Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kisah Sukses Gilang Ramadhan: 5 Tahun Bangun 30 Sekolah Musik

Terus bermunculannya penyanyi dan group band baru di belantika musik Indonesia membuat industri musik lokal kian menggeliat.

Bisnis.com, Jakarta - Terus bermunculannya penyanyi dan group band baru di belantika musik Indonesia membuat industri musik lokal kian menggeliat.

Kehadiran mereka tak hanya meramaikan persaingan di Tanah Air, tetapi juga menginspirasi masyarakat untuk menggali minat bermusik mereka.

Berkat hal tersebut, banyak anak-anak muda yang tergerak merintis karier sebagai musisi profesional. Bukan itu saja, tingginya apreasiasi terhadap musik membuat banyak orang ingin bermain musik sekadar untuk menyalurkan hobi. Tak pelak, mereka membutuhkan institusi atau sekolah untuk mengasah bakat musik mereka.

Fenomena terebut membawa angin segar bagi pemilik sekolah musik. Bahkan, banyak musisi yang memanfaatkan kebutuhan masyarakat akan lembaga pembelajaran non-formal tersebut dengan membuka sekolah musik. Sosok dan nama besar mereka ternyata menjadi magnet bagi masyarakat.

Salah satu musisi yang membuka kursus musik adalah Gilang Ramadhan. Selain mahir memainkan drum, pria kelahiran 30 Mei 1963 di Bandung, Jawa Barat, tersebut di ternyata memiliki hasrat mengajar yang tinggi.

“Saya cuma bisa main musik. Spesifiknya saya hanya bisa main drum. Namun, saya ingin memaksimalkan kemampuan ini dan membagi ilmu yang saya miliki kepada orang-orang yang mau belajar,” ujar suami Shahnaz Haque ini.

Kariernya sebagai pengajar dimulai setelah dia lulus dari sekolah khusus drum di Los Angeles, Amerika Serikat, pada 1985.

Saat itu, dia membuka kelas privat bagi siapa saja yang ingin belajar menggebuk drum. Namun, aktivitasnya sebagai musisi sangat padat sehingga dia mengesampingkan pekerjaannya sebagai guru.

Sembari terus berkarya, Gilang memupuk mimpinya membangun lembaga pendidikan musik. Menurutnya, bisnis kursus alat musik memiliki potensi yang  besar.

“Saya ingin kembangkan musik sebagai kebutuhan atau suplemen bagi masyarakat, khususnya anak-anak. Makanya, bisnis ini akan terus berkembang selama ada sekolah dan orang yang ingin belajar main musik,” katanya.    

Setelah bertahun-tahun menggodok ide dan mengumpulkan modal, dia akhirnya membuka sekolah musik yang diberi nama Gilang Ramadhan Studio Band (GRSB) di Samarinda, Kalimantan Timur, pada 2008.

Dia memilih kota ini karena ingin masyarakat di daerah bisa menganyam pembelajaran seputar alat musik layaknya mereka yang tinggal di ibu kota.

Sambutan masyarakat terhadap GRSB ternyata sangat positif. Hal ini dikarenakan Gilang tidak memfokuskan kurikulum hanya untuk mempelajari teknis bermain drum. Justru, dia ingin memperkenalkan pengetahuan dasar yaitu rhythm dan ketukan.

“Siswa yang datang ke GRSB bukan cuma anak-anak atau remaja, tetapi juga orang tua. Siswa saya mulai dari balita usia 1,5 tahun hingga kakek-kakek berumur 74 tahun. Yang penting mereka jadi senang karena main musik. Urusan bisa mahir atau profesional itu belakangan ,” katanya.

Meskipun awalnya fokus pada drum, Gilang melihat bahwa siswa-siswa di GRSB ternyata banyak di antaranya mereka yang tertarik untuk mempelajari alat musik lain.

Dia pun memanfaatkan peluang ini sebagai bentuk ekspansi bisnis. Hasilnya, GRSB juga menyediakan kursus alat musik selain drum di antaranya gitar, piano, keyboard, bass, bahkan latihan olah vokal.

Selain menambah variasi alat, bentuk ekspansi bisnis lain dia wujudkan lewat program yang lebih spesifik yaitu kelas profesional. Program tersebut dilakukan untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang ingin mengasah teknik bermain drum.

Dia lantas membuka Gilang Ramadhan Drums Institute pada 2012 di Pondok Kacang, Tangerang. “Berbeda dengan GRSB, di sini saya sering membuat coaching clinic yang diisi drummer profesional. Siswanya adalah anak-anak muda yang ingin jadi terjun ke industri musik,” ungkapnya.

Buka peluang kerja sama

Popularitas GRSB yang kian menanjak ternyata membuat roda bisnisnya kian berputar. Selain jumlaah siswa yang terus bertambah, Gilang pun kedatangan tawaran kerja sama dari masyarakat yang tertarik untuk membuka cabang GRSB di daerah mereka. Dari situ, dia berpikir untuk membuka peluang kerja sama dengan masyarakat.

Meskipun berorientasi membangun bisnis, Gilang tak memilih mitra dengan asal-asalan. Ada syarat khusus yaitu memiliki visi dan misi yang selajan dengan GRSB yaitu mengedukasi siswa.

“Sebelum sepakat untuk melakukan kerja sama, saya harus lihat visi dan misi calon investor. Kalau tujuannya untuk cari keuntungan mohon maaf, saya tak bisa terima,” katanya.

Menilik dari segi investasi, bisnis sekolah musik tentu membutuhkan modal yang cukup besar. Modal tersebut digunakan untuk menyediakan tempat, membeli alat-alat, sound system, dan lainnya.

Ketika ditanya soal nilai investasi, Gilang tidak bisa menyebutkan nominal yang pasti. “Nilai investasi GRSB ditentukan oleh lokasi dan kelengkapan fasilitas musik untuk tempat kursus. Yang penting visi sama, setelah itu bisa ngobrol lebih lanjut,” paparnya.

Berkat tujuan yang fokus, GRSB kini tumbuh berkembang menjadi salah satu sekolah musik besar di Indonesia. Di usianya yang baru menginjak 5 tahun, GRSB sudah memiliki 30 cabang di antaranya Jabodetabek, Solo, Yogyakarta, Semarang, Padang, Medan, hingga Menado.  Dengan cabang yang begitu banyak, GRSB kini memiliki lebih dari 3.000 siswa.

Banyaknya cabang GRSB tak ayal membuatnya harus bekerja ekstra keras untuk mengawasi tempat kursusnya. Salah satu solusinya adalah dengan mengaplikasikan teknologi untuk memantau kondisi di masing-masing cabang.

“Syarat agar bisnis sehat ya dengan mengawasinya. Kendala yang saya temui adalah cabang GRSB itu ada banyak sekali, jadi saya kesulitan untuk memantau satu per satu. Akhirnya, saya berpikir untuk memasang kamera di setiap cabang,” ujarnya.

Selain itu, Ekpansi bisnis yang dijalankannya saat ini menuntutnya untuk selalu mawas diri. “Istri saya bilang, saya harus hati-hati menjalankan bisnis karena saya tak hanya menghidupi diri saya dan keluarga, tetapi orang-orang yang bekerja di GRSB,” kata Gilang.

Kendati berhasil mengelola bisnis, Gilang tak meninggalkan aktivitasnya sebagai musisi. Dia mencoba membagi waktu antara bisnis, musik, dan keluarga.

Dia menuturkan, bisnis yang dia jalani memiliki keterkaitan dengan identitasnya sebagai musisi. Itu sebabnya, Gilang masih duduk di belakang drum untuk mengikuti perkembangan terbaru yang nantinya akan dituangkan ke dalam kurikulum GRSB.

Ketika ditanya apa targetnya untuk GRSB, dia berniat untuk memasukkan elemen musik tradisional ke dalam kurikulum GRSB di masing-masing daerah.

“Jenis musik perkusi dan tetabuhan yang ada di Indonesia sangat banyak. Ke depannya, saya ingin memperkenalkan musik-musik tersebut kepada siswa. Jadi, mereka tak hanya belajar musik modern, tapi juga mencintai budayanya sendiri.”


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor :

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper