Bisnis.com, JAKARTA - Memulai usaha dengan latar belakang pengetahuan yang sangat minim di bidang tersebut, bias mengakibatkan bencana. Itulah yang dialami Mosha di awal dia membangun usaha.
”Waktu itu saya belum tahu bahan apa yang bagus untuk celana jin. Saya pilih bahan yang terlalu tipis. Eh, jadinya malah mudah sekali robek, ibaratnya seperti sekali pakai langsung buang,” ungkapnya.
Untungnya saat itu pembelinya baru terbatas teman-temannya, sehingga mereka tidak mengajukan keluhan lebih jauh. Kapasitas produksinya yang dulu hanya terbatas 72 potong, perlahan-lahan ditingkatkan sejalan dengan kualitasnya.
Belajar dari pengalaman tersebut, Mosha jadi sedikit rewel apabila menyangkut soal pemilihan bahan. Sayangnya, pabrik denim di Indonesia saat ini masih belum berpihak pada pengusaha level pemula seperti dirinya.
Mereka lebih suka memenuhi pesanan dari produsen besar, sehingga bahan dengan kualitas yang diharapkan Mosha tidak selalu tersedia.
”Dengan demikian, tiap mau produksi saya harus sering blusukan ke pabrik-pabrik denim untuk mencari bahan yang sesuai kriteria. Kalau mau reproduksi model yang sama, agak susah karena bahannya belum tentu ada,” ujarnya.
Beberapa tipe celana jeans juga memiliki kriteria kain denim tersendiri, seperti skinny jin yang baiknya menggunakan denim tipe stretch supaya nyaman. Sementara itu, untuk tipe slim dan straight bisa menggunakan bahan yang sedikit lebih tebal.
Pada pertengahan tahun ini The Mommo Company mengeluarkan variasi produk baru, yakni 150 potong celana Chino yang sudah dilapis wax sehingga semi antiair.
Bahan untuk celana berwarna casual seperti cokelat ini juga harus dipesan secara khusus. Akhir tahun ini, ada pula lini baju atasan berbahan denim.
Maka dari itu, pihaknya sempat mencoba untuk membeli bahan denim impor dari pabrikan di Thailand, karena cara transaksinya lebih fleksibel walaupun hanya melayani pembelian yang relative sedikit.
Mosha sempat terpikir untuk terus mengimpor bahan dari luar negeri, tetapi terkendala biaya tambahan yang terlalu tinggi. Ke depannya, Mosha berharap dia dapat menjalin kerja sama dengan salah satu pabrik denim yang dapat menjamin suplai sesuai dengan kriterianya secara berkelanjutan.
Selain itu, dia juga berencana memiliki sebuah studio sendiri, ketika timnya bisa merancang dan menjahit produk mereka. Meskipun masih mengalami kendala suplai bahan baku untuk berproduksi secara berkesinambungan, Mosha cukup optimistis dengan usahanya ini.
”Jin ini produk fashion yang unik. Semakin belel, semakin disuka. Bahkan, ada yang tahan tidak mencucinya sampai setahun-2 tahun demi mendapat model belel tertentu. Jadi pasarnya akan selalu ada sampai kapan pun,” ujarnya.