Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sayangi Lingkungan, Kantongi Untung Rp35 Juta/Bulan

Rasyid memproduksi tas praktis yang ramah lingkungan ini di daerah Pisangan Baru, Jakarta Timur. Dia telah menjalani bisnis tersebut sejak 2007 di bawah bendera CV Souvenir Online
Tas lipat ramah lingkungan
Tas lipat ramah lingkungan

Bisnis.com, Jakarta- Gaya hidup masyarakat modern yang serba instan membuat konsumen menggunakan kantong plastik sebagai kemasan karena praktis dan murah. Sayangnya, karena tak bisa didaur ulang, kantong plastik justru membuat masalah baru yakni menambah populasi sampah.

Menilik dari permasalahan tersebut, banyak pihak mulai menggaungkan jargon ramah lingkungan. Salah satu caranya adalah mengurangi konsumsi kantong plastik. Hal ini membuat tas berbahan dasar non-plastik naik daun. Contohnya, spunbond yang terbuat dari campuran kertas dan katun. Selain kuat menahan beban hingga bisa digunakan berkali-kal, material ini juga ramah lingkungan karena mudah hancur.

Berkaca dari hal ini, banyak produsen ingin meraih laba lewat popularitas tas spunbond. Salah satu pelaku usaha yang ikut kebagian untung adalah Rasyid, 31. Agar dilirik konsumen, dia tak hanya menggunakan bahan spunbond, tetapi membuat model tas yang menarik yaitu tas lipat.

Rasyid memproduksi tas praktis yang ramah lingkungan ini di daerah Pisangan Baru, Jakarta Timur. Dia telah menjalani bisnis tersebut sejak 2007 di bawah bendera CV Souvenir Online. Awalnya, konsumen minta dibuatkan tas berbahan kertas. Namun, karena permintaan tas spunbond terus meningkat, dia pun beralih menggunakan bahan tersebut. Spunbond memiliki kelebihan dibanding plastik dan kertas di antaranya murah, mudah disablon, gampang dibentuk, dan kuat.

Untuk model tas lipat, Rasyid mengaku terinspirasi dari beberapa perempuan yang dia temui di jalan. Perempuan yang ditemuinya tersebut membuka tas belanja yang bisa dilipat menjadi dompet. Dia lantas coba mendesain tas lipat dengan caranya sendiri. Setelah desain rampung, dia mengunggah gambar tas lipat buatannya di blog. Ternyata, banyak pengunjung blog yang suka dengan model tersebut dan minta dibuatkan tas lipat.

“Pada mulanya, konsumen pesan untuk keperluan pribadi. Jumlahnya tak banyak. Karena tak punya mesin, saya masih memberikan kepada beberapa produsen besar dengan sistem maklun. Namun, karena pesanan makin banyak, saya akhirnya membuka bengkel sendiri,” ujarnya.

Rasyid menyiapkan modal sebesar Rp10 juta untuk membuka tempat produksi. Modal tersebut dialokasikan untuk membeli mesin jahit, alat sablon, dan gulungan bahan spunbond. Dia menggunakan teknik jahit konvensional [handmade] agar bisa memenuhi semua permintaan mereka.

Rasyid mengungkapkan, pelanggan terbesar datang dari perusahaan atau korporasi. Mereka ingin dibuatkan goody bag yang diperuntukkan sebagai media promosi perusahaan. Selain perusahaan lokal, Rasyid pun kebanjiran order dari perusahaan asing.

“Saya sudah mengekspor tas lipat ke Jepang, Singapura, Australia, hingga Abu Dhabi. Perusahaan asing ini order ke saya karena harga relatif murah, tetapi kualitas tetap baik,” katanya.

Untuk kualitas tas, dia membedakan tas untuk ekspor dan konsumen lokal. Dia menggunakan bahan spunbond kelas satu dan kualitas jahitan yang rapi sesuai permintaan konsumen luar negeri. Perbedaan kualitas membuat Rasyid harus membedakan harga jual tas. Harga tas lipat untuk ekspor berkisar antara Rp7.000—Rp10.000. Sedangkan tas kualitas lokal dibandrol mulai dari Rp4.000—Rp7.000 untuk tas ukuran standar 30cm x 40cm.

Dalam sebulan, Rasyid mendapat permintaan tas lipat spunbond mulai dari 5.000—10.000 tas. Jumlah tersebut mengalami peningkatan menjelang akhir tahun.

“Banyak perusahaan yang memesan tas model baru untuk promosi awal tahun. Satu perusahaan bisa memesan hingga 5.000 tas. Jumlah tersebut diluar model yang kami buat untuk pasar ritel,” tambahnya.

Derasnya jumlah permintaan konsumen, membuat Rasyid mendulang untung. Hal ini karena margin keuntungan usaha tas lipat spunbond cukup besar yang mencapai  40%-50% per tas. Jadi, jika dia menerima pesanan 10.000 tas per bulan dengan harga rata-rata tas Rp7.000 rupiah, keuntungan bersih yang didapat Rasyid sekitar Rp35 juta tiap bulan.

Rasyid mengungkapkan, bisnis tas lipat yang dijalaninya saat ini masih memiliki prospek cerah untuk beberapa tahun mendatang. Meskipun saat ini banyak pesaing baru bermunculan, dia tak gentar untuk berkompetisi secara sehat.

“Pemain baru akan terus muncul. Namun, asal kita memberikan layanan memuaskan dan menghasilkan model baru, konsumen pasti akan loyal.” 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper