Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perempuan Lebih Rentan Kehilangan Pekerjaan Dibandingkan Pria Gara-gara AI, Ini Alasannya

Dibandingkan pria, perempuan lebih rentan kehilangan pekerjaannya, ini alasannya
pekerja professional - freepik/jcomp
pekerja professional - freepik/jcomp

Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah studi global mengungkap tren yang mengkhawatirkan, dimana perempuan menghadapi risiko lebih tinggi tergesernya pekerjaan karena kecerdasan buatan.

Organisasi Perburuhan Internasional atau ILO melaporkan perempuan tiga kali lebih rentan daripada laki-laki. Jabatan klerikal dan administratif, yang sebagian besar dipegang oleh perempuan, berisiko tinggi tersingkirkan karena AI. Bahkan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan lebih tinggi dalam perangkat lunak dan keuangan kini juga terancam.

Ketika kecerdasan buatan (AI) membentuk kembali industri dan mengotomatiskan tugas dengan kecepatan kilat, sebuah studi global baru telah mengungkap fakta yang meresahkan dimana perempuan tiga kali lebih mungkin kehilangan pekerjaan karena AI daripada laki-laki.

Studi yang dilakukan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), sebuah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, menunjukkan bahwa gelombang otomatisasi yang bergerak cepat ini lebih mengancam pekerjaan perempuan.

Di negara-negara kaya, sekitar 10% pekerjaan yang dipegang oleh perempuan berisiko tinggi digantikan oleh AI. Sebaliknya, hanya 3,5% pekerjaan yang dipegang laki-laki yang terancam AI. 

Menurut ILO, AI kemungkinan besar akan menggantikan peran klerikal dan administratif pekerjaan seperti juru ketik, petugas entri data, pembukuan, dan bahkan beberapa analis keuangan dan pengembang perangkat lunak. Posisi ini sering kali repetitif, berbasis aturan, dan sangat digital, menjadikannya target ideal untuk alat seperti AI generatif. Dan pekerjaan ini sebagian besar dipegang oleh wanita.

“Pekerjaan klerikal menghadapi risiko tertinggi dari semuanya,” kata laporan ILO. Ekonom senior Janine Berg menambahkan.

“Kita membutuhkan kejelasan dan konteks bukan hanya sensasi AI sehingga negara-negara dapat mempersiapkan pasar tenaga kerja mereka untuk masa depan yang lebih adil. Ini bukan hanya pekerjaan tingkat rendah lagi," paparnya.

Yang lebih memprihatinkan adalah bahwa AI mulai merayap ke bidang-bidang yang membutuhkan keterampilan lebih tinggi juga. Pekerjaan di bidang perangkat lunak, keuangan, dan media yang dulunya dianggap aman dari otomatisasi kini terancam karena semakin digital dan berbasis data. Artinya, bahkan perempuan yang bekerja di posisi dengan gaji tinggi dan menuntut kemampuan kognitif pun tidak aman dari dampak AI. Kesenjangan gender semakin besar

Pekerjaan yang relatif aman dari AI seperti pembersih, dokter gigi, pemain, dan pekerja sanitasi cenderung tidak dipegang oleh perempuan. Hal ini menciptakan ketidakseimbangan berbahaya yang dapat memperlebar kesenjangan yang ada dalam hal gaji, pekerjaan, dan kemajuan karier.

Marek Troszyński, salah satu penulis studi ILO, menyoroti pentingnya penelitian ini.

“Alat ini membantu mengidentifikasi di mana GenAI akan memiliki dampak terbesar, sehingga negara-negara dapat mempersiapkan dan melindungi pekerja.” ujarnya.

ILO mendesak pemerintah, pengusaha, dan organisasi buruh untuk mengambil tindakan sekarang. Tujuannya? Untuk memastikan AI membantu meningkatkan kualitas dan produktivitas pekerjaan tanpa meninggalkan perempuan. Teknologi tidak netral dan tanggapan kita pun seharusnya tidak netral

Inti dari studi ini adalah pesan yang kuat: AI tidak bekerja dalam ruang hampa. AI mencerminkan dan memperkuat struktur sosial yang ada—termasuk bias.

Jika kita tidak bertindak sekarang, AI dapat memperdalam ketidaksetaraan dalam angkatan kerja. Namun, dengan kebijakan yang cerdas dan inklusif serta perencanaan yang proaktif, kita dapat membentuk masa depan di mana teknologi mendukung kesetaraan bukan pengucilan. 

Revolusi AI telah hadir, dan mengubah cara kita bekerja. Pertanyaan sebenarnya adalah: Akankah kita membiarkannya memperdalam kesenjangan gender, atau akankah kita menggunakannya untuk membangun dunia kerja yang lebih inklusif? Jawabannya bergantung pada apa yang kita lakukan selanjutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper