Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mendulang Rupiah dari Bercocok Tanam di Tengah Pandemi

Potensi munculnya stress tentunya makin meningkat apabila seseorang mengalami kondisi tak mengenakkan seperti terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau usahanya mencatatkan kerugian.
Petani merawat tanaman selada (Lactuca sativa) dengan sistem hidroponik. ANTARA
Petani merawat tanaman selada (Lactuca sativa) dengan sistem hidroponik. ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA - Tak dapat dipungkiri jika bercocok tanam di rumah menjadi salah satu aktivitas yang banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia selama pandemi Covid-19. Karena memang aktivitas tersebut dapat meningkatkan suasana hati, motivasi, menurunkan level stres, dan perasaan keberhasilan diri seseorang.

Seperti diketahui, berbagai ketidakpastian yang diakibatkan oleh pandemi tersebut dapat dengan mudah memicu stres. Potensi munculnya stress tentunya makin meningkat apabila seseorang mengalami kondisi tak mengenakkan seperti terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau usahanya mencatatkan kerugian.

Hal tersebut yang pada akhirnya menginspirasi program pemberdayaan masyarakat yang digagas oleh Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Banjar Berdaya Tegeh Sari, Tonja, Denpasar Gede Mantrayasa. Program tersebut dia gagas setelah melakukan survei terlebih dahulu terhadap 1.248 kepala keluarga (KK) di Banjar Tegeh Sari.

“[Sebanyak 81% masyarakat kami sangat khawatir dengan pangan karena mereka sebagian besar dirumahkan atau diberhentikan dari pekerjaannya. Mereka juga tidak tahu kapan pandemi ini bisa berakhir,” katanya.

Hasil survei tersebut harus ditindaklanjuti segera agar tak menimbulkan gejolak sosial yang dampak negatifnya tentu lebih besar. Bermodalkan lahan terbengkalai di pinggir sungai seluas 10x10 meter Mantrayasa akhirnya memulai program yang diberi nama Kebun Berdaya.

Lahan tersebut digunakan untuk menanam berbagai jenis sayuran dan buah-buahan serta menempatkan kolam untuk budidaya lele. Di lokasi yang sama juga dilakukan pembibitan untuk memproduksi bibit tanaman untuk ditanam di lahan sempit milik masyarakat sekitar.

“Dengan bantuan Pemerintah Daerah (Pemda) Bali, Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) pembibitan kami lakukan. Kami juga diberikan 1.000 planter bag untuk dibagikan ke masing-masing keluarga beserta benih sayuran, [tanaman] empon-empon,” tutur Mantrayasa.

Lebih lanjut, Mantrayasa menilai Kebun Berdaya bisa menjadi strategis karena aspek ekologinya sangat membantu dalam perbaikan lingkungan. Lahan-lahan kosong yang semula banyak tumpukan sampah disulap menjadi lahan hijau produktif.

Selain itu Kebun Berdaya bukan hanya sarana untuk bercocok tanam, namun juga mampu meningkatkan rasa sosial dan kebersamaan warga akibat merasa senasib. Lewat Kebun Berdaya, Mantrayasa juga melakukan edukasi yang menekankan bahwa aktivitas bercocok tanam itu tidak mahal dan sangat bermanfaat.

“Kebun Berdaya ini juga setidaknya bermanfaat secara sosiologis. Kegiatan yang bisa mereduksi tingkat stress serta meminimalisir dampak psikis akibat wabah covid-19. Karena masyarakat kota ini punya kebiasaan apabila stres tidak ada kegiatan minum [mabuk],” tutupnya.

Co-Founder sekaligus Chief Operation Officer PakTaniDigital Yosephine Sembiring menilai bercocok tanam di rumah tidak hanya bermanfaat untuk menghilangkan stres atau konsumsi sendiri saja. Apabila benar-benar ditekuni aktivitas tersebut bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan baru.

Adapun, metode tanam yang dipilih oleh Yosephine adalah hidroponik vertikal. Metode tersebut dipilih lantaran keterbatasan lahan yang dimiliki serta pertimbangan biaya perawatan.

Menurutnya, biaya perawatannya terbilang rendah karena bisa menggunakan bahan-bahan sisa yang ada di rumahnya. Dia berhasil menanam 10 jenis tanaman di lahan seluas 3x3 meter yang panen setiap tiga bulan sekali.

"Media tanamnya sekam bakar dengan [wadah] pipa PVC, pupuknya pakai eco-enzim dari sampah atau sisa-sisa makanan yang diolah,” ujarnya.

Selain dikonsumsi sendiri, hasil panen dari kebun mininya itu juga dijual ke lingkungan sekitar. Responnya pun positif karena sayur dan buah yang dijual Yosephine kualitasnya jauh lebih baik lantaran tak mengandung bahan kimia.

“Harganya juga bisa bersaing karena dijual ke konsumen langsung bukan lewat perantara atau tengkulak dan pedagang,” tegasnya.

Sementara itu, Owner Kebun Sayurku Hidroponik Indra Karyanto mengatakan hidroponik saat ini menjadi metode tanam yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di tengah keterbatasan lahan. Pasalnya, metode tersebut memiliki sejumlah keunggulan yang tidak dimiliki oleh metode konvensional yang masih menggunakan tanah.

Tanaman yang ditanam menggunakan metode tersebut membutuhkan air 90% lebih sedikit dibandingkan dengan metode konvensional menggunakan tanah. Selain itu, masa tanam juga tidak tergantung oleh musim seperti pada metode konvensional.

“Tanaman yang ditanam dengan cara hidroponik terhindar dari segala penyakit yang bersumber dari tanah atau soil borne disease tentunya jadi lebih bersih dan higienis. Pemeliharaan lebih mudah, dapat terkontrol dengan baik,” tutur Indra.

Hal tersebut tentunya ikut berpengaruh terhadap masa tanam, tanaman yang ditanam secara hidroponik membutuhkan masa tanam yang lebih singkat dibandingkan metode konvensional. Oleh karena itu, metode tersebut banyak dijadikan pilihan bagi mereka yang mencoba terjun ke bisnis pertanian.

JANGAN ANDALKAN HASIL PANEN SAJA

Lebih lanjut, Indra mengungkapkan terjun ke bisnis pertanian tak semudah membalikkan telapak tangan. Dia tak menampik bahwa keuntungan dari penjualan hasil panen yang didapatkan sempat tak sesuai dengan ekspektasi awal.

Sebagai catatan, pria yang sebelumnya bekerja di industri minyak dan gas itu terjun ke bisnis pertanian pada 2016 bermodalkan pesangon yang dia terima dari tempatnya bekerja.

“Persaing mulai banyak, sekarang banyak yang mulai bisa menanam. Sekarang jangan cuma jual sayur hasil panen saja. Buat produk turunan seperti jus sayuran, sehari [saya produksi] 10-20 botol, buka kunjungan edukasi anak sekolah,” ungkapnya.

Apa yang Indra lakukan akhirnya berbuah manis, kebunnya di Blora, Jawa Tengah pada 2017 dikunjungi oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Di tahun yang sama dia juga berhasil mendapatkan penghargaan penghargaan dari Bupati Blora sebagai pelopor pertanian hidroponik di wilayah

Kemudian pada 2018, dia juga mendapat penghargaan Kalpataru se-Jawa Tengah peringkat kedelapan mengenai pengabdian lingkungan.

Setali tiga uang dengan Indra, Owner Green Corner Hydroponic Palembang Adie Alqodery dalam mengembangkan bisnisnya juga tidak hanya mengandalkan hasil panen saja. Selain memasok sayuran hidroponik, dirinya juga menyediakan instalasi, dan sarana pelatihan untuk teknik bercocok tanam tersebut.

Kemudian yntuk membangun kepercayaan dan kredibiltas, bisnis Adie hadir di Facebook melalui Halaman Green Corner Hydroponic Palembang. Menurutnya, Halaman Bisnis di Facebook membuatnya lebih leluasa untuk mempromosikan produk sayuran dan berinteraksi dengan calon pelanggan.

Halaman tersebut juga dia tautkan dengan akun WhatsApp, sehingga pelanggan tidak perlu menyimpan kontak terlebih dahulu, tetapi dapat langsung mengklik tombol berlogo WhatsApp untuk memulai percakapan.

Tak hanya itu, pria 42 tahun itu juga memanfaatkan akun Instagram pribadinya @adie_aalqodery untuk mempromosikan produknya kepada publik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rezha Hadyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper