Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menyulap Karung Goni Jadi Kerajinan Berkelas

Banyak orang memakai karung goni untuk membungkus buah, sayuran, dan beras. Hal ini membuat kain dari serat natural ini kurang bernilai. Namun, di tangan perajin yang tepat, goni bisa dipoles menjadi kerajinan tangan berkelas. Omzet yang didapat bahkan mencapai jutaan rupiah.
  Kreativitas jadi kunci dalam usaha kerajinan. / Bisnis.com
Kreativitas jadi kunci dalam usaha kerajinan. / Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -  Banyak orang memakai karung goni untuk membungkus buah, sayuran, dan beras. Hal ini membuat kain dari serat natural ini kurang bernilai. Namun, di tangan dua perajin ini, goni bisa dipoles menjadi kerajinan tangan berkelas. Omzet yang didapat bahkan mencapai jutaan rupiah.  

Salah satu pelaku usaha yang memanfaatkan karung goni secara maksimal adalah Raezika Radhina Puri, 24. Inspirasi untuk memulai bisnis ini datang kala Radhini bertemu dengan warga negara Jepang di sebuah pameran di Jakarta 3 tahun silam. Orang yang berasal dari negeri sakura tersebut memperlihatkan sebuah tempat pensil yang terbuat dari serat goni sintetis. Dari perjumpaan singkat itu, Radhina terpikir membuat kerajinan dari karung goni.

“Saya memang ingin membuat kerajinan dari bahan daur ulang. Saya melihat ada potensi dari karung goni. Selain itu, perajin yang menggunakan bahan ini juga belum banyak,” ujar lulusan Akademi Pariwisata Jakarta International Hotel ini.

Bersama ibunya, Madya P. Andang, dia membulatkan tekad untuk terjun di bisnis kerajinan tangan berbahan karung goni pada 2010. dia mengaku, modal yang dia keluarkan untuk merintis bisnis tidak besar yakni Rp100.000. Nominal tersebut dia gunakan untuk membeli beberapa lembar karung goni yang di dapat dari kampung halaman sang ibu di Jember, Jawa Timur.

Untuk jenis karung goni, dia mengungkapkan ada berbagai jenis serat goni yang bisa dipilih. Namun, serat yang bisa diolah menjadi kerajinan tangan adalah karung yang anyamannya rapat. “Kami gunakan karung goni untuk membungkus biji-bijian, tepung, atau gula. Seratnya lebih halus dan rapat sehingga mudah dibentuk,” katanya.

Bahan goni tersebut lantas dicuci hingga bersih. Agar bakterinya benar-benar hilang, Radhini menggunakan cairan disinfektan. Setelah dicuci bersih, bahan limbah tersebut dikeringkan dan dipotong menjadi lembaran-lembaran kain yang siap dibentuk.

Dari bahan-bahan tersebut, mereka membentuk kain menjadi kerajinan tangan a.l wadah kosmetik (pouch), tempat tissue, taplak meja, sarung bantal, tas, dompet, bros, hingga tutup galon. Semua produk ini masih diproduksi dengan teknik jahit konvensional (handmade). Bersama 5 orang pegawainya, Radhina bisa menghasilkan 1.000-an produk berbahan goni setiap bulannya. “Kapasitas produksi untuk tiap jenis produk beda-beda. Jumlah tersebut tergantung barang-barang yang laku di pasaran. Produksi terbanyak wadah kosmetik sekitar 500 buah,” katanya.

Kreativitas Radhina tak berhenti sampai di situ. Agar terlihat makin unik dan atraktif, dia sering memadupadankan bahan goni dengan beberapa bahan lain misalnya batik, tenun ikat, kulit, hingga batu swarowski. “Selain makin cantik, harga jualnya pun makin tinggi. Orang kadang sampai lupa kalau itu bahan goni,” ujarnya.  

Radhina mematok harga yang bervariasi untuk tiap produknya yaitu mulai dari Rp15.000—Rp1.5 juta. Dari harga tersebut, margin keuntungan yang diperoleh bisa mencapai 25%—40% per produk.

Melihat besarnya peluang yang bisa digapai, Radhina dan ibunya fokus untuk terus memperkenalkan produk mereka kepada masyarakat luas. Cara yang sering dilakukan adalah mengikuti ajang pameran, baik di dalam maupun luar negeri.  “Kami pernah pameran di China dan Dubai pada 2012. Alhamdulillah, respons pengunjung saat itu sangat positif. Produk kami ludes dalam waktu singkat,” katanya.

Berkat kreativitas dan kemampuan membaca peluang, Radhina dan ibunya bisa meraih kesuksesan. Limbah goni yang biasanya teronggok di gudang, kini berubah menjadi benda kreatif bernilai tinggi. Ketika ditanya target ke depan, Radhina ingin meningkatkan kualitas produknya agar bisa bersaing dengan barang impor. “Saat ini Indonesia sudah dijejali banyak produk-produk luar negeri. Saya ingin buktikan kalau perajin Indonesia juga bisa menghasilkan produk yang kualitasnya tak kalah dengan barang impor.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper