Apa hubungan perbankan, cinta dan film? Jawabnya adalah film Love and Faith.
Inilah kisah hidup pengembang Bank NISP (Nilai Inti Sari Penyimpan), yang sekarang menjadi Bank OCBC NISP, Karmaka Surjaudaja alias Kwee Tjie Hoei.
"Semoga sesuai dengan niat keluarga. Buku dan filmnya membawa manfaat bagi banyak orang. Baru saja bawa anak nonton," begitu kata Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP mengomentari film tentang ayah dan ibunya itu.
Film Love and Faith yang disutradarai oleh Benny Setiawan, hadir menyusul kesuksesan Habibie Ainun, Soekarno, Soegija, dan Sang Kyai, yang merupakan film biopik dari salah satu tokoh yang cukup berpengaruh di Tanah Air.
Mengambil pendekatan yang sama seperti ‘Habibie dan Ainun‘, Love and Faith memfokuskan kisahnya pada hubungan cinta Karmaka dengan Lim Kwei Ing yang diperankan oleh Laura Basuki.
Love and Faith berkisah tentang Karmaka Surjaudaja (Rio Dewanto) alias Kwee Tjie Hoei, kelahiran Tiongkok, hijrah ke Indonesia pada usia 10 bulan. Ia dibawa ibunya (Irina Chiu Yen Tan) untuk menyusul ayahnya, Kwee Tjie Kui (Ferry Salim), yang telah tinggal di Bandung.
Seperti banyak tokoh sukses lainnya, masa kanak-kanak dilaluinya dalam kesulitan ekonomi. Ketika Karmaka lulus SMA bersamaan dengan sang adik Kwee Tjie Ong (Dion Wiyoko), maka dia memutuskan untuk bekerja dan merelakan sang adik masuk jurusan kedokteran.
"Soal biaya jangan biar saya yang memikirkan, buat kamu yang penting bagaimana cepat selesai kuliah dan jadi dokter," kata Karmaka.
Sejak itulah pemuda tanggung itu bekerja membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Pekerjaan pertama Kwee Tjie Hoei adalah sebagai guru olah raga. Ia mengajar di sekolah Tionghoa bernama Nan Hua. Di sinilah ia berkenalan dengan murid perempuan bernama Lim Kwei Ing (Laura Basuki). Keduanya kemudian jatuh cinta.
Percintaan antara murid dan guru, tentu tetap berjarak. Apa lagi Lim Kwei Ing berasal dari keluarga Lim Khe Tjie, pemilik bank besar di Bandung. Namun akhirnya perjalanan cinta mereka berlabuh di pernikahan yang digelar pada 1959.
Malang tak dapat ditolak. Ketika masa peralihan kekuasaan Orde Lama ke Orde Baru, Lim Khe Tjie dicegah tak bisa kembali ke Indonesia. Ia tertahan di Hong Kong. Di sisi lain, bisnis Bank mengalami kesulitan besar di ambang pailit. Penyebabnya adalah banyak pengkhianat yang menggerogoti asetnya dari dalam.
Berbekal pengetahuan secara otodidak dari buku-buku peninggalan mertuanya, Kwee Tjie Hoei berhasil membenahi bank yang nyaris bangkrut itu.
Dia memukul mundur jajaran direksi nakal dan menggiring mereka diproses pengadilan. Kwee Tjie Hoei juga berhasil melepaskan Bank dari ancaman banyak pihak.
Sayangnya, kondisi ekonomi tidak berpihak pada mimpi besar mereka. Tahun 1965 terjadi kekacauan politik, ekonomi, dan keamanan.
Pemerintah harus mengambil kebijakan moneter menurunkan nilai uang Rp1.000 menjadi Rp1. Masyarakat panik, terutama mereka yang menabung uangnya di bank.
Dalam perjuangan membangun bisnis yang ditinggalkan sang mertua, Kwee Tjie Hoei mengalami tiga kali percobaan pembunuhan.
Akhirnya Kwee Tjie Hoei sukses menunaikan amanah sang mertua dalam membangun imperium bank. Kini bank tersebut memiliki asset lebih dari Rp100 triliun.
"Jangan mati harapan, karena harapan adalah bahan bakar kehidupan..." Itulah penggalan dialog Love and Faith.
