mempekerjakan lebih dari 300 pekerja. 

Hanya perlu beberapa tahun saja, perusahaan tersebut bisa menjadi perusahaan multinasional. Pada 1873 dia mendirikan kantor penjualan di New York. Tiga tahun kemudian sebuah lokasi produksi di Butirki dekat Moskow juga dibuka dan pada 1878 BASF mengambil alih sebuah pabrik Prancis di Neuville-sur-Saône.

Sejak awal, BASF terlibat dalam penelitian kimia. Atas nama Friedrich Engelhorn, pada 1868 perusahaan menunjuk ahli kimia Heinrich Caro sebagai kepala laboratorium pertama. 

Bekerja sama dengan profesor Carl Graebe dan Carl Liebermann dari Universitas Berlin, zat warna sintetis pertama, alizarin ditemukan. Akhirnya, pada 1869 penemuan terobosan ini dipatenkan di Prusia, Perancis dan Inggris.

Setelah menuai konflik, Engelhorn kemudian berpindah dari manajemen ke dewan pengawas BASF pada 1884 dan meninggalkan perusahaan setahun kemudian. 

Pada 11 Maret 1902 Friedrich Engelhorn meninggal di Mannheim. Kemudian pada 1957, departemen komersial baru BASF, yang merupakan gedung setinggi 101 meter dan merupakan landmark situs Ludwigshafen, dinamai dengan namanya, Friedrich Engelhorn.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper