Bisnis.com, JAKARTA - Sederet pabrik perusahaan asing di Indonesia berencana tutup dalam waktu dekat, salah satunya pabrikan alat musik Yamaha.
Berdasarkan catatan Bisnis, ada dua pabrik Yamaha Music yang akan tutup. Pabrik pertama yang akan tutup adalah PT Yamaha Music Product Asia MM 2100 di Bekasi pada akhir Maret 2025.
Tutupnya pabrik Yamaha Music di Indonesia karena adanya penurunan pesanan di divisi piano, yang kini akan fokus diproduksi di China dan Jepang.
Dari penutupan tersebut, akan ada sekitar 400 tenaga kerja yang berpotensi terkena PHK.
Sementara itu, di pabrik kedua PT Yamaha Indonesia di Kawasan Pulo Gadung, diperkirakan akan berdampak para 700 orang karyawan.
Pendiri Yamaha Music
Mengutip laman resminya, merek dagang Yamaha berasal dari nama pendirinya, Torakusu Yamaha, yang memelopori produksi alat musik Barat di Jepang.
Baca Juga
Dia lahir dari keluarga anggota klan Kishu Tokugawa, yang sekarang menjadi Prefektur Wakayama. Torakusu sudah terpikat oleh sains dan teknologi Barat sejak dini, mulai dari teknologi jam tangan yang sedang populer di Osaka saat itu,
Dia kemudian menekuni pembuatan jam tangan, sambil belajar bisnis. Seiring berjalannya waktu, Torakusu mulai memperbaiki peralatan medis dan diundang untuk mengunjungi sebuah rumah sakit di Hamamatsu, Prefektur Shizuoka.
Langkah awalnya di dunia pembuatan alat musik dimulai ketika pada 1887, Sekolah Dasar Hamamatsu Jinjo mengundangnya untuk memperbaiki organ pompa. Dia setuju dan berhasil memperbaikinya.
Menyadari potensi bisnisnya, sambil memperbaiki organ, Torakusu membuat cetak biru untuk bagian dalam organ, kemudian membuat prototipe organnya sendiri.
Namun, organ tersebut sempat dikritik keras karena penyetelannya yang buruk. Tak gentar dan mulai dari nol, Torakusu mulai mempelajari teori musik dan penyetelan.
Setelah segala perjuangannya yang tampaknya tak ada habisnya, dia akhirnya dapat menyelesaikan organ tersebut.
Pada 1897 dia akhirnya mendirikan Nippon Gaki Co., Ltd. yang saat ini sudah menjadi Yamaha Corporation. Kemudian, dua tahun berikutnya pada 1989, perusahaan tersebut membuat logo bergambar "garpu tala" dan burung phoenix yang kemudian ditetapkan sebagai merek dagang perusahaan.
Pada 1949, perusahaan piano itu kemudian melantai di bursa Tokyo Stock Exchange, dan berkembang pesat hingga meluncurkan sekolah musik sampai membangun divisi penjualan motor.