Bisnis.com, JAKARTA - Memulai bisnis tidak harus didasari oleh rencana yang matang. Terkadang peluang justru muncul dari hal sederhana, seperti hobi atau kesenangan.
Hal inilah yang dilakoni oleh Retno Ekasari. Berawal dari hobi membuat aksesoris untuk diri sendiri, perempuan yang akrab dipanggil Enno ini menjalani karier sebagai perajin aksesoris.
Perjalanan Enno di dunia perhiasan bermula ketika dia melanjutkan studi magister di Jakarta pada 2005. Untuk mengisi waktu senggang, Enno berkunjung ke pasar Jatinegara, Jakarta Timur. Di sana, dia membeli alat dan bahan untuk membuat perhiasan.
Modal yang dikeluarkan hanya Rp50.000 saja. Tidak disangka, salah satu teman satu kosnya ternyata menyukai perhiasan bikinnya Enno. Dari situ, dia sadar bahwa dari hobi ternyata bisa menjadi peluang bisnis yang potensial.
Sejak saat itu, Enno terus berkreasi untuk menghasilkan perhiasan untuk dijual kembali. Salah satu sumber inspirasi Enno adalah informasi tren dan ragam aksesoris yang beredar internet.
"Waktu itu, 2005, mailing list sangat booming di Indonesia. Saya mendapat informasi tentang handmade accessories dari teman yang tinggal di Jerman. Dia banyak kasih contoh tentang Wire Jewelry. Saya lihat di Indonesia belum begitu populer, makanya saya bertekat untuk mempelajarinya," ujar Enno.
Selain memproduksi lini aksesori sendiri dengan nama Aksyamala, Enno membangun komunitas yang diberi nama Rumah Kalung.
“Awalnya banyak konsumen saya yang mengeluhkan harga perhiasan buatan tangan terlampau mahal. Karena tidak mampu membeli, mereka malah minta saya ajarin agar bisa membuat sendiri. Dari pada membuat tempat kursus profesional, saya memi lih untuk membangun komunitas untuk tempat bertukar informasi. Belajarnya pun jadi lebih santai dan tidak harus serius,” kata Enno.
Enno mendirikan Rumah Kalung pada 2007. Perempuan yang memulai hobi membuat aksesoris sejak 2005 tersebut menggeluti teknik pembuatan aksesoris dari kawat atau wire working sebagai spesialisasinya.
“Saya lebih memilih wire jewelry karena produk ini memiliki karakteristik yang kuat. Kombinasi antara batu cantik dan lilitan kawat membuat perhiasan ini terlihat unik. Fleksibilitas kawat membuat perajin bisa menyesuaikan aksesori dengan kepribadian pemakainya,” ujar perempuan yang belajar membuat aksesori secara otodidak ini.
Enno tidak memiliki kantor khusus untuk menampung kegiatan Rumah Kalung. Perempuan yang tinggal di wilayah Bekasi ini sering kali menggelar workshop di area public misalnya restoran, kafe, atau coffee shop.
Cara ini, diakui Enno, lebih disukai oleh siswa karena kegiatan belajar menjadi lebih santai dan jauh dari kesan serius. “Satu hal yang selalu saya tekankan ke siswa adalah Rumah Kalung bukan sekolah, tapi tempat bermain. Saya ingin siswa merasa senang sehingga bisa berkreasi dalam membuat perhiasan.
Selain itu, untuk tempat dan waktu kursus saya ikuti jadwal siswa. Satu kali workshop biasanya 10-15 orang, sedangkan untuk kelas privat biasanya dua orang,” jelas Enno.
Untuk kelas, ada dua jenis level yang dia sediakan yaitu level dasar (basic) dan level lanjutan (advance).
Silabus level awal adalah perkenalan tentang cara membuat aksesori dan praktik membuat perhiasan sederhana sedangkan level lanjutan focus pada pelajaran tentang teknik-teknik dalam wire working. Biaya kursus bergantung kelas yang diambil.
Untuk kelas basic Rp200.000 dengan 2 jam pertemuan dan biaya kelas advance dipatok Rp500.000 untuk 5 jam pertemuan. Perempuan yang sering kali diminta menjadi pembicara untuk memperkenalkan wire jewelry ini menilai handmade accessories akan berkembang seiring dengan makin tingginya harga perhiasan emas dan perak di pasar.
Oleh karena itu, kesempatan bagi mereka yang ingin serius bermain di bisnis aksesori sangat besar, asalkan dibekali niat dan kemampuan berkreasi.