Bisnis.com, JAKARTA -- Erna Suparno, pembuat danbo atau boneka kertas karton, sangat merasakan bedanya berbisnis offline dengan online. Ketika masih berbisnis offline, penjualannya tak pernah melebihi Rp1 juta. Saat menerapkan bisnis online, omzetnya naik drastis 300%.
Pengajar desain grafis di salah satu kampus swasta di Depok, Jawa Barat, ini menggeluti bisnis danbo sebagai sampingan sejak 2012.
Penjualannya tidak berkembang karena saat itu promosi pemasaran yang dia lakukan hanya dari mulut ke mulut dan ikut pameran.
Mulai Agustus lalu, dia mencoba pemasaran online di marketplace. Dia bergabung dengan Tokopedia dengan mendirikan toko maya bernama Nacitaluna.
Sejak dia memajang produk dan jasa pembuatan papercraft di etalasenya, perubahan pun langsung terasa dengan meningkatnya orderan.
“Dulu omzet saya tidak pernah nyampe Rp1 juta, sekarang bisa dapat Rp3 juta dengan margin laba 60%. Buat yang berbisnis sambilan seperti saya, itu lumayan sekali,” katanya sumringah.
Sebelum berjualan di marketplace, pria 27 tahun ini sempat mencoba berjualan secara online lewat aplikasi chatting seperti BBM.
Namun aplikasi chatting maupun media sosial seperti Facebook dia nilai tidak efektif. Kekurangannya karena broadcast berisi iklan promosi dari Erna sering dianggap mengganggu. Kemudian, daya jangkaunya pesannya pun terbatas hanya pada kenalan pribadi.
“Kalau via marketplace, selain memang tempatnya orang jual beli, saya juga bisa punya pembeli dari berbagai daerah di Indonesia seperti Kalimantan dan NTB,” jelasnya.
Erna hanyalah salah satu dari ribuan pelaku usaha yang kini mulai terjun memanfaatkan transaksi elektronik, khususnya lewat marketplace, yang mewadahi pembeli dan penjual.