Bisnis.com, JAKARTA - Selain payung, benda yang paling efektif melindungi tubuh dari air hujan adalah jas hujan. Tak heran, jas hujan menjadi barang wajib yang harus ada dalam jok motor, karena pengendara motor tidak mungkin menggunakan payung saat berkendara.
Permintaan terhadap jas hujan pun selalu meningkat saat mulai memasuki akhir tahun atau musim hujan. Meskipun tergolong sebagai bisnis musiman, tetapi keuntungannya dari bisnis penjualan jas hujan ini cukup menggiurkan.
Apalagi, saat ini jas hujan tak hanya digunakan untuk pribadi. Jas hujan juga sudah mulai dijadikan sebagai identitas komunitas atau instansi, serta sudah banyak perusahaan yang memanfaatkan jas hujan sebagai suvenir.
Peluang tersebut berhasil ditangkap oleh Debi Rastyarini. Perempuan berusia 25 tahun tersebut sudah lebih dari dua tahun menekuni bisnis pembuatan jas hujan customized.
Debi mengawali bisnisnya sebagai reseller jas hujan khusus muslimah sejak 2012. Melihat minat yang terus meningkat tiap tahun, membuat dia terdorong untuk memproduksi jas hujannya sendiri.
Akhirnya, dia pun bekerja sama dengan seorang rekannya untuk membuat jas hujan bernilai tambah, yakni jas hujan yang bisa disablon dengan logo komunitas atau instansi. Selain itu, konsumen juga bebas menentukan desain jas hujan yang diinginkan.
“Saya menyasar segmen komunitas dan instansi yang membutuhkan jas hujan dengan jumlah ratusan. Pasar ini belum tergarap karena kebanyakan produsen jas hujan pabrikan menentukan minimal pemesanan di angka 1.000 buah,” katanya.
Debi membanderol harga tiap jas hujan mulai dari Rp85.000 per unit untuk minimal pemesanan sebanyak 150 unit. Harga tersebut bisa bervariasi tergantung desain, bahan baku dan jumlah yang diinginkan konsumen.
“Untuk proses produksinya membutuhkan waktu sekitar 30 hari, karena kapasitas produksi harian kami baru 100 unit per pekan,” imbuhnya.
Hingga saat ini, Debi memasarkan produknya secara online melalui website jashujansablon.com. Sehingga jangkauannya sudah mencapai ke berbagai daerah di Indonesia dan jasanya dimanfaatkan oleh berbagai instansi mulai dari sekolah, dinas pemerintahan dan yayasan nonprofit.
Debi mengakui bisnis yang dilakoninya tersebut hanya booming sekitar enam bulan dalam satu tahun. Untuk itu, dia membagi setiap tahun menjadi dua periode bisnis, yakni masa produksi pada musim kemarau dan masa pemasaran pada musim hujan.
“Meskipun barang musiman, tetapi produk ini tetap bisa dipasarkan sepanjang tahun dengan menekankan pada value added yang kami tawarkan, sehingga instansi dan perusahaan sudah bisa memesan jauh sebelum musim penghujan dimulai,” katanya.
Ke depannya, Debi berencana untuk memproduksi jas hujan secara massal khusus untuk muslimah yang menggunakan cadar. Sehingga bisa digunakan oleh perempuan yang biasa menggunakan rok, serta bisa melindungi wajah dari cipratan air hujan.