Bisnis.com, MEDAN - Program Farmer Support Centre Starbucks diyakini mampu mendukung target Kabupaten Karo, Sumatra Utara sebagai produsen utama kopi di Sumut.
Sarjana Purba, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo, mengatakan bahwa komoditas kopi sangat menjanjikan bagi Kabupaten Karo. Dia menjelaskan, Pemkab Karo telah menyampaikan bantuan bibit kopi kepada Menteri Pertanian serta Pemprov Sumut dan DPRD Sumut.
Permintaan tersebut, sambungnya, terkait dengan erupsi Gunung Sinabung yang membuat banyak tanaman kopi terkena dampak.
“Kami menargetkan pada tahun ini Karo sertifikat indikasi sebagai sentra kopi di Sumut dari pemerintah pusat. Tanaman kopi telah menjadi fenomena di Karo. Kami ingin dari sentra kopi di Sumut,” ujarnya kepada Bisnis.
Di mengungkapkan hal itu seusai menghadiri acara penyerahan bibit pohon kopi untuk petani Sumatra dari hasil kampanye Art in a Cup dari Starbucks Indonesia di Farmer Support Center, Berastagi, Sumut, Jumat (8/6).
Selama ini, menurut Sarjana, hanya Kabupaten Simalungun, Dairi, dan Mandailing yang dikenal sebagai produsen kopi di Sumut. Dengan demikian, sambungnya, pada tahun ini akan ada empat daerah sentra utama kopi di Sumut.
Menurutnya, produktivitas kopi di Karo melampaui rata-rata nasional, yakni 1,5 ton per hektare, sedangkan produksi kopi nasional 0,9 ton per hektare. Adapun total luas kebun kopi di Karo sekitar 10.000 ha, atau lebih luas dari beberapa tahun sebelumnya yang hanya 7.500 ha.
“Kami sangat mendukung program pembagian bibit pohon kopi dari Starbucks Indonesia. Dengan demikian, bantuan ini bisa mendukung upaya Pemkab Karo. Ini untuk kemakmuran petani kopi Karo dan bagi kejayaan kopi Karo,” tegasnya.
Anthony Cottan, Direktur Starbucks Indonesia, mengatakan Starbucks Indonesia mendonasikan Rp400 Juta dalam bentuk 150.000 bibit pohon kopi untuk petani di Sumatra dari hasil kampanye ‘Art in a Cup’ yang berlangsung sejak Maret hingga April 2018.
Bekerjasama dengan Farmer Support Centre Starbucks di Indonesia, acara penyerahan donasi tersebut berlangsung di Farmer Support Centre (FSC) di Berastagi, Sumut.
Program kampanye ini adalah bagian dari komitmen Starbucks terhadap ethical sourcing dan tanggung jawab mereka kepada masyarakat. Selain itu, 10% dari setiap biji kopi Sumatra yang dijual akan disumbangkan untuk meningkatkan infrastruktur di daerah petani kopi.
"Membantu para petani kopi hanya permulaan saja, tetapi kami percaya bahwa peran serta masyarakat dan petani kopi yang memungkinkan keberhasilan tumbuhnya kopi tersebut. Tahun lalu, Starbucks membantu merenovasi sekolah di salah satu desa untuk memperbaiki lingkungan belajar,” ujar Anthony.
Pada tahun ini, dia berharap bisa memberikan dampak positif yang lebih besar dari hasil donasi yang telah dikumpulkan melalui kampanye. Sumatra menjadi sumber biji kopi bagi Starbucks selama lebih dari 40 tahun, dan dan Starbuck sangat mengapresiasi mereka yang terlibat dalam perjalanan tersebut.
Menurutnya, donasi tersebut akan dialokasikan kepada para petani yang mengikuti pelatihan program Coffee and Farming Equity (CAFE), dimana petani lokal bisa dengan mudah mendapatkan pengetahuan dan pelatihan terbaru dari ahli agronomi yang bertujuan untuk membekali mereka dengan membantu menurunkan biaya produksi, pencegahan hama dan penyakit, dan teknik mengelola tanah dengan baik.
“FSC menyediakan pengetahuan sekaligus pelatihan untuk meningkatkan kualitas kopi sesuai dengan standar CAFE Practices. Kualitas biji kopi akan mempengaruhi bagaimana petani kopi memperoleh profitabilitas, sehingga kami terus mendukung mereka agar dapat menghasilkan kopi yang premium,” kata Surip Mawardi, Kepala Agronomis Farmer Support Centre.