Prospek Pasar Terbesar
Direktur Utama PT ANJ Agri Papua Handi Syarif mengatakan saat ini prospek pasar terbesar adalah industri produksi mie soun yang biasa digunakan oleh pedagang bakso. Makanan lain yang dapat menggunakan tepung sagu misalnya empek-empek, kue, biskuit, dan kerupuk.
“Perbedaan sagu dengan cassava [tepung singking], cassava itu industrinya sudah mapan. Industri sagu sebelumnya masih belum berkembang karena masa panen pohon sagu yang membutuhkan waktu 12 tahun, sedangkan cassava itu 3 bulan sudah panen,” terang Syarif.
Kendati demikian, khusus untuk di Papua, kasusnya pun menjadi lain karena pohon sagu sebagai bahan baku tersedia dalam jumlah melimpah. Hanya saja, memang selama ini infrastruktur di Papua belum terbangun dengan baik sehingga kurang menarik bagi investor.
Keberadaan pabrik tepung sagu diyakini akan secara bersamaan membentuk pasarnya sendiri. Istini menyebut perusahaan pada dasarnya ingin membangun industri sagu ini secara bertahap, tidak langsung berskala raksasa.
Perusahaan harus juga mempertimbangkan masyarakat sekitar yang sebelumnya bekerja tanpa terikat waktu, kini harus bekerja sesuai waktu dan manajemen yang berlaku. “Makanya kita hati-hati, kita bikin lining satu-satu. Agar tidak ada risiko pada manajemennya,” kata Istini.
Membangun industri di Papua, tentu saja tidak bisa menyampingkan situasi masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Saat ini, Indonesia memproduksi 80% sagu dunia, disusul oleh Malaysia. Namun, lahan komoditas sagu mulai berkurang di Negeri Jiran. Sebelum di Papua, industri sagu juga sudah ada di Riau, tetapi skalanya masih berbentuk rumahan/UMKM. Harga sagu saat ini di pasar sekitar Rp5.500 per kg.