Bisnis.com, JAKARTA - Siapa bilang seseorang tidak bisa kaya dari hobi yang dimilikinya? Asalkan dia mampu mengemasnya secara kreatif dan inovatif sehingga menjadi unik dan berdaya saing, hobi tersebut dapat menjadi sumber penghidupannya.
Seperti halnya Gainti Giadi, pemilik Gigi Art of Dance. Lahir dari seorang ibu yang berprofesi sebagai penari, wanita yang akrab disapa Gigi ini telah terbiasa dan sangat hobi menari sejak kecil. Dia pun kerap tampil di berbagai acara, bahkan pernah mengikuti misi-misi kebudayaan ke Belanda dan Taiwan karena kelihaiannya dalam menari.
Kecintaannya terhadap dunia tari, begitu diseriusi sehingga dia pun memilih melanjutkan pendidikan ke Lasalle College of The Arts di Singapura pada 2004 dengan penjurusan Seni Tari. Dari pendidikannya tersebut, wanita berusia 28 tahun ini mendapatkan berbagai ilmu dan pengalaman mengenai berbagai teknik tari, khususnya yang berorientasi pada tari modern atau kontemporer.
Ketika menjadi mahasiswa, wanita kelahiran 5 Oktober 1985 ini telah dipercaya mengajar tari di almamaternya tersebut. Setelah tamat kuliah pada 2007, dia masih aktif mengajar di berbagai kelompok tari termasuk tiga universitas di Singapura.
“Kemudian saya berpikir, kenapa tidak menularkan ilmu dan pengalaman saya kepada anak-anak Indonesia. Lalu 2009, saya kembali ke Indonesia dan dibuatkan studio tari oleh orang tua untuk membangun sekolah tari kepada anak-anak Indonesia.”
Berbekal pengalamannya mengajar di Singapura serta kreativitas dan pengemasannya yang menarik, Gigi dapat menetapkan biaya di atas rata-rata setiap kali menampilkan seni pertunjukan tari.
“Jadi saya tidak hanya menampilkan tari saja, tetapi ada konsep dan cerita di baliknya yang juga didukung oleh tata panggung, pencahayaan, dan teatrikal sehingga memiliki nilai lebih,” tuturnya.
Selain itu, dalam setiap tari pertunjukan yang ditampilkannya, Gigi biasanya mengemas seni tari tradisional dengan sentuhan kontemporer sehingga lebih modern tetapi tetap memiliki nilai budaya. Selain itu, dia juga mengembangkan seni tari yang dikolaborasikan dengan multimedia dengan kesan yang sangat modern.
Gigi mencontohkan, untuk pertunjukan seni yang membawa sekitar 15 penari, dia bisa dibayar di atas Rp20 juta. “Tetapi itu tidak selalu bisa lebih bisa kurang, tergantung dari durasi, konsep, dan negosiasi. Jika seminggu ada beberapa kali, ya sangat bisa hobi ini menjadi profesi yang menjanjikan.”
Dengan kreativitas yang dimilikinya, baru-baru ini, Gigi dipercaya untuk menampilkan seni pertunjukan di ajang Miss World dengan mengangkat tema Berkah Dewi Sri. Tari yang menggabungkan seni tradisional dan kontemporer yang dipadukan dengan kostum dengan sentuhan teknologi.
Gigi yang juga telah membentuk tiga unit usaha yang berorintasi pada seni tari ini juga dipercaya untuk merancang konsep tata seni panggung perhelatan Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) 2013 yang diselenggarakan pada 27 November hingga 1 Desember 2013.
Siapa bilang seseorang tidak bisa kaya dari hobi yang dimilikinya? Asalkan dia mampu mengemasnya secara kreatif dan inovatif sehingga menjadi unik dan berdaya saing, hobi tersebut dapat menjadi sumber penghidupannya.
Seperti halnya Gainti Giadi, pemilik Gigi Art of Dance. Lahir dari seorang ibu yang berprofesi sebagai penari, wanita yang akrab disapa Gigi ini telah terbiasa dan sangat hobi menari sejak kecil. Dia pun kerap tampil di berbagai acara, bahkan pernah mengikuti misi-misi kebudayaan ke Belanda dan Taiwan karena kelihaiannya dalam menari.
Kecintaannya terhadap dunia tari, begitu diseriusi sehingga dia pun memilih melanjutkan pendidikan ke Lasalle College of The Arts di Singapura pada 2004 dengan penjurusan Seni Tari. Dari pendidikannya tersebut, wanita berusia 28 tahun ini mendapatkan berbagai ilmu dan pengalaman mengenai berbagai teknik tari, khususnya yang berorientasi pada tari modern atau kontemporer.
Ketika menjadi mahasiswa, wanita kelahiran 5 Oktober 1985 ini telah dipercaya mengajar tari di almamaternya tersebut. Setelah tamat kuliah pada 2007, dia masih aktif mengajar di berbagai kelompok tari termasuk tiga universitas di Singapura.
“Kemudian saya berpikir, kenapa tidak menularkan ilmu dan pengalaman saya kepada anak-anak Indonesia. Lalu 2009, saya kembali ke Indonesia dan dibuatkan studio tari oleh orang tua untuk membangun sekolah tari kepada anak-anak Indonesia.”
Berbekal pengalamannya mengajar di Singapura serta kreativitas dan pengemasannya yang menarik, Gigi dapat menetapkan biaya di atas rata-rata setiap kali menampilkan seni pertunjukan tari.
“Jadi saya tidak hanya menampilkan tari saja, tetapi ada konsep dan cerita di baliknya yang juga didukung oleh tata panggung, pencahayaan, dan teatrikal sehingga memiliki nilai lebih,” tuturnya.
Selain itu, dalam setiap tari pertunjukan yang ditampilkannya, Gigi biasanya mengemas seni tari tradisional dengan sentuhan kontemporer sehingga lebih modern tetapi tetap memiliki nilai budaya. Selain itu, dia juga mengembangkan seni tari yang dikolaborasikan dengan multimedia dengan kesan yang sangat modern.
Gigi mencontohkan, untuk pertunjukan seni yang membawa sekitar 15 penari, dia bisa dibayar di atas Rp20 juta. “Tetapi itu tidak selalu bisa lebih bisa kurang, tergantung dari durasi, konsep, dan negosiasi. Jika seminggu ada beberapa kali, ya sangat bisa hobi ini menjadi profesi yang menjanjikan.”
Dengan kreativitas yang dimilikinya, baru-baru ini, Gigi dipercaya untuk menampilkan seni pertunjukan di ajang Miss World dengan mengangkat tema Berkah Dewi Sri. Tari yang menggabungkan seni tradisional dan kontemporer yang dipadukan dengan kostum dengan sentuhan teknologi.
Gigi yang juga telah membentuk tiga unit usaha yang berorintasi pada seni tari ini juga dipercaya untuk merancang konsep tata seni panggung perhelatan Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) 2013 yang diselenggarakan pada 27 November hingga 1 Desember 2013.