Bisnis.com, BANJARMASIN - Ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi tantangan serius di wilayah Sumatera dan Kalimantan karena terjadi hampir setiap tahun, terutama pada musim kemarau.
Namun, ancaman tersebut dapat dicegah sejak dini salah satunya dengan meningkatkan swadaya masyarakat melalui tata kelola lahan perkebunan dan mengaktifkan kelompok masyarakat.
Upaya itulah yang dilakukan Minamas Plantation, perusahaan yang bergerak di perkebunan kelapa sawit dengan mewujudkan desa mandiri ramah lingkungan atau desa mandiri cegah api di 11 desa sekitar perkebunan kelapa sawit Riau dan Kalimantan Selatan.
Untuk mewujudkan desa mandiri tersebut, perseroan menggandeng Universitas Riau dan Universitas Lambung Mangkurat dalam memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat setempat.
Presiden Direktur Minamas Plantation Roslin Azmy Hassan mengatakan program ini merupakan salah satu upaya menstimulus masyarakat agar mengerti bahaya api sehingga dapat mengadopsi pembukaan lahan dan mengelola limbah hasil pertanian tanpa membakar.
"Kami ingin meningkatkan kepedulian masyarakat akan bahaya kebakaran dan memberikan solusi jangka panjang yang berkelanjutan untuk menangani bencana asap melalui berbagai upaya pencegahan," tuturnya di sela penandatanganan MoU dengan Universitas Riau dan Unlam, Senin (18/4/2016).
Nantinya, para ilmuan dari kedua universitas tersebut akan memberikan pelatihan kepada masyarakat setempat untuk menjalankan pertanian berkelanjutan dengan kebijakan zero burning.
"Para akademisi akan berbagi pengetahuan dan keahliannya dalam menemukan solusi tuntas bagi masyarakat setempat perihal bencana asap," tuturnya.
Kegiatan ini rencananya akan dilaksanakan selama enam bulan sejak Mei 2016 hingga Oktober 2016 yaitu 7 desa di area Kalimantan Selatan dan 4 desa di Riau.
Sebelumnya, pada 2015, Minamas Plantation melalui anak usahanya PT Bhumireksa Nusasejati di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau telah melakukan program serupa.
Bersama Universitas Riau, perseroan membina empat desa selama 10 bulan di area yang memiliki titik api tertinggi sepanjang 2013 hingga 2014.
"Kami bersyukur karena sejak digulirkannya program ini tingkat kebakaran di lahan masyarakat seputar unit operasi perusahaan menjadi zero burning atau tidak ada lagi lahan yang terbakar. Ini tercapai karena perubahan masyarakat dalam mengelola lahan dan limbah kelapa," tuturnya.