Bisnis.com, JAKARTA - Bulan Ramadan telah tiba. Bagi umat muslim, berkah bulan puasa yang datang satu kali dalam setahun tentu sayang untuk dilewatkan. Di samping berlomba mencari pahala, banyak pelaku usaha mencoba peruntungan demi mendulang berkah. Salah satu produk yang diminati masyarakat adalah perlengkapan ibadah, yaitu songkok atau kopiah.
Songkok merupakan salah satu kebutuhan ibadah bagi umat Islam di Indonesia. Tak hanya digunakan kala beribadah, penutup kepala yang populer disebut peci ini menjadi salah satu identitas nasional.
Seiring dengan berjalannya waktu, model kopiah terus berkembang. Jika dulu peci identik dengan warna hitam atau putih polos, kini banyak pelaku usaha menawarkan aneka bentuk, bahan, dan motif kopiah. Alhasil, permintaan konsumen akan penutup kepala ini terus meningkat. Terlebih di di bulan Ramadan atau menjelang lebaran.
Salah satu pelaku usaha yang sukses memproduksi peci adalah Wardhani. Di bawah bendera Al Barokah, pria asal Yogyakarta ini menawarkan kreasi peci rajut sejak 1999.
Alasan Wardani terjun ke bisnis ini lantaran melihat besarnya potensi bisnis yang bisa digarap. Kala itu, dia melihat belum banyak pelaku usaha yang fokus memproduksi peci untuk masyarakat muslim. “Padahal, jumlah umat Islam di Indonesia terbesar di dunia. Mereka pasti membutuhkan peci atau kopiah,” ujarnya.
Untuk menarik perhatian masyarakat, Wardani menawarkan produk peci unik. Jika biasanya penutup kepala tersebut terbuat dari bahan bludru atau kanvas, dia memproduksi peci rajut bermotif khas.
Berbeda dengan peci lain yang dibuat menggunakan mesin, proses produksi peci rajut masih dikerjakan secara manual alias menggunakan tangan. Tak hanya memanfaatkan benang rajut, dia juga menambahkan material lain, seperti kulit dan kain batik.
“Kombinasi antara motif rajutan, warna benang, kulit, dan kain batik membuat tampilan peci makin menarik. Konsumen banyak suka karena tampilannya unik,” tutur pria yang tertarik dengan dunia kerajinan tangan ini.
Kreasi peci rajut ini dibanderol dengan harga bervariasi. Wardani menjual produk Al-Barokah mulai dari Rp15.000—Rp40.000 per buah. Harga jual tersebut ditentukan dengan tingkat kerumitan pola rajutan dan material yang digunakan. Dari usaha ini, dia bisa mengambil keuntungan sekitar 10%—20%.
Wardani menuturkan awalnya dia hanya memanfaatkan benang nylon dan merajutnya menjadi peci. Namun, seiring berjalannya waktu, dia membuat kreasi peci nan inovatif.
Untuk model, dia selalu berkreasi sendiri. Jika ternyata modelnya bagus, peci tersebut akan diproduksi massal. Model yang paling laris saat ini a.l kombinasi peci rajut oval dan peci rajut lipat. “Karena disukai konsumen, ada beberapa pelaku usaha yang mencontek model peci rajut kulit. Oleh karena itu, saya jadi makin semangat membuat kreasi lain,” ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, produk Al-Barokah semakin dikenal masyarakat. Hal ini terlihat dengan banyaknya kapasitas produksi. Dibantu 40 orang karyawan, Wardani mampu menghasilkan 150 buah kopiah per hari atau 3.000 kopiah setiap bulan.
Wardani memasarkan peci rajut Al-Barokah melalui tokonya yang berlokasi di Bantul, Yogyakarta. Adapun, dia membangun toko online melalui situswww.pecirajut.com. Berkat toko di dunia maya, dia bisa mengirim peci rajut tersebut ke berbagai daerah di dalam dan luar negeri, misalnya Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Malaysia, dan Brunnei Darussalam.
Kendati banyak peminat, Wardani tak menampik ada kendala yang dia hadapi. “Produk peci rajut ini merupakan produk kerajinan tangan. Saya sering kali kesulitan mendapat pekerja yang handal,” tuturnya.
Soal peluang, Wardani mengatakan tren peci sejalan dengan perkembangan mode busana muslim pria. “Sekarang ini baju muslim pria sangat beragam. Banyak konsumen ingin tampilan mereka makin selaras dengan produk peci yang trendi. Oleh karena itu, pelaku usaha harus terus memantau tren dan selera pasar,” kata Wardani.