Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Henry Koenaifi: Bisnis E-Money Harus Cuan

PT Bank Central Asia Tbk merupakan salah satu bank yang sejak awal menggeluti bisnis uang elektronik (e-money). Bank swasta terbesar di Indonesia ini mulai mengarahkan bisnis ke sektor transportasi, yang dinilai sangat prospektif untuk menangguk untung (cuan).
Henry Koenaefi, Direktur Consumer Finance BCA /bisnis.com
Henry Koenaefi, Direktur Consumer Finance BCA /bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk merupakan salah satu bank yang sejak awal menggeluti bisnis uang elektronik (e-money). Bank swasta terbesar di Indonesia ini mulai mengarahkan bisnis ke sektor transportasi, yang dinilai sangat prospektif untuk menangguk untung (cuan).

Baru-baru ini, Bisnis.com berkesempatan mewawancarai Henry Koenaefi, Direktur Consumer Finance BCA, di lantai 21 Menara BCA, Jakarta. Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana strategi pengembangan bisnis e-money di BCA?

Di negara mana yang e-money ini hidup dan cuan, tidak ada satupun yang untung. E-money yang hidup ya yang didukung oleh transportasi, seperti di Hong Kong dan Singapura.

Selama ini, sejak awal seolah hidup segan mati tak mau, karena kami masuknya dari merchant yang ternyata kebutuhannya tidak banyak. E-money kalau mau berhasil harus lebih sering keluar dari dompet, solusinya ya masuk ke transportasi itu.

Selain masuk ke kereta commuter line Jakarta, apalagi yang dibidik?

Kami sudah masuk ke TransJakarta, TransMusi, TransJogja, TransPekanbaru juga sudah masuk.  Flazz BCA juga menggarap sistem tiket elektronik di kereta api bandara Kuala Namu, Medan.

Prospeknya semua moda transportasi dari bus, kereta, MRT,  sampai tol, semua terintegrasi. Nanti yang di merchant hanya jadi gimmick saja akhirnya.

Bagaimana perjalanan Flazz BCA bisa menembus ke commuter line?

Rencana MoU dengan PT KAI Commuter Jakarta (KCJ) sudah sejak beberapa tahun lalu, namun pada 2008 hilang, lalu kemudian muncul lagi pada 2011 bersama KAI. Tapi rupanya waktu itu KAI bukan hanya tentang solusi pembayaran tapi juga ada kebutuhan pembiayaan, sehingga dipilih PT Bank Negara Indonesia (BNI). BCA tidak tembus juga.

Lalu diawali pada 2012, mulai ada pembicaraan antara Bank Indonesia (BI) dengan beberapa bank yang memiliki produk electronic money. Diskusi tersebut berkepanjangan juga sampai pada akhirnya kira-kira pertengahan 2013 Pak Jonan [Ignasisius Jonan, Direktur Utama PT KAI], menentukan tenggat waktu 1 Desember 2013 sudah harus sudah bisa beroperasi e-money di commuter line.

Proses dealing yang berkepanjangan menyebabkan KCJ memutuskan bahwa siapa saja yang bisa membantu mempercepat proses emoney dalam KCJ maka silakan duluan, nanti lainnya menyusul. Itu keputusan diambil pada Agustus, jadi hanya ada 4 bulan sampai realisasi.

Berapa nilai investasinya?

Investasi yang dibutuhkan oleh KCJ sekitar Rp200 miliar untuk membangun 5.000 pintu masuk, kerja sama dengan 7 bank dan Telkom. Tapi pada akhirnya nilai investasi kami sekitar Rp50 miliar, yang diganti dengan kontrak iklan selama 5 tahun.

Hitung-hitungan kami secara komersial masuk, apalagi kontrak iklannya lima tahun jadi win-win. Target penumpang commuter line sekitar 800.000 orang per hari, dan akan terus meningkat. Memanfaatkan berbagai macam media iklan di sekitar 70-80 titik di seluruh stasiun.

Cepat sekali prosesnya?

Intinya kesiapan teknologi. Itu permintaan Pak Jonan kira-kira Agustus, dan 1 Desember harus live. Kita siapkan semuanya, baik dari sisi teknikal termasuk media iklannya. Secara teknis sudah committed.

Yang tak kalah penting juga adalah reliability, aman, robust dalam pengertian ketika volume tinggi agar bisa tetap staminanya tinggi. Harus pastikan itu. BCA sekarang transaksinya 12 juta kali perhari untuk semua transaksi, terbesar transaksi banking dan ATM. Kami siapkan semuanya termasuk untuk mendukung ketika volume transaksi e-money semakin tinggi.

Volume makin besar, infrastruktur disiapkan betul. Kami mencoba selalu mengevaluasi infrastruktur terus. Kami ekspansi dengan size lebih besar tapi tetap jaga agar servis tidak turun.

Berapa transaksi e-money saat ini?

Transaksi sepanjang tahun 2013 secara frekuensi tercatat 13,8 juta transaksi, nilainya sekitar Rp415 miliar. Januari setelah commuter line masuk, transaksi per satu bulan saja sudah mencapai 1,9 juta transaksi, nilainya Rp41 miliar pada Januari saja.  Jumlah kartu 5,1 juta, target pertumbuhan rata-rata 20% saja.

Kuncinya ada di tempat top up, kita berupaya  mengamati untuk melihat kesulitannya dimana, apakah kesulitanmendapatkan kartu atau tempat top up. Kami sedang siapkan untuk bisa isi sendiri melalui kartu EDC, nantinya agar bisa dipasang di stasiun-stasiun. Kami juga pertimbangkan untuk memiliki mesin semacam dispenser untuk beli kartu dan sekaligus top up.

Kami serang ujicobakan 10 unit pada tahun ini. Ingin memastikan bahwa itu reliable baru dikembangkan lagi. Mesin itu teknologinya dari Korea, Taiwan, China, tapi beberapa didorong dari Eropa.

Berapa nilai investasi untuk pengembangan infrastruktur ini?

Capex untuk ini tidak terlalu besar, untuk mesin EDC saja readernya sekitar US$100-US$200 perunit. Saat ini ada sekitar 70.000 unit, akan ditambah jadi 100.000. Kalau mesin dispenser itu relatif lebih tahan lama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper