Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengintip Kekayaan Keluarga Mars dan Ferrero yang Meroket di Tengah Lonjakan Harga Cokelat

Kekayaan sejumlah keluarga Kerajaan Cokelat meroket lantaran kenaikan harga kakao. Di sisi lain, petani tetap tertindasB
Mengintip Kekayaan Keluarga Mars dan Ferrero yang Meroket di Tengah Lonjakan Harga Cokelat/bloomberg
Mengintip Kekayaan Keluarga Mars dan Ferrero yang Meroket di Tengah Lonjakan Harga Cokelat/bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga kakao akhir-akhir ini meroket imbas dari cuaca buruk yang menyebabkan semakin parahnya krisis pasokan. Namun, hal ini justru membawa keuntungan bagi para taipan di industri komoditas hitam manis ini. 

Bagi produsen cokelat terbesar di dunia, dengan tingginya harga kakao, mereka jadi mampu menekan biaya bahan mentah yang lebih tinggi.  

Keuntungan perusahaan-perusahaan coklat, dan kerajaan mereka, terus membengkak sedemikian rupa hingga melampaui PDB negara-negara penghasil kakao.

Menurut analisis Oxfam International, kekayaan kolektif keluarga Ferrero dan Mars misalnya, tercatat telah melonjak hingga US$160,9 miliar, melebihi jumlah PDB pusat kakao global terkemuka, Ghana dan Pantai Gading. 

Berdasarkan data Bank Dunia pada 2022 perekonomian negara-negara penghasil cokelat itu berjumlah sekitar US$144 miliar. 

Sementara itu, keuntungan dari penjualan coklat di Lindt, Mondelez, Nestlé, dan Hershey’s telah meningkat menjadi total US$6 miliar, dengan sekitar 97% pendapatan dikembalikan ke pemegang saham. 

Meskipun hal ini merupakan pertanda baik bagi para pembuat coklat, namun para petani kakao tidak seberuntung itu.

Pasalnya, Oxfam menilai selama ini pundi-pundi yang dihasilkan dari kakao hanya digunakan untuk keuntungan perusahaan cokelat dan membayarkannya kepada pemegang saham atau pemilik.

Sementara, petani tidak mendapatkan bagian yang adil, sehingga mereka tetap berada dalam kondisi sulit termasuk dalam mengais pendapatan untuk hidup sehari-hari, berinvestasi di pertanian mereka, menyekolahkan anak-anak mereka, apalagi mengembangkannya. 

Kesenjangan ini menggarisbawahi pergolakan yang berkepanjangan dalam industri kakao di mana perusahaan-perusahaan cokelat besar tidak berbuat banyak untuk memperbaiki nasib para petani. Keuntungan perusahaan cokelat terus meningkat karena para petani terus menghadapi kondisi yang sulit.

Permasalahan struktural lainnya yang melibatkan perantara di industri ini semakin memperumit rantai nilai kakao.  Rendahnya harga dan hasil panen memaksa banyak dari mereka menghentikan produksi kakao sama sekali. 

Kerajaan Cokelat

Jika kenyataan saat ini seperti di film "Charlie andThe Chocolate Factory", maka “Charlie” yang menjalankan pabrik coklat besar adalah kerajaan Mars.

Bisnis keluarga ini, yang didirikan pada 1911, kini menjadi perusahaan coklat terbesar di dunia, yang memproduksi penganan seperti Snickers, Twix, dan Skittles.

Menurut Bloomberg Billionaires Index, perkiraan kekayaan ahli waris generasi ketiga dan keempat berjumlah US$137 miliar. Enam anggota keluarga berbagi kepemilikan di perusahaan Amerika, dengan masing-masing perkiraan kekayaan mereka berkisar antara US$11,4 miliar hingga US$45,6 miliar.

Bisnis keluarga terdekat yang dibandingkan dengan Mars adalah Ferrero.

Kerajaan Ferrero Italia, yang memproduksi Nutella, Ferrero Rocher, dan Tic Tacs, adalah keluarga terkaya di negara tersebut—mengungguli grup fesyen dan otomotif mewah yang tumbuh di dalam negeri.

Berdasarkan catatan Bloomberg Billionaires Index, Giovanni Ferrero dan keluarganya memiliki kekayaan US$40,4 miliar. 

Ferrero adalah pembuat coklat terbesar kedua di dunia yang dikendalikan oleh grup induk Ferrero International yang berbasis di Luxemburg.

Kedua perusahaan itu mempunyai inisiatif untuk memastikan sumber kakaonya berkelanjutan dan memberi manfaat bagi komunitas petani.

Namun, belum jelas apakah raksasa cokelat itu berkontribusi dalam membantu komunitas petani di negara-negara penghasil kakao secara proporsional seiring dengan meningkatnya keuntungan, terutama di tengah krisis pasokan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler