Bisnis.com, JAKARTA – Anda pencinta motor Harley Davidson? Berterimakasihlah kepada sang wizard of Omaha atau penyihir dari Omaha, Warren Buffett. Tanpa mahaguru investor tersebut, belum tentu produsen motor gede mendunia ini bangkit dari jeratan krisis keuangan lebih dari satu dekade lalu.
Gelombang gagal bayar yang terjadi bersamaan dengan rontoknya raksasa-raksasa finansdial di AS turut menyeret Harley. Pijakan perusahaan yang berdiri sejak 1903 ini goyah karena permintaan yang lebih lemah.
Pada Februari 2009, Buffett meminjamkan sekitar US$300 juta kepada Harley-Davidson Inc. Dengan asumsi Rp12.000 per dolar AS pada masa itu, nilai pinjaman tersebut setara dengan Rp3,6 triliun.
Beberapa pekan sebelumnya, Harley sudah mengumumkan rencana untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Rencana itu terdiri dari 3 bagian yakni berinvestasi dalam mereknya, memangkas biaya, dan memperoleh dana untuk menutupi biaya tahunan divisi keuangan senilai sekitar US$1 miliar.
Dua hal pertama berujung pada bermacam langkah mulai dari menutup sejumlah pabrik, menggabungkan operasi, hingga memberhentikan sekitar 1.100 karyawan atau 12 persen dari tenaga kerjanya.
Namun, pasar kredit yang lumpuh membuat perusahaan sulit untuk memenuhi bagian ketiga dari rencana tersebut. Perusahaan akhirnya memutuskan untuk meminjam dana dari pemegang saham terbesarnya, Davis Selected Advisers, dan perusahaan milik Buffett, Berkshire Hathaway.
Baca Juga
Dua perusahaan tersebut secara efektif meminjamkan US$600 juta secara gabungan selama lima tahun dengan bunga tahunan sebesar 15 persen.
“Itu jalan yang kami butuhkan untuk melewati masa yang sulit,” ungkap Kepala Keuangan Harley-Davidson, John Olin, kepada majalah Fortune pada 2014, seperti dilansir dari Business Insider.
“Grup perusahaan membutuhkan uang tunai untuk terus menawarkan pembiayaan kepada dealer sepeda motor dan pelanggan ritel, serta untuk menjaga jalur produksi tetap bergerak,” terang Olin.
Pinjaman berbunga tinggi, tambahnya, merupakan satu-satunya pilihan untuk meminjam uang tanpa melepaskan saham di perusahaan.
Alasan Buffet
Tak hanya dengan Harley, Buffett membuat banyak kesepakatan serupa selama krisis keuangan global tersebut. Sebagai contoh, dia menginvestasikan US$5 miliar di Goldman Sachs dan US$3 miliar di General Electric pada musim gugur 2008.
“Kredit tetap tidak ada,” tutur penulis kenamaan AS Alice Schroeder tentang periode itu dalam buku berjudul “The Snowball: Warren Buffett and the Business of Life”.
“Buffett memberi pinjaman dengan suku bunga yang dalam beberapa kasus beda tipis dengan riba,” papar Schroeder.
Sang Wizard of Omaha juga menunjukkan ‘kekejamannya’ dengan menolak permintaan Harley-Davidson untuk membayarkan kembali pinjaman dengan lebih cepat. Saat itu, Berkshire mengaku sudah puas dengan ketentuan yang disepakati.
Buffett kemungkinan telah mencetak laba US$150 juta dari pinjaman itu. Namun, alih-alih meminjamkan, dia sebenarnya bisa memperoleh lebih dari US$1 miliar atau lebih dari 6 lipat laba yang dicetak. Ini karena antara tahun 2009-2014, harga saham Harley tercatat meningkat lebih dari empat kali lipat.
Pada 2010, seorang pemegang saham di Berkshire bertanya kepada Buffett mengapa dia memilih memberi pinjaman ketimbang berinvestasi dalam saham perusahaan. Jawaban salah satu orang terkaya di dunia ini terdengar menarik.
"Saya cukup tahu banyak untuk meminjamkan uang kepada mereka, tetapi saya tidak cukup tahu banyak untuk membeli sahamnya,” jawab Buffett.
Menurut Buffett, pinjamannya diberikan dengan berdasarkan pertimbangan atas keyakinannya bahwa Harley-Davidson tidak akan gulung tikar.
“Selain itu, bunga 15 persen terlihat sangat menggoda,” tambah legenda kelahiran 30 Agustus 1930 ini.
Berkshire disebut menghasilkan uang yang sangat lumayan dengan membuat penilaian sederhana bahwa Harley tidak akan bangkrut dan meminjamkannya uang.
Di sisi lain, membeli saham perusahaan akan menimbulkan pertanyaan yang lebih sulit seperti apakah pasar sepeda motor akan menyusut atau margin Harley-Davidson akan terdampak.
Kesepakatan yang dibuat pada masa krisis seperti pinjaman untuk Harley-Davidson juga menunjukkan bagaimana kebijakan Berkshire menyimpan sejumlah uang tunai di bank dan tidak selalu bertaruh pada saham dapat tetap mengalirkan 'fulus'.