Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aruman, Tamatan STM Dengan 3 Perusahaan

Bisnis.com, JAKARTA - Kesuksesan tidak melulu diukur dari seberapa tinggi tingkat pendidikan yang dienyam oleh seseorang.

Bisnis.com, JAKARTA - Kesuksesan tidak melulu diukur dari seberapa tinggi tingkat pendidikan yang dienyam oleh seseorang.

Seperti halnya Aruman. Lelaki kelahiran 5 Maret 1970 ini hanyalah tamatan STM kini SMK, tetapi berkat kerja keras dan usahanya, kini dia telah memiliki tiga perusahaan sekaligus, masing-masing bergerak di bidang kontraktor, pendidikan, dan rumah sakit.

Mulanya, ketika baru menamatkan pendidikan STM Negeri pada 1989, Aruman bekerja sebagai pekerja kasar pada salah satu perusahaan kontraktor. Perlahan tetapi pasti, pekerjaan yang dilakoninya tersebut terus berkembang.

“Berbagai tahapan pekerjaan sudah saya lewati mulai dari buruh, tukang aduk semen, penjaga gudang, penanggung jawab lapangan, manager proyek, sampai pada 1997 setelah 8 tahun bekerja, saya pun diangkat sebagai direktur,” ucapnya ketika berbincang dengan Bisnis, Selasa (27/8/2013).

Meski menjadi seorang direktur, statusnya yang hanya lulusan STM membuat penghasilan yang diperoleh Aruman tidak sesuai dengan pangkat yang didudukinya. Setelah 6 tahun menjabat direktur, dia pun memilih untuk mengundurkan diri dari pekerjaan itu pada 2003. “Pangkat saya memang jenderal, tetapi gaji kopral.

Sudah menikah dan jabatan bagus tapi gaji yang saya dapatkan waktu itu hanya sekitar Rp1,1 juta. Mana cukup untuk menghidupi keluarga? Karena itu saya memilih resign untuk lebih mengembangkan diri,” jelasnya.

MODAL AWAL

Berbekal pengalaman serta jaringan yang dimilikinya selama bekerja di salah satu perusahaan konstruksi itu, Aruman lantas bertekad membangun sendiri perusahaan yang juga bergerak di bidang konstruksi pada 2004.

Modal awal yang dikeluarkannya kala itu hanya sekitar Rp11 juta yang digunakan untuk membuat akte perusahaan.

Pasalnya, untuk mendapatkan proyek dari perusahaan, dibutuhkan akte usaha. Di bawah bendera PT Biyan Awal Mandiri, Aruman yang ketika itu hanya dibantu oleh dua orang karyawan memberanikan diri mengikuti tender proyek salah satu perusahaan properti, Agung Sedayu Grup.

Tak dinyana, dia pun berhasil mendapatkan proyek untuk pengerjaan infrastruktur jalan dan saluran sebagai kontraktor langsung. Sadar bahwa modal yang dimilikinya untuk membangun proyek yang berada di Cengkareng tersebut minim, dia pun meminjam modal usaha dari rekanan.

Mendapatkan klien perusahaan besar membuat Aruman semakin giat dan terus melakukan berbagai perbaikan kualitas pekerjaan.

“Menjadi pengusaha itu yang penting modal keberanian, usaha yang keras, berdoa, dan meyakini bahwa usaha dan doa itu akan terealisasi.”

Dia pun gencar mencari dan mengikuti proyek sebanyak-banyaknya, serta melakukan berbagai negosiasi dengan perusahaan-perusahan besar lainnya. Dari berbagai proyek yang dikerjakannya kala itu, dia sudah berhasil meraup omzet hingga miliaran rupiah.

Tidak berhenti di situ saja, Aruman selalu memasang target tiap tahun agar bisnis yang dijalankannya terus berkembang. “Dari kontraktor, saya memasang target pada 2005 untuk mendapatkan proyek lebih banyak, dan 2006 saya menargetkan dapat mengembangkan bisnis pada bidang usaha lain dengan membuat yayasan di bidang kebidanan dan keperawatan,” ucapnya.

PENDIDIKAN

Aruman menyadari bahwa dia hanyalah seorang lulusan STM dan tidak sempat mengenyam bangku kuliah. Kondisi ini yang memotivasinya untuk membangun yayasan agar anak-anak di daerah Kuningan dapat memperoleh pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Dia pun membuat Yayasan Bhakti Husada Kuningan pada 2006.

Yayasan tersebut kini telah membawahi empat perguruan tinggi antara lain Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan, Akademi Kebidanan Brebes, Akademi Farmasi dan Keperawatan Kuningan, dan tiga Sekolah Menengah Kejuruan di bidang farmasi dan kesehatan.

“Kalau kontraktor, orientasinya untuk mencari profit, di sisi lain saya juga ingin bergerak di bidang sosial dengan membangun yayasan pendidikan, termasuk yayasan yatim piatu,” ucapnya.

Sampai pada suatu ketika, sang ibu jatuh sakit dan mengalami penyakit komplikasi. Aruman pun bertekad membangun rumah sakit sendiri untuk mengobati ibunya. Sayang, ketika rumah sakit tersebut telah terbangun, sang ibu sudah lebih dulu dipanggil Tuhan.

Rumah sakit ini dibangun di bawah bendara usaha PT Pilar Mandiri Kuningan. Aruman bersama dua orang rekannya membangun rumah sakit tersebut pada 2010 dengan modal awal Rp4 miliar.

Rumah sakit bernama Kuningan Medical Center tersebut dibangun di atas lahan seluas 7.200 meter persegi dengan bangunan 4.000 meter persegi.

Dalam pengoperasian rumah sakit, dia memberdayakan dokter-dokter yang ada di kawasan Kuningan dan sekitarnya. Adapun, perawat dan bidan sebagian merupakan alumni dari Yayasan yang dimilikinya. Pelayanan terbaik yang ditawarkan dan harga yang terjangkau membuat banyak masyarakat serta pasien-pasien terdahulu yang kembali ke sana untuk berobat.

Selain itu, untuk mempromosikan rumah sakit yang dimilikinya, pria berusia 43 tahun ini, aktif melakukan berbagai bakti sosial di setiap wilayah.

“Motto kami adalah pelayanan nasional harga tradisional. Artinya, kami akan selalu memberikan pelayanan secara profesional, tetapi harga yang dipatok tidak terlampau mahal,” tuturnya.

Misalnya saja untuk rumah sakit kelas 3 yang ber AC, tarif kamar yang dikenakan hanya Rp30.000, sementara itu kelas yang paling mahal Rp450.000. “Kalau untuk dokter dan
obat itu tergantung pada jenis penyakit masing-masing,” ujarnya.

Pelayanan terbaik yang diberikan tersebut membuat rumah sakitnya terus berkembang. Untuk itu, dia membutuhkan tambahan sarana dan prasarana yang dapat melengkapi kebutuhan di rumah sakit. Mulailah dia mengajukan pinjaman kepada Bukopin sebesar Rp1,5 miliar pada 2011 lalu.

Aruman menuturkan sebelum mengajukan pinjaman ke Bukopin, dia telah membuka rekening di perbankan tersebut. “Kebetulan ada fasilitas pinjaman usaha jadi saya memutuskan untuk menggunakan fasilitas tersebut,” ujarnya.

Dia juga menilai bahwa pemberian pinjaman dari Bukopin cukup mudah. Apalagi dia mengajukan untuk fasilitas rumah sakit sehingga lebih dimudahkan tanpa harus menunggu lama untuk mendapatkan kucuran kredit.

Saat ini, dari rumah sakit yang memiliki 112 tempat tidur tersebut, dia mampu meraih omzet Rp700 juta—Rp800 juta per bulan. “Keuntungannya agak sulit disampaikan karena kami memutarnya untuk memenuhi kebutuhan dan menutup biaya operasional,” terangnya.

Meski memiliki yayasan dan rumah sakit, ayah empat orang anak ini terus aktif menjalankan bisnis kontraktornya. Dibantu oleh 35 orang pegawai, bisnis kontraktornya makin berkembang.

Proyek yang dikerjakannya pun semakin bertambah dengan klien-klien raksasa seperti Summarecon, Indofood, Agung Sedayu, hingga Kalbe Grup. Proyek yang dikerjakan meliputi pekerjaan sipil untuk pembangunan properti, infrastruktur jalan dan saluran.

Dari sana, omzet yang diperolehnya pun terus meningkat. Pada tahun ini, pria yang hobi olah raga off road tersebut menargetkan bisa meraup sekitar Rp40 miliar—Rp60 miliar. Nilai tersebut meningkat signifikan dari tahun-tahun sebelumnya yang berada di kisaran Rp15 miliar.

“Dengan berbekal pengalaman, rekomendasi, dan kerja keras kami menargetkan tahun ini bisa meraih omzet Rp40 miliar—Rp60 miliar.”


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dewi Andriani
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Rabu (28/2013)

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler