Bisnis.com, JAKARTA -- Jumlah penduduk kelas menengah mendominasi di Indonesia. Sayangnya, tak sedikit pula yang perekonomiannya makn sulit dan harys turun kelas ke rentan miskin.
Di tengah ekonomi lesu, daya beli turun, penduduk kelas menengah makin tergencet dengan harga-harga kebutuhan sehari-hari yang semakin mahal.
Karena hal itu pula banyak kelas menengah yang lebih fokus menggunakan pendapatannya untuk konsumsi sehari-hari alih-alih menabung.
Tapi, ada hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dibeli oleh kelas menengah meskipun mampu untuk membelinya.
Menurut Warren Buffett, salah satu orang terkaya di dunia, dengan kekayaan bersih melebihi US$164,2 miliar, Buffett menjalani gaya hidup sederhana yang mencerminkan filosofi finansialnya. Dia menekankan pentingnya hidup sesuai kemampuan, menghindari pengeluaran yang tidak perlu, dan berinvestasi pada diri sendiri dan masa depan Anda.
Berikut ini adalah 5 hal menurut Warren Buffett yang tidak perlu dibeli oleh kelas menengah:
1. Mobil Baru: Aset yang Mudah Terdepresiasi
“Jangan simpan apa yang tersisa setelah belanja, tetapi belanjakan apa yang tersisa setelah menabung.”- Warren Buffett.
Salah satu nasihat Buffett yang paling konsisten adalah menghindari pembelian mobil baru. Dia memandang kendaraan sebagai aset yang mudah terdepresiasi dan kehilangan nilainya dengan cepat.
Mobil baru dapat kehilangan hingga 20% dari nilainya pada tahun pertama dan hingga 60% selama lima tahun pertama. Ini berarti mobil seharga Rp500 juta mungkin hanya bernilai tak sampai Rp200 juta setelah lima tahun.
Contoh kepemilikan mobil Buffett berbicara banyak. Dia terkenal mengendarai Cadillac DTS 2006 selama hampir satu dekade, dan baru menggantinya dengan mobil yang lebih baru atas desakan putrinya pada 2014. Pendekatannya terhadap kepemilikan mobil menekankan kepraktisan daripada status.
2. Langganan dan Biaya yang Tidak Perlu: Menguras Uang Secara Diam-diam
“Jika Anda membeli barang yang tidak Anda butuhkan, Anda akan segera harus menjual barang yang Anda butuhkan.” – Warren Buffett.
Di era digital saat ini, langganan dan biaya berulang dapat dengan cepat terakumulasi, sering kali tanpa kita sadari. “Penguras uang secara diam-diam” ini dapat berdampak signifikan pada kesehatan finansial kita dari waktu ke waktu.
Contohnya mungkin termasuk membayar layanan streaming yang jarang kita gunakan, keanggotaan pusat kebugaran yang tidak terpakai, layanan pengiriman, dan kemudahan lainnya.
Uang yang dihabiskan untuk keanggotaan pusat kebugaran yang tidak terpakai dapat dihemat. Manfaatkan fasilitas kebugaran gratis atau yang murah karena sama efektifnya jika diikuti secara konsisten.
Kuncinya adalah meninjau biaya berlangganan Anda secara teratur dan menghilangkan langganan yang tidak memberikan nilai riil bagi hidup Anda.
Buffett menghargai setiap sen yang dibelanjakannya dan tidak akan suka menyia-nyiakannya untuk hal-hal yang tidak memberikan nilai penuh jika digunakan secara konsisten.
3. Terus-menerus Pindah ke Rumah yang Lebih Besar: Jebakan Real Estat
Meskipun Buffett mengakui pentingnya kepemilikan rumah, dia memperingatkan terhadap tren terus-menerus membeli rumah yang lebih besar.
Praktik ini, yang umum di kalangan kelas menengah, dapat menyebabkan tekanan finansial dan menghambat akumulasi kekayaan jangka panjang.
Buffett memberi contoh dengan tinggal di rumah yang sama yang dibelinya di Omaha, Nebraska, pada 1958 seharga Rp500 juta. Pendekatannya terhadap perumahan menekankan kepraktisan dan hidup sesuai kemampuan. Pindah ke rumah yang lebih besar sering kali meningkatkan pembayaran kredit, pajak properti, dan biaya pemeliharaan serta utilitas yang lebih signifikan.
4. Barang Murah Berkualitas Rendah
“Harga adalah apa yang Anda bayar. Nilai adalah apa yang Anda dapatkan.” – Warren Buffett.
Pendekatan Buffett terhadap pembelian menekankan kualitas daripada kuantitas. Meskipun membeli barang yang lebih murah dan bermerek mungkin tampak lebih hemat biaya, tapi Buffett menyarankan bahwa pendekatan ini sering kali malah membuat pengeluaran jadi lebih mahal dalam jangka panjang.
Sarannya termasuk berinvestasi pada barang berkualitas tinggi yang tahan lama, baik saham maupun produk, mencari penawaran untuk produk yang dibuat dengan baik, dan merawat pembelian dengan baik untuk memperpanjang masa pakainya.
Filosofi ini berlaku untuk segala hal, mulai dari pakaian hingga peralatan rumah tangga. Dengan mengutamakan kualitas daripada kuantitas, Anda dapat mengurangi frekuensi penggantian dan menghemat uang seiring berjalannya waktu.
5. Berjudi: Kesalahpahaman Matematika
“Perjudian seperti tiket lotere adalah pajak bagi orang-orang yang tidak mengerti matematika.” – Warren Buffett.
Buffett secara konsisten mengkritik perjudian dan tiket lotere. Meskipun dia mengambil risiko yang diperhitungkan dalam bisnis dan investasi, dia memandang perjudian sebagai kesalahpahaman tentang probabilitas dan gejala dari harapan akan kekayaan instan daripada membangunnya secara sistematis melalui tabungan dan investasi.
Daya tarik kekayaan cepat sering menggoda mereka yang memiliki keterbatasan pendidikan finansial. Namun, Buffett menekankan pentingnya memahami peluang dan probabilitas.
Dia percaya bahwa uang yang dihabiskan untuk berjudi sebenarnya dapat diinvestasikan dengan lebih baik pada aset yang lebih mungkin menghasilkan keuntungan dari waktu ke waktu.