Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mahasiswa Singapura Kembangkan Start-Up Teknologi Senilai US$25 Juta

Menjadi CEO dengan 120 karyawan di seluruh dunia sudah cukup sulit, tetapi Harsh Dalal juga harus tetap datang ke kelas, mengerjakan pekerjaan rumah dan dalam waktu dekat ikut wajib militer
Harsh Dalal
Harsh Dalal

Bisnis.com, JAKARTA -- Setiap penggila komputer sering kali bermimpi membuat aplikasi hebat yang unggul, seperti Harsh Dalal, yang membuat salah satu aplikasi perekam layar pertama pada usia 13 tahun.

Aplikasi yang dikembangkan mahasiswa Singapore Polytechnic itu mencatat 5 juta unduhan dalam beberapa pekan.

Sayangnya, aplikasi yang dibuat oleh remaja Singapura bersama teman-temannya itu tidak menjadikan mereka jutawan, terlepas dari keuntungan mereka sebagai pelopor pada tahun 2014 silam.

“Kami tidak menghasilkan uang dari aplikasi ini, bodoh karena kami tidak mengharapkannya benar-benar sukses,” kenang Harsh, seperti dikutip melalui Channel News Asia, Jumat (22/1).

“Itu adalah kesempatan yang terlewatkan. Kami tidak tahu cara memonetisasi aplikasi," ujarnya.

Alih-alih menempatkan aplikasinya di host seperti Apple App Store karena mereka tidak mampu membayar biaya tahunan sebesar US$99, Harsh dan rekannya mengunggah aplikasi tersebut ke penyedia hosting gratis. 5 juta unduhan kemudian hosting tersebut kewalahan dengan bandwidth yang tersedia.

Namun, kesuksesan aplikasi membuka jalan bagi wirausahawan teknologi Generasi Z ini.

Remaja berusia 19 tahun itu sekarang menjadi CEO perusahaan pengembangan perangkat lunak Team Labs, yang kliennya termasuk Coca-Cola Company, Google, dan Hilton.

Sebagai yang terrmuda di perusahaan, dia mengelola 120 karyawan di delapan kota sambil menyelesaikansekolah di Singapore Polytechnic, tempat dia mengambil studi administrasi bisnis.

Harsh mulai tertarik dengan coding pada usia 11 dengan menghabiskan berjam-jam menonton tutorial YouTube.

Bosan dengan ponsel Android-nya yang hanya memiliki satu game, dia mencoba meretasnya, meskipun tidak berhasil ketika memasang sistem operasi lain untuk mengunduh lebih banyak game.

Setelah ujian sekolah dasar, dia mendapat iPhone 4. Kali ini, dia berhasil melakukan jailbreak pada perangkat tersebut.

Karena penasaran dengan sistem iOS, dia mulai menjelajahi forum Pengembang Apple untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan berteman dengan empat orang asing, berusia antara 14 dan 17 tahun, dari Amerika Serikat, Rusia, Norwegia, dan Singapura.

Pada 2014, mereka berempat mendirikan Team Labs dan mengembangkan aplikasi perekam layar.

“Banyak remaja ingin merekam (di iPhone mereka) dan kami ingin membuat perekam layar yang tidak di-jailbreak. Kami memecahkan masalah yang belum ditangani dan itulah yang membuat aplikasi berhasil," kata Harsh.

Saat itu mereka masih terlalu muda untuk mendaftarkan perusahaan, salah satu co-founder meyakinkan ayahnya untuk mewakili mereka dengan membuka perusahaan di Inggris, dan klien pertama mereka membayar mereka US$299 untuk mengembangkan situs web.

Suatu hari seorang klien datang dengan proyek senilai US$100.000 untuk mengembangkan aplikasi pemasaran bagi perusahaan multinasional.

Mereka berlima membawa pulang masing-masing US $ 10.000 dan memasukkan sisa uangnya ke kas perusahaan.

Harsh memasukkan sebagian besar pendapatannya ke perusahaan dan menghabiskan sisanya untuk game komputer.

Dia juga membeli tiga bitcoin masing-masing seharga US$400 dan kemudian menjual cryptocurrency pada puncaknya dengan keuntungan lima digit, yang dia salurkan ke dalam bisnis.

Untuk mengumpulkan dana bagi pertumbuhan perusahaannya, Harsh mengirim ratusan email ke perusahaan modal ventura, tetapi hanya sedikit yang menanggapi.

Seorang pemodal ventura mengatakan kepadanya bahwa dia terlalu muda untuk memulai usahanya untuk dipertimbangkan untuk pendanaan. Tapi dia tak gentar dan terus menghubungi calon investor potensial.

Sejak 2017, Team Labs telah mengumpulkan US$9,8 juta dalam pendanaan Seri A, dan sekarang berkantor pusat di San Francisco. Investornya termasuk Grand Canyon Capital, Startup Capital Ventures, dan sovereign wealth fund Korea Investment Corporation.

Ketika ditanya apakah dia memiliki ambisi IPO seperti banyak pengusaha teknologi lainnya, Harsh mengatakan dia tetap membuka opsinya, apakah akan go public atau keluar setelah akuisisi.

Setelah memperoleh diploma tahun ini, Harsh rencananya adalah kuliah di universitas di Singapura atau di AS. Tetapi sebelumnya dia akan menjadi wajib militer, yang berarti absen dari perusahaannya selama dua tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper