Bagi sebagian masyarakat, terutama di kota besar, memanjakan diri dengan melakukan berbagai perawatan tampaknya bukan lagi sekadar gaya hidup melainkan kebutuhan yang tak terelakkan. Padatnya aktivitas di kota-kota besar membuat tingkat stres masyarakat semakin meningkat.
Peluang inilah yang ditangkap sebagai prospek yang menggiurkan bagi para pebisnis untuk terjun dalam usaha spa. Di samping itu, sebagai bisnis jasa, keuntungan yang didapatkan tentu akan lebih tinggi dibandingkan dengan menjual produk.
Kemungkinan rugi pun kecil sebab pelaku tidak perlu memasok produk secara berlebihan. Yang terpenting bagi pelaku usaha ialah harus dapat menawarkan konsep kreatif dengan suasana yang nyaman serta terapis yang profesional. Pasalnya, terapis merupakan ujung tombak dari bisnis spa.
Tak heran, pelaku usaha yang menawarkan perawatan spa kini semakin menjamur, tidak hanya dikuasai oleh pemain-pemain besar seperti Martha Tilaar dan Mustika Ratu, tetapi juga pengusaha baru sekalipun.
Penawaran konsep pun semakin beragam. Sebut saja Anita Feng, pemilik Royal Garden Family Spa dan Reflexology, yang berani menawarkan spa dengan harga terjangkau
tetapi tetap memberikan layanan yang berkualitas.
Anita sadar di tengah kehidupan perkotaan yang semakin padat, banyak masyarakat yang membutuhkan perawatan relaksasi di spa. Sayangnya kebanyakan spa yang bagus justru mematok perawatan dengan harga yang mahal. Jika pun ada spa dengan harga yang relatif murah, suasana dan perawatan yang ditawarkan cenderung standar.
“Di sini saya melihat ada hidden need untuk spa berkualitas dengan harga terjangkau, karena itu saya ingin memuaskan kebutuhan para penikmat spa,” tuturnya ketika berbincang dengan Bisnis, beberapa waktu lalu.
Sebetulnya, wanita kelahiran Solo, 14 Juni 1981 ini bukanlah seorang yang memiliki keahlian langsung di bidang spa. Dia hanya penikmat spa. Namun, pada setiap perawatan yang dia lakukan hampir setiap minggu, ada saja terapi yang dirasa kurang dan perlu penyempurnaan.
Oleh karena itulah, wanita yang ketika itu masih bekerja sebagai bisnis manager di salah satu perusahan swasta ini mencoba terjun sendiri menjadi pelaku usaha spa dengan bermodalkan dana Rp100 juta pada akhir 2009. Modal awal itu digunakan untuk menyewa ruko satu lantai di bilangan Tebet serta membeli bahan baku dan renovasi.
Dengan pengalamannya menikmati setiap pemijatan di berbagai tempat spa, dikombinasi dengan masukan dari para trainer spa, Anita mulai memformulasikan gerakan untuk memijat seluruh tubuh. Ternyata, pemijatan yang dia ciptakan serta harga terjangkau yang ditawarkan menarik minat banyak masyarakat untuk merasakan perawatan di Royal Garden.
Konsumen tidak hanya dimanjakan dengan teknik pemijatan, tetapi juga ambience (suasana) bertemakan taman, terapis yang ramah dan handal serta aromaterapi dan musik klasik yang menambah kenyamanan relaksasi.
“Masyarakat banyak yang tertarik, lama lama semakin overload sehingga saya membuka ruko kedua, masih di sekitaran Tebet Barat tapi perawatan sudah mulai lengkap.”
Tidak hanya bermain dengan harga dan formulasi, pemilihan produk spa yang digunakan pun telah melalui proses uji dan riset yang mendalam. Pengalamannya sebagai lulusan Teknik Kimia di Universitas 11 Maret, serta pekerjaannya sebagai bisnis manager yang membuat formula produk, sangat membantu Anita mengembangkan bisnis ini.
Dengan berbagai strategi penawaran serta besarnya kebutuhan masyarakat untuk memanjakan diri ke spa, saat ini masing-masing gerai Royal Garden Spa di tiga lokasi disambangi sekitar 800 hingga 1.000 pelanggan setiap bulannya dengan lebih dari 3.000 pelanggan tetap. Transaksi rata-rata per orang sekitar Rp150.000 hingga Rp200.000 per kunjungan.
BIDIK SEGMEN KHUSUS
Perawatan berbeda ditawarkan oleh Lenywati pemilik Tirta Ayu Spa yang lebih mengkhususkan untuk memberikan perawatan pada organ intim wanita atau V Spa. Diakui olehnya, selama ini masyarakat hanya berfokus pada perawatan wajah dan tubuh.
Padahal, bagian kewanitaan pun perlu untuk mendapatkan perhatian khusus.
Memang sudah ada perawatan kewanitaan di beberapa spa melalui penguapan herbal atau ratus. Namun organ intim yang berada dalam kondisi asam dengan PH 3,8-4,5 memerlukan kehati-hatian untuk merawatnya. Sebab, ada pula obat spa yang sifatnya basa dan justru membunuh bakteri baik yang ada di area kewanitaan.
Oleh karena itulah, Leny yang pernah mengambil spesialis organ wanita tersebut menawarkan perawatan V Spa. Terdapat perawatan yang berbeda untuk setiap usia yang disesuaikan dengan kebutuhan serta tingkat PH pada masing-masing pelanggan.
Menurutnya, bisnis V Spa ini akan semakin prospektif ke depannya seiring dengan ke sadaran wanita Indonesia untuk menjaga kesehatan kewanitaannya. Omzet yang diraih pun saat ini sudah men capai ratusan juta.
“Saya punya satu misi tidak hanya untuk bisnis tetapi juga ke sehatan agar dapat menurunkan jumlah penderita kan ker serviks di Indonesia,” ucapnya.
Leny yang memulai usaha sejak 2008 lalu tidak hanya menawarkan pera wat an tetapi juga memiliki apoteker untuk membuat ramuan herbal khusus organ kewanitaan yang diramu sendiri dengan merek Tirta Ayu V Spa. Dalam 1 bulan produksinya mencapai 5.000 hingga 6.000 buah produk.
Usaha yang dijalankan Leny rupanya tidak hanya menarik minat para wanita Indonesia tetapi juga hingga ke luar negeri mulai dari Afrika, China, hingga Prancis. Untuk mengembangkan usahanya, dia pun mulai menawarkan dengan sistem waralaba.
Di luar pemain baru itu, PT Mustika Ratu Tbk adalah salah satu pemain yang sudah malang melintang dalam bisnis tersebut. Saat ini, Mustika Ratu sudah memiliki 27 cabang spa, 21 di antaranya dengan nama Taman Sari Royal Heritage Spa, dan enam lainnya menggunakan brand Java Princess Spa.
Presiden Direktur Mustika Ratu Putri K. Wardani mengatakan dari total 27 cabang tersebut, sembilan sudah dibuka di luar negeri antara lain Malaysia, Jepang, Bulgaria, dan Kanada.
Di setiap cabang spa yang dimiliki, Mustika Ratu mencoba mengadaptasi pe rawatan kuno dalam aplikasi perawatan sehari-hari. Konsep yang ditampilkan kental dengan nuansa tradisional. Sentuhan terapis yang andal dipadukan dengan aneka racikan rempah-rempah menjadi ciri khas yang memanjakan konsumen.
“Ciri khas kami di mana pun membuka gerai, kami selalu mengupayakan terapisnya dari Indonesia dan telah terdidik. Sebab kunci dari usaha spa ialah keunikan gerakan pijat dari terapis,” ucapnya.
Hal itu pula yang menjadikan Taman Sari Royal Heritage Spa, salah satu brand Spa Mustika Ratu, diakui dan terpilih sebagai 10 besar spa di Amerika Utara, tepatnya di Kanada pada 2010 lalu.