Bisnis.com, JAKARTA—Not for Sale, sebuah LSM yang berbasis di San Francisco, bekerja sama dengan History TM Asia dan CNN Freedom Project mengumumkan peluncuran kampanye #BuyOutSlavery.
Pendiri dan Presiden Not For Sale David Batstone mengatakan kampanye ini dibuat untuk meningkatkan kesadaran tentang perbudakan modern melalui gerakan sosial online di Singapura dan wilayah-wilayah lain di Asia Tenggara yaang akan dipromosikan di seluruh situs e-commerce paling populer di Asia Tenggara.
Kampanye #BuyOutSlavery, lanjutnya, bertujuan menyoroti penderitaan orang-orang yang diperbudak saat ini dan membuka mata para pembelanja di seluruh Asia terhadap realita dan prevalensi perbudakan modern. Ketika berbelanja di situs-situs yang ikut berpartisipasi, konsumen akan didorong untuk berkontribusi membebaskan budak zaman modern dengan memberikan sumbangan ke Not For Sale dan menunjukkan aksi mereka secara online.
“Semua dana yang terkumpul untuk mendukung Not For Sale dalam upaya memberikan tempat tinggal dan stabilitas, pendidikan, perawatan kesehatan, pelayanan hukum dan peluang ekonomi bagi mereka yang selamat dari perbudakan dan masyarakat yang berisiko mengalaminya,” paparnya dalam siaran pers, Sabtu (21/5/2016).
Kampanye ini terdorong adanya tayangan perdana Roots mendatang di History TM Asia, sebuah cerita multifaset, menarik dan emosional tentang kemenangan semangat manusia, tentang identitas, keluarga, martabat dan keberanian – dilihat melalui lensa Amerika era-perbudakan. Perbudakan dalam terminologi sejarah tersebut sudah tidak ada lagi. Namun, perbudakan zaman modern sangat banyak di seluruh pelosok dunia.
Perbudakan adalah hal buruk yang terus tumbuh dalam kemanusiaan yang harus diberantas. Ada lebih dari 30 juta budak di dunia saat ini, jumlah tertinggi dalam sejarah umat manusia. Laki-laki, perempuan maupun anak-anak dijual di industri yang menghasilkan US$150 miliar, di mana mereka dieksploitasi untuk seks dan sebagai buruh. Perbudakan hadir di hampir setiap rantai pasokan dalam setiap industri saat ini termasuk makanan, elektronik, kendaraan, dan manufaktur pakaian. Membangun kesadaran terhadap masalah mengerikan ini adalah langkah pertama dalam menaklukkannya.
“Kami sangat senang melalui serangkaian terobosan, Roots, telah ikut membantu membangun dan berpartisipasi dalam kampanye yang difokuskan untuk mendorong perubahan positif,” kata Wakil Direktur Pelaksana A+E Networks Asia Prem Kamath.
Wakil Presiden Eksekutif dan Direktur Pelaksana CNN International Tony Maddox menyampaikan tujuan CNN Freedom Project adalah menyoroti kengerian perbudakan modern dan para pejuang yang telah mendedikasikan hidup mereka untuk mengakhirinya.
“Kami senang mendukung kampanye ini untuk membangun kesadaran lebih besar terhadap masalah kritis ini bagi jutaan orang di Asia maupun seluruh dunia,” tambahnya.
Gairah untuk belanja online terus meningkat dan memainkan peran kunci dalam kehidupan masyarakat Asia Tenggara. Dengan menggunakan situs-situs e-commerce, kampanye ini mendidik masyarakat tentang produk yang mereka beli dan untuk apa mereka membelinya.
Brand-brand dan selebriti meminjamkan nama mereka, orang-orang maupun banyak sumber daya untuk kepentingan ini. Kunjungi buyoutslavery.com untuk mengetahui lebih jauh tentang bagaimana Anda dapat membuat perbedaan terhadap hidup para budak modern ini. Untuk berinteraksi, kunjungi halaman Facebook HISTORY TM Asia (facebook.com/HISTORYasia) atau #BuyOutSlavery.