3. Keistimewaan Produk
Start-up yang potensial harus memiliki keistimewaan yang ditawarkan kepada pasar. Apakah produk buatan mereka bisa memecahkan suatu masalah yang terjadi di masyarakat atau tidak, atau kelebihan apa yang menjadi pembeda dibandingkan dengan produk lain.
Sementara itu, Stephanie mengatakan tertarik untuk mempercayakan investasinya terhadap social start-up, yakni perusahaan rintisan yang juga memiliki misi sosial dalam menjalankan bisnisnya.
Saat melihat start-up tersebut, dia juga akan mengamati siapa saja orang-orang yang menjadi pengagas usaha tersebut. Sangat penting baginya untuk memilih start-up yang didirikan oleh sebuah tim.
“Start-up yang dibangun oleh tim yang terdiri atas dua atau tiga orang menjadi pilihan saya, karena hal itu menunjukkan bahwa mereka bisa berkolaborasi dan memiliki pikiran yang terbuka. Saya tidak akan berinvestasi terhadap start-up yang hanya didirikan oleh satu orang,” katanya.
Hubungan antaranggota tim juga menjadi penilaian tambahan. Stephanie ingin bisnis start-up yang didanainya memiliki tim yang hubungan antaranggotanya tak hanya sekadar transaksional, tetapi lebih dalam seperti persahabatan.
Hal itu menurutnya akan menentukan bagaimana daya tahan sebuah start-up dalam menghadapi tantangan di masa depan. Hubungan yang sekadar transaksional biasanya akan mudah renggan ketika ditimpa sebuah masalah, berbeda dengan hubungan yang dilandasi karena kepercayaan dan persahabatan.
“Mereka akan dinilai dari bagaimana hati dan otaknya bekerja, serta apakah mereka bisa mampu dibina atau tidak? Itu merupakan sesuatu yang diperhitungkan,” ujarnya.