Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

WIRAUSAHA WANITA: Kelompok Usaha Bersama Kenanga Berawal Dari Modal Rp6 Juta

JAKARTA: Semangat kaum perempuan memang selalu mampu menjadi tumpuan dan inspirasi  dalam berbagai hal yang kerap tidak dimiliki kaum pria. Contoh faktual itu ditunjukkan  Kelompok Usaha Bersama Kenanga yang berpusat di kawasan Sawangan, Depok,

JAKARTA: Semangat kaum perempuan memang selalu mampu menjadi tumpuan dan inspirasi  dalam berbagai hal yang kerap tidak dimiliki kaum pria. Contoh faktual itu ditunjukkan  Kelompok Usaha Bersama Kenanga yang berpusat di kawasan Sawangan, Depok, Jawa Barat.Sekitar 4 tahun lalu, Kelompok Usaha Bersama (KUB) tersebut terdiri dari 12 kaum perempuan ibu-ibu rumah tangga. Saat muncul inspirasi membuka usaha skala rumah tangga, maka demean kerendahan sikap, mereka setuju melakukan urunan modal.”Ketika itu kami sepakat memulai usaha dengan nominal Rp50.000 per orang. Saat itu terkumpul permodalan sebesar Rp6 juta, dan itulah modal pertama kami memulai usaha sehingga menjadi besar seperti sekarang,” kata Ketua KUB Kenanga , Rustiana.Produk yang dihasilkan kelompok usaha kaum ibu-ibu rumah tangga yang produktif tersebut focus pada makanan dan minuman. Adapaun bahan bakunya terdiri dari buah-buahan seperti belimbing, jambu merah dan rumput laut.Kreativitas kaum perempuan di sekitar Jl Sawangan Permai tersebut benar-benar teruji, karena mampu menghasilkan komoditas dodol buah dan sirup serta minuman segar siap saji. Kalauingin mencoba wingko dengan rasa khas jambu merah, maka KUB Kenangan siap menerima order.Tidak hanya wingko jambu merah yang dihasilkan. Usaha di bawah koordinasi Rustiana juga mampu menyajikan wingko dari belimbing. Karena itu KUB Kenanga dikenal dengan usaha produksi makanan oleh-oleh dari Depok.Secara tertib kaum ibu-ibu itu juga mempunai koridor sendiri terhadap komoditas yang diolah dan diproduksi. Rekan-rekannya secara spesifik ada yang memproduksi juice dari bahan baku belimbing, jambu merah. Kelompok lain memproduksi wingko dari jambu merah dan belimbing.Begitulah siklus bisnis dan produksi masing-masing dari kelompok tersebut sehingga bisa beranjak menjadi kelompok usaha mapan. Karena tidak memiliki divisi pemasaran, KUB Kenanga bertumpu pada pameran-pameran di Jakarta dan sekitarnya.”Kami belum memiliki kemampuan finansial memasarkan hasil olahan makanan dan minuman. Karena itu sukar melakukan diservikasi produk, namun masih bisa mengembangkan ke satu komoditas lain, yakni manisan yang terbuat dari belimbing dan jambu merah,” ungkap Rustiana.Untuk mampu eksis dalam usaha skala rumah tangga, kelompok itu kerapo dibantu oleh tenaga sukarelawan dari instansi pemerintah. Mereka menerima pelatihan secara cuma-Cuma untuk mendapat ilmu tambahan mengolah industri makanan.Kelompok ini bahkan mendapat fasilitas secara Cuma-Cuma berupa mesin penggiling pembuat dodol dari pembina tersebut. KUB Kenanga juga merasa terbantu ketika pemerintah provinsi Jawa Barat memberikan dana sosial sebesar Rp12 juta sebagai stimulant.Kaum ibu tersebut tidak lantas terlena dengan suntikan dana hibah dari pemerintah tersebut. Mereka lalu membentuk dua divisi usaha untuk mendukung operasional kelompok usaha yang mengutamakan kreativitas.Salah satu direalisasi dalam bentuk koperasi keuangan atau simpan pinjam dan koperasi penyuplai bahan produksi. Kedua koperasi sudah mampu menghasilkan margin, akan tetapi dengan mengedepankan kebersamaan, modal pada kedua divisi itu tetap terjaga.”Kami tidak menutupi kale ada anggota yang sungkan mengembalikan modal kerjanya dari dana Bansos, namun tidak mengurangi kebersamaan kami untuk terus berbisnis melalui industri skala rumah tangga,” tutur Rustiana.Adapun komoditas paling anyar yang telah masuk pasar modern hasil olahan KUB Kenanga adalah olahan makanan dari rumput laut. Produk yang telah dihasilkan adalah manisan rumput laut, dan menyusul dalam waktu dekat akan dihasilkan bakso rumput laut, dodol rumput laut  dan es krim rumput laut.Tentang omzet kelompok usaha yang dipimpinnya, Rustiana enggan bercerita, karena  menurut dia sudah cukup untuk memutar kembali roda usaha. Bagi kelompok usaha tersebut, modal usaha juga tidak perlu terlalu besar.Kondisi semacam ini bisa dilakukan, karena bahan baku yang umum dipakai tidak seluruhnya berasal dari grade A. Khusus bagi spesialisasi usahanya untuk industri juice, bahan bakunya bahkan lebih banyak dipakai dari grade C.Ketika belimbing diolah menjadi minuman juice maupun siap saji, ternyata rasa dari bahan baku grade A, B, dan C tetap sama-sama nikmat. Karena bahan baku grade C sering terbuang dan nilai jualnya juga rendah, maka kelompok usaha ini lebih memanfaatkan buah dengan kualitas C.Namun, kata Rustiana, cita rasa dan kualitasnya sama saja dengan buah belimbing yang diolah dari grade A. Nilai jualnya pun tidak terlalu mahal dan dianggap masih kompetitif dengan harga komoditas lain yang diolah secara pabrikan.“Ketika kami memetik dan membeli belimbing, sangat saying apabila grade C dibuang secara sia-sia. DIbantu Pembina, kami akhirnya mampu menghasilkan setiap produk demgan kualitas sama. Hanya membutuhkan kecermatan pada awal proses. Selanjutnya berjalan normal.”Pengolahan juice bahkan lebih awal dilakukan dengan produk dodol serta makanan lain. Dan satu kunci yang membawa keberhasilan pemasaran produk KUB Kenanga, bertumpu pada kemasan atau packaging setiap komoditas.Kemasan yang dipergunakan tidak kalah demean minimarket modern. Pemanfaatan kemasan untuk label dan botol juice siap minum maupun juice yang harus ditambah dengan air, sama menariknya dengan kemasan yang dipergunakan untuk komoditas dodol, wingko dan manisan.Di samping mengandalkan pameran sebagai sarana utama pemasaran, secara indvidu seluruh anggota KUB Kenanga juga berinisiatif memasarkan dengan sistem titip ke toko oleh-oleh. Untuk menjamin cita rasa, setiap produk dilengkapi demean masa kadaluarsa atau expired.Namun ada sesuatu yang membanggakan dari kinerja kelompok ini. Untuk dodol misalnya, sama sekali menghindari penggunaan bahan pengawet. Oleh karena itu masa pemasarannya maksimal hanya 30 hari.”Itu sebabnya anggota kami kerap menunggu order baru melakukan produksi. Jika tidak, kami bisa mengalami kerugian. Seperti umumnya pengusaha, kami juga masih berharap ada bantuan pemerintah untuk mengembangkan bisnis kelompok ini.”Bantuan tersebut bisa berupa fasilitasi permodalan ke sumber pembiayaan maupun berupa fasilitas sarana bagi peningkatan produksi. Secara khusus untuk meningkatkan pemasaran. Sebab, sistem yang menjadi andalan saat ini, menitipkan penjualan kepada mitra koperasi di Jabodetabek.Kecuali produk dari bahan baku rumput laut yang memang sudah masuk ke pemasaran ritel modern. “Brand produknya memang masih atas nama orang lain, namun kami bersyukur karena bisa melaksanakan produksi memenuhi kebutuhan perusahaan itu,” ujar Rustiana. (bas)  


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler