Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antonius Gondo Meraup Rupiah dari Wayang Mini

Bisnis.com, JAKARTA - Sosoknya sederhana dan bersahaja, saat pertama kali saya menjumpainya pada sebuah acara pentas Drama Tari Golek Menak di Teater Kautaman, Gedung Pewayangan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), beberapa waktu lalu.

Bisnis.com, JAKARTA - Sosoknya sederhana dan bersahaja, saat pertama kali saya menjumpainya pada sebuah acara pentas Drama Tari Golek Menak di Teater Kautaman, Gedung Pewayangan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), beberapa waktu lalu.

Gondho Terompet, laki-laki murah senyum itu menyebutkan namanya sewaktu kami mulai berkenalan dan sejurus kemudian terjadilah perbincangan yang cukup menarik diantara kami, hingga belakangan saya tahu nama asli sebenarnya Antonius Gondho Wulantoro.

"Saya biasa dikenal dengan nama Gondho Terompet, meskipun usaha saya ini miniatur wayang. Karena saya dahulu salah satu pemain alat musik terompet dalam grup karawitan yang selalu mengiringi Ki Manteb Soedarsono setiap kali kesempatan pentas," ujarnya mencoba menjelaskan nama julukannya itu.

Selama perjalannya kurang lebih 17 tahun menemani dalang kondang asal Karanganyar, Jawa Tengah tersebut, yakni dari 1991 hingga 2008 melanglang buana dari pentas ke pentas, telah membuatnya semakin mencintai dunia pewayangan, termasuk segala pernak-perniknya.

Banyak suka duka yang telah dilewati selama 'nyantrik' dengan Dalang Ki Manteb Soedarsono tersebut. Hingga suatu saat, ketika berjalan-jalan di Malioboro Yogyakarta, Gondho mendapatkan ide berwirausaha berjualan miniatur wayang seperti yang digelutinya hingga saat ini.

"Dulu awal inspirasi saya setelah melihat beberapa miniatur alat musik, kendaraan, dan lainnya yang dijual di Malioboro, lalu kenapa wayang tidak bisa dibuat mini?," tuturnya bersemangat.

Setelah mendapatkan ide itu, Gondho mulai menghubungi beberapa teman yang ahli membuat wayang -- dirinya mengaku tidak bisa membuat wayang -- dan mencoba pesan untuk dibuatkan dua set wayang berukuran kecil atau mini.

Gondho kemudian mencari pembuat pigura yang bisa membuatkan papan pigura seperti yang diinginkannya.

Kemudian, dengan berbekal itulah, Gondho mulai menyusun miniatur wayang yang ditancapkan berjajar rapi dan di setting sesuai lakon yang diinginkan dalam setiap pembukaan pagelaran pewayangan dengan dibungkus pigura berkaca.

"Saat mulai usaha ini, waktu itu masih ikut Pak Manteb. Jadi kalau ada pentas, selain kerjaan saya mengiringi musik, saya juga membawa satu dua contoh produk untuk dipamerkan," ujar pria kelahiran Yogyakarta sekitar 40 tahun lalu itu.

Meskipun tidak langsung laku, namun semangat, keteguhan dan keyakinannya pada usaha tersebut, seiring berjalannya waktu telah membuahkan hasil dengan mendapatkan pembeli pertama, yakni seorang seniman Yati Pesek dengan harga sekitar Rp500.000, lalu menular kebeberapa seniman lainnya.

KELUAR DARI ZONA NYAMAN
Dari situlah, Gondho semakin yakin untuk memilih jalan berwirausaha, hingga pada 2008 memutuskan untuk benar-benar keluar atau tidak bergabung lagi dengan grup musik karawitan Manteb Soedarsono, dan memilih berwirausaha miniatur wayang.

Pada awalnya, jalan yang harus dilalui Gondho cukup berat, penjualannya sepi, banyak yang menganggap harga yang ditawarkan terlalu mahal, padahal tingkat kesulitannya pun tinggi.

"Dibalik usaha ini, saya tidak sendiri. Ada rantai industri lainnya yang ada dibelakang saya, seperti penyamak kulit, pengrajin wayang, pigura, kaca, dan lainnya. Dan saya tidak mungkin menjual karya seni dengan harga murah," tuturnya.

Namun, ketika perjuangannya di daerah -- Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, dan lainnya -- tidak membuahkan hasil yang diinginkan, terutama dari sisi daya beli, Gondho pun memutuskan untuk hijrah mengadu nasib di Kota Metropolitan, Jakarta, pada 2009.

Dengan mengandalkan sanggar, sebagai tempat tinggalnya, seperti saat ini mengaku tinggal di Sanggar Wayang Redi Waluyo, Kampung Makasar, Jakarta Timur, Gondho mulai total menjajakan hasil karyanya dari lokasi pagelaran ke pagelaran lainnya.

Hingga suatu ketika, pada sebuah Festival Wayang Dalang Cilik di Jakarta, 2009. "Waktu itu ada Ketua Reog Ponorogo memborong hasil karya saya, dalam semalam itu laku Rp10 juta, bagi saya itu luar biasa, dan telah mengantarkan saya untuk semakin dikenal," ujar pria lulusan Sekolah Menengah Kejuruan di Yogyakarta tersebut.

Kini, meskipun masih mengandalkan dari satu pentas ke pentas lain dan dari komunitas ke komunitas lainnya dalam memasarkan produknya, Gondho juga terbantu dari informasi mulut ke mulut dari para koleganya yang pada awalnya membeli barang kerajinannya terdahulu.

Sekarang, menurutnya, yang paling sering pesan dan beli ada beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), terutama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), tan Presiden RI Megawati yang selalu membawa kenang-kenangan Indonesia yang unik yang bisa dibanggakan saat bertukar cinderamata dengan tamu asing.

"Selain itu, dahulu Almarhum Taufik Kiemas (Ketua MPR), lalu, Jero Wacik, saat masih menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, juga sering memesan untuk dijadikan koleksi pribadi maupun barang bertukar cinderamata, dengan sejumlah pimpinan negara luar, seperti Usbekistan, Jepang, Swiss, Jerman, dan lainnya," ujarnya. (62). (Bisnis Indonesia Minggu)

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper