Bisnis.com, JAKARTA -- Jika Anda tertarik untuk memulai bisnis kuliner berbahan dasar kelapa, jangan lupa dipastikan bahwa pasokan bahan baku bisa didapatkan dengan mudah dan memiliki kualitas yang baik.
Jangan khawatir, saat ini sudah banyak ditemukan pemasok kelapa muda, termasuk kelapa yang sudah dikerok, sehingga memudahkan pelaku usaha untuk mengolah bahan baku tanpa harus repot-repot mengupas kelapa.
Salah satu pemasok kelapa muda kerok adalah Yudi Abu Tazzaka, pria yang berdomisili di Bogor tersebut, menyediakan kelapa muda yang biasa digunakan sebagai bahan pembuatan es teler, klappertaart, dan produk kuliner lainnya.
Yudi mengklaim kelapa yang dipasoknya memiliki kualitas terbaik dengan hasil kerokan kelapa putih atau tidak kotor, serta tahan hingga satu bulan jika disimpan dalam lemari pembeku atau freezer meskipun tanpa bahan pengawet.
Kelapa kerok tersebut dibanderol dengan harga Rp40.000 per kilogram dengan minimal pemesanan sebanyak 30 kg. Setiap kelapa yang dipesan akan dikemas dalam plastik ukuran 1 kg dan dijual tanpa air kelapa.
Usaha yang sudah dijalakan Yudi sejak tahun 90-an itu sudah biasa memasok kepada pelanggan yang berada di daerah Jabodetabek dan Bandung, serta dipasarkan secara online melalui blog jual-kelapamuda.blogspot.co.id.
“Saat ini pelanggan kami sudah tersebar, mulai dari rumah makan, perusahaan produsen klapertaart, hingga penjual es kelapa muda,” katanya.
Adapun, pasokan kelapa muda didatangkan dari para petani kelapa di daerah Jawa Barat, sehingga pasokan barang dijamin bisa tersedia hampir setiap saat.
Daging Beku
Selain Yudi, pemasok kelapa muda lainnya adalah Didin yang memiliki usaha dengan nama Rajawali Kelapa Muda. Bisnis tersebut sudah berjalan sejak tahun 2000 dan memenuhi kebutuhan pelaku usaha di kawasan Bandung.
Didin mengatakan, saat ini dia menjual daging kelapa muda dalam kondisi beku dengan harga Rp31.000 per kilogram. Tiap daging kelapa muda dikemas dalam plastik ukuran 500 gr.
Pasokan kelapa muda didatangkan dari petani kelapa di daeah Tasikmalaya, karena hanya dari daerah tersebut dia bisa menemukan petani yang mau menjual kelapanya setelah disortir dan dipastikan kualitasnya baik.
“Dulu ngambil kelapa dari banyak daerah di Jawa Barat, tetapi karena sekarang cuacanya tidak begitu baik, kualitas dan kuantitas kelapanya juga menurun,” katanya.
Dahulu, Didin bisa menjual hinga 1,5 kuintal daging kelapa, tetapi saat ini jumlah tersebut turun drastis hingga di bawah 50 kg per hari. Hal itu disebabkan karena menurunnya jumlah permintaan dari rumah makan atau restoran.
“Mungkin karena kondisi ekonomi yang sedang tidak baik, banyak orang yang tidak berlibur, sehingga restoran dan tempat wisata sepi,” katanya.
Meskipun demikian, Didin percaya ke depannya bisnis yang dijalankannya akan kembali bersinar, seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia dan daya beli masyarakat.