Bisnis.com, JAKARTA - Semakin pesatnya perkembangan industri fesyen dalam negeri, ikut menggerakkan bisnis lainnya yang menjadi pendukung produk pakaian, misalnya bisnis pembuatan label pakaian.
Label pakaian merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari produksi pakaian. Pasalnya label merupakan media branding yang menunjukkan siapa produsen yang membuat pakaian, sekaligus bisa menunjukkan kualitas produk tersebut.
Selain itu, label juga bisa menjaga produk dari pemalsuan desain atau model pakaian. Karena, setiap pakaian yang orisinal akan dilengkapi dengan label diproduksi khusus dan sulit untuk ditiru oleh para plagiator.
Untuk itu, meskipun kecil, label pakaian menjadi komponen yang sangat penting dalam produk fesyen, sehingga para produsen pakaian sudah pasti membutuhkan label pakaian.
Namun, tidak semua yang bergerak dalam pembuatan pakaian bisa memproduksi labelnya sendiri, bahkan ada yang sengaja mencari jasa pembuatan label agar biaya yang dikeluarkan lebih efisien.
Oleh sebab itu, bisnis pembuatan label pun semakin banyak dicari, dan menjadi bisnis yang menarik dengan omzet bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Subartie, Manager labelindonesia.com mengungkapkan semakin banyaknya masyarakat yang mencoba terjun ke bisnis fesyen dengan menggunakan brand sendiri, membuat permintaan terhadap pembuatan label pakaian juga terus tumbuh.
Hal tersebut menyebabkan peluang bisnis dalam bidang ini akan terus terbuka lebar. Apalagi, pakaian merupakan kebutuhan pokok yang sudah pasti menjadi barang yang wajib dimiliki setiap orang.
Dia juga menjelaskan, bisnis yang dimulai sejak 2012 itu diawali dari jasa pembuatan desain label pakaian, kemudian dikembangkan dengan bekerjasama dengan vendor pembuatan label pakaian yang sudah ada sebelumnya, sehingga tidak membutuhkan modal yang besar saat memulai usaha ini.
Labelindonesia.com menyediakan jasa pembuatan label pakaian dengan empat jenis, yakni woven damask, satin damask, satin printing dan nilon printing.
Proses pembuatan label tersebut diawali dengan penentuan desain yang diinginkan konsumen. Jika, pemesan belum memiliki desain maka labelindonesia juga memberikan jasa pembuatan desain label secara gratis.
Setelah itu, desain diproses untuk diaplikasikan pada label pakaian, kemudian proses produksi pun dilakukan.
“Sebenarnya pembuatannya tidak terlalu lama, cukup beberapa hari, hanya saja harus antre produksi sekitar 3-4 pekan hingga label siap dikirim ke pelanggan,” paparnya.
Untuk pembuatan label pakaian dari bahan woven damask dan satin damask dibanderol mulai dari Rp450.000 hingga Rp550.000, harga tersebut berlaku untuk minimal pemesanan 100 lusin atau 1.200 unit dengan ukuran standar 1,5 cm x 5 cm, serta penggunaan dua warna dasar label.
Sementara itu, untuk pembuatan label dengan bahan satin printing dan nilon printing minimal dipesan sebanyak 500 lusin atau 6.000 unit dengan harga sekitar Rp800.000.
“Harga yang ditetapkan berbeda-beda, menyesuaikan dengan ukuran, warna dan jumlah ordernya. Rata-rata setiap pemesanan berada pada kisaran Rp500.000 hingga Rp1 juta,” paparnya.
Adapun, rata-rata pesanan yang masuk ke labelindonesia.com setiap bulannya mencapai lebih dari 100 label merek pakaian, dengan kata lain omzet yang dapat dikantongi mencapai Rp50 juta-Rp100 juta.
Karena bisnis di bidang ini cukup menjanjikan, tak heran jika jumlah pesaing pun semakin menjamur. Untuk menyiasati hal tersebut,labelindonesia.com menentukan segmen pasar yang digarapnya, sehingga pemasaran bisa dilakukan secara optimal.
“Kami berusaha memberikan pelayanan dan kualitas yang terbaik, karena target market kami lebih mementingkan kualitas ketimbang kuantitas,” paparnya.
Untuk menjaring market tersebut, selain melalui websitelabelindonesia.com, Subartie bersama timnya juga memproduksi katalog yang berisi contoh produk dan bahan yang digunakan, kemudian disebarkan kepada calon pelanggan potensial.
Selain itu, labelindonesia.com juga berencana untuk membuka outlet di daerah Jawa Tengah atau Jawa Timur sebagai rencana ekspansi dan pengembangan bisnis, sehingga pasar yang disasarnya bisa semakin luas.
Meski demikian, Subartie mengakui pengembangan bisnisnya terganjal urusan alat produksi. Pasalnya investasi terhadap mesin pembuatan label pakaian relatif tinggi, sehingga tidak bisa secara mudah meningkatkan kapasitas produksi.
“Tapi kami masih optimistis bisnis ini masih bagus, selama industri fesyen juga terus berkembang,” paparnya.