Bisnis.com, TANGERANG—United States Agency International Development (USAID) mengusulkan agar pemerintah bersikap tegas dalam pengalokasian 30% kepemimpinan di perguruan tinggi dipegang perempuan.
Andrea Bosch, Chief of Party Higher Education Leadership and Management (HELM) USAID, berpendapat penetapan kuota seperti itu perlu dilakukan guna menggenjot partisipasi kepemimpinan perempuan di lingkup pendidikan tinggi.
“Selain itu juga perlu ada dana hibah dan penghargaan untuk memacu riset-riset dari perempuan di perguruan tinggi,” tuturnya dalam Forum Kepemimpinan Perempuan USAID, di Tangerang, Jumat (12/6/2015).
Dia mengemukakan sejumlah gagasan terkait isu minimnya kepemimpinan perempuan di lingkungan pendidikan tinggi. Tidak hanya soal kuota, dana hibah, dan penghargaan tetapi juga perlu dipergiat studi tentang kepemimpinan perempuan yang tergolong berhasil sebagai contoh studi.
Tidak cukup hanya mengandalkan hal bersifat pengembangan dan penguatan kecakapan diri perempuan, seperti pelatihan dan riset. Pemerintah juga harus hadir setidaknya melalui alokasi pendanaan khusus untuk mengorong kepempimpinan perempuan.
“Sekarang masih ada pembatasan, dalam pengambilan keputusan masih didominasi lelaki. [Dari segi akademis] juga Cuma ada sedikit publikasi ilmiah dari perempuan ketimbang laki-laki,” kata Bosch.
Proporsi pengajar perempuan di institusi pendidikan tinggi di Tanah Air berkisar 21% - 72%. Adapun yang menjabat sebagai pemimpin di institusi masing-masing cuma 6% - 20%, ini yang digarisbawahi USAID.