Bisnis.com, JAKARTA - Jadi salah satu brand paling ternama dan dipakai banyak orang tak menutup kemungkinan sebuah perusahaan bisa terus berjalan mulus.
Nike salah satunya, melaporkan tengah menghadapi kesulitan keuangan hingga harus merumahkan ratusan bos.
Mengutip berbagai sumber, raksasa pakaian olahraga ini sedang berjuang secara finansial, dengan pendapatan yang melemah serta harga sahamnya terus anjlok. Nike juga mengalami kesulitan mengejar tren, setelah produk-produknya dinilai “basi” dan ketinggalan tren yang sedang berkembang.
Pada Februari, Nike mengumumkan PHK massal,merumahkan lebih dari seribu pekerja. Lalu pada April, perusahaan barang olahraga ini menyebut 700 pekerjaan yang dipangkas tersebut datang di kantor pusatnya di Beaverton, Oregon.
Media lokal The Oregonian baru-baru ini melaporkan bahwa 40% orang yang diberhentikan dalam PHK terbaru Nike adalah wakil presiden, direktur, atau direktur senior. Dari 700 PHK, 318 berada pada salah satu level tersebut. Sementara itu puluhan lainnya adalah asisten yang mendukung pekerjaan tersebut.
Sosok di Balik Nike
Di balik besarnya nama Nike yang kini mulai runtuh, ada sosok Philip Hampson Knight, seorang miliarder dari Amerika yang mendirikan Nike atas dasar kegeramarannya berlari hingga sempat atlet kampus saat masa kuliah.
Baca Juga
Knight lahir pada 24 Februari 1938 di Portland, Oregon, AS. Tumbuh besar di sana dia menempuh pendidikan di Cleveland High School dan melanjutkan pendidikan tinggi di University of Oregon.
Semasa kuliah, dia mencalonkan diri dalam program atletik dan lapangan Oregon yang terkenal, kemudian menjadi reporter olahraga untuk Oregon Daily Emerald dan masuk dalam anggota Phi Gamma Delta.
Sebagai pelari jarak menengah, Knight pernah mencetak rekor terbaiknya menempuk 1,6 km) dalam 4 menit, 13 detik, dan dia memenangkan piala universitas untuk lomba lari yang diikutinya pada 1957, 1958, dan 1959.
Knight memperoleh gelar bisnis (B.B.A.) pada 1959 hanya dalam waktu tiga tahun. Usai lulus kuliah, dia masuk sebagai anggota Komisi Cadangan Militer Angkatan Darat dan juga menjadi merupakan "Lulusan Militer Terhormat".
Setelah menjalani militer, dia melanjutkan pendidikannya di Stanford Graduate School of Business. Sebagai pelari, dia membuat penelitian terkait sepatu lari, yang kemudian membuatnya terjun ke dalam pembuatan dan penjualan sepatu lari. Dia kemudian lulus dengan gelar master di bidang administrasi bisnis dari Stanford pada 1962.
Namun, inspirasinya di dunia sepatu lari datang ketika dia berkunjung ke Jepang dan melihat sepatu lari bermerek Tiger dengan versi Asics, yang dibuat oleh Onitsuka Co. Dia terkesan dengan kualitasnya yang tinggi namun harganya terjangkau.
Dia akhirnya bertemu dengan pemilik perusahaan sepatu tersebut, Onitsuka, dan kemudian sepakat menjadikan Knight sebagai distributor resmi sepatunya di AS.
Setelah sukses mendistribusikan sepatu Onitsuka, dia akhirnya bertekad membangun bisnisnya sendiri. Dia bekerja sama dengan pelatihnya saat menjadi atlet lari di kampus, Bill Bowerman, untuk merancang dan memproduksi sepatu sendiri.
Keduanya sepakat bekerja sama sejak 25 Januari 1964, melahirkan perusahaan sepatu bernama Blue Ribbon Sports. Untuk fokus dalam usahanya, Knight meninggalkan pekerjaannya sebagai akuntan.
Setelah tujuh tahun berjalan, karyawan pertamanya Jeff Johnson memberinya ide untuk mengganti nama usaha sepatunya menjadi Nike, diambil dari nama Dewa Kemenangan dari Yunani. Nama toko sepatunya resmi dignati menjadi Nike pada 1971.
Bermodal US$500 dari masing-masing Knight dan Bowerman saat mendirikan perusahaan sepatu tersebut pada1964, kini keluarga Knight masih memegang 20% sahamnya yang nilainya sudah mencapai US$51 miliar per 2023.
Knight juga mundur dari jabatannya sebagai pimpinan Nike pada 2016 setelah 52 tahun membangun perusahaan sepatu tersebut. Saat ini dia menjadi salah satu miliarder dunia dengan kekayaan mencapai US$33,1 miliar atau setara dengan Rp533,6 triliun.