Bisnis.com, JAKARTA- Dimulai dari proyek mahasiswa wirausaha ketika duduk di bangku kuliah semester 3, Gigin Mardiansyah dan 7 orang temannya dibina oleh seorang dosen pembimbing untuk membuat sebuah karya wirausaha. Tercetuslah ide untuk membuat sebuah boneka.
Sebagai mahasiswa Jurusan Agronomi dan Agrikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), ia dan teman-temannya mencanangkan membuat boneka ramah lingkungan. Terciptalah nama boneka horta. Nama horta sendiri diambil dari holtikutura supaya lebih enak didengar dan gampang diucapkan. Terlebih konsep boneka ini menyasar kepada anak-anak.
Boneka horta merupakan metode menanam tanaman dengan media boneka. Bentuk boneka ini adalah tiruan dari hewan seperti kura-kura, sapi, babi, kelinci dan semacamnya, yang terbuat dari serbuk kayu atau limbah industri mebel. Untuk membuatnya, serbuk kayu tersebut dibersihkan, didaur ulang kemudian dibungkus dengan stocking tipis lalu dibentuk menyerupai hewan.
Pada kepala hewan tersebut, diberi bibit atau benih tumbuhan yang jika dirawat akan tumbuh subur menyerupai rambut.
Pada 2003, Gigin dan teman-temannya mengikutsertakan proyek boneka horta pada lomba Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional dengan suntikan dana dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) sebesar Rp4.750.000. Tak pernah disangka oleh Gigin, proyek tersebut mendapatkan sambutan baik oleh para juri sehingga mendapat medali emas atau dengan kata lain, juara pertama.
Dengan kemenangan yang dihasilkan, Gigin lantas tak berpuas diri dengan apa yang telah ia ciptakan dengan teman-temannya. Ia merasa perlu adanya keberlangsungan dalam menjalankan proyek boneka horta.
Selama 4 bulan, Gigin, dengan inisiatifnya sendiri, mencoba untuk menjajakan boneka horta di kawasan kampus IPB.
“Saya kuliah sambil jualan itu, Mbak, teman-teman gak ada yang maju, akhirnya saya sendiri saja yang menjual pada teman-teman kalangan kampus,” katanya kepada Bisnis belum lama ini.
Ini juga bukan hanya boneka biasa yang dijual di toko-toko boneka atau toko mainan, tambahnya, boneka ini lebih mengenalkan ke sisi edukasi dan juga turut dalam kampanye global warming.
Dengan modal sebesar Rp4,7 juta yang diberi oleh Dikti, ia menambah produksi boneka horta. Tak hanya hewan, ia berkreasi dengan boneka horta bentuk tokoh, profesi dan abjad.
“Latar belakang pembuatan boneka ini adalah untuk anak-anak, jadi sekarang saya tidak hanya berjualan di area kampus, tetapi ke taman kanak-kanak, sekolah dasar bahkan ke sekolah menengah,” ujarnya.
Lelaki kelahiran Purwakarta, 23 Maret 1984 itu yakin bahwa apa yang dijualnya ini akan memberikan manfaat kepada pembeli dan kepada dunia.
Ia mulai berjualan dengan mendirikan stand boneka horta di pameran-pameran anak sekolah semacam bazar. Ia meyakinkan guru dan orang tua siswa bahwa boneka horta adalah boneka pertama di Indonesia yang berhubungan langsung dengan lingkungan.
Konsep yang ia bangun adalah bagaimana mengajarkan anak untuk mengenal tanaman lewat sebuah boneka, bagaiman si anak merawat dan menyiram tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan subur.
“Biasanya tanaman kan dhanya ditaruh dalam media pot, sekarang kan bisa ditaruh di kepala boneka, dan boneka dapat disimpan di meja belajar, atau di kamar tidur. Dengan bentuk boneka yang lucu dan menarik, banyak anak-anak yang kian tertarik,” jelasnya.
Pada 2007, Gigin mulai mendirikan bangunan khusus semacam toko sebagai infrastruktur penunjang bisnisnya yang bernama Rumah Boneka Horta. Toko tersebut dibangun di kawasan kampus IPB, jl. Babakan Raya no 37 Darmaga, Bogor.
“Rumah boneka horta ini hanya berjarak 500 meter dari kampus IPB, saya memang sengaja membangun di daerah kampus, karena bagaimanapun boneka horta ini lahir dari proyek kampus, dan ini merupakan bentuk dedikasi saya terhadap almamater,” jelasnya.
Semakin hari, bisnis ini semakin terkerek dengan banyaknya permintaan. Gigin kini tak hanya menyasar kepada anak-anak tetapi kepada beberapa korporasi yang menjadikan boneka horta sebagai suvenir atau merchandise perusahaan.
Selain itu ia juga menawarkan kepada beberapa pihak atau eksekutif yang memiliki hobi atau kecintaan kepada tanaman dan lingkungan.
Kini tak hanya ada di Bogor, Boneka Horta sudah masyhur di beberapa daerah seperti Jakarta, Depok, Bandung, Karawang, Cirebon, Yogyakarta, Lampung, Padang, Medan, Bali hingga Sorong.
Untuk harga, Gigin tidak pernah bermain dengan harga tinggi. Harga patokannya hanya sekitar Rp5.000 untuk boneka kelas suvenir pernikahan. Ada juga suvenir yang dipatok harga Rp25.000.
“Semua itu tergantung dari tingkat kerumitan pembuatan,” katanya.
Boneka horta sebagai media pot dibagi menjadi 2 kriteria. Horta kecil dibanderol Rp7.500-Rp15.000, sedangkan horta besar dibanderol Rp20.000-Rp30.000.
Omzet yang diperoleh Gigin dari usaha ini mencapai Rp50 juta-Rp100 juta. Bahkan Gigin mengaku mendapatkan omzet hingga Rp1 miliar perbulan ketika boneka horta bekerja sama dengan acara Bank Ekonomi.
Membangun Kampung Horta
Menurut Gigin, omzet bukanlah satu-satunya hal yang penting. Bagiamana ia memberdayakan masyarakat sekitar juga dipandang penting oleh pria yang memiliki 2 anak itu.
Ia menyerahkan seluruh kegiatan produksi boneka horta di kampung Ciomas, Bogor. Disana banyak bermukim ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak yang putus sekolah. Kebanyakan dari warga disana adalah lulusan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
Dengan niat ingin memberdayakan masyarakat sekitar, Gigin fokus terhadap kesejahteraan mereka yang sudah dianggapnya sebagai karryawan dan keluarga,
Lelaki berzodiak aries itu juga membangun sebuah kampung horta yang bertujuan untuk pelatihan. Disini diadakan pelatihan ketrampilan terkait dengan lingkungan dan pertanian. Anak-anak diajarkan teknik menanan hidroponik, yaitu menanam tanaman tanpa menggunakan tanah tapi dengan media lain.
Dengan perkembangan boneka horta yang kain pesat, Gigin bukannya tidak pernah merasakan kegagalan. Pernah ia ditolak oleh beberapa sekolah karena mereka belum sepenuhnya mengerti konsep dari boneka horta. Mereka juga menganggap boneka horta dapat menyebabkan penyakit kepada anak karena tingkat kebersihan boneka yang diragukan.
Namun gigin mengaku semua itu dapat ditangkis dengan ketekunan bekerja.
“Jika pernah diremehkan atau direndahkan, jadiakan itu sebagai acuan untuk maju ke depan, dengan ketekunan. Ketekunan yang selalu dibarengi dengan pemikiran yang kreatif dan inovatif,” katanya.
Strategi pengembangan yang dilakukan Gigin adalah selalu mengembangkan produk dan menciptakn inovasi yang menarik. Terkadang permintaan khusus dari konsumen dapat menjadi salah satu masukan untuk berinovasi.
Selain itu, Gigin juga gencar memasarkan produknya dengan sistem online. Jejaring sosial macam facebook, kaskus, blog dan twitter menjadi favoritnya. Ia mengaku 70% pendapatannya diperoleh melalui sistem online.
Melihat peluang bisnis ke depan, Gigin memaparkan boneka horta akan tetap menjadi pilihan selama bumi masih panas, perlu adanya tanaman yang menyejukkan bumi dan mencegah pemanasan global lewat boneka horta.