Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Tantangan UMKM untuk Go Digital

Dari laporan Kearney "Unlocking the Next Wave of Digital Growth: Beyond Metropolitan Indonesia", lebih dari 80% masyarakat di kota-kota tier 2 dan 3 kurang memahami platform digital.
UMKM
UMKM

Bisnis.com, JAKARTA -- Pandemi COVID-19 telah membawa perubahan dalam perilaku masyarakat terutama ketika terjadi pembatasan mobilitas sehingga banyak yang beralih dari toko fisik ke toko online. Kondisi ini tentu saja mengharuskan pelaku usaha untuk beradaptasi dengan merambah ke dunia digital.

Namun sayangnya, dari laporan Kearney “Unlocking the Next Wave of Digital Growth: Beyond Metropolitan Indonesia”, lebih dari 80% masyarakat di kota-kota tier 2 dan 3 kurang memahami platform digital.

Pasalnya, kebanyakan bisnis UMKM dijalankan oleh satu orang yang biasanya berusia lebih tua. Mereka cenderung skeptis terhadap teknologi sehingga lambat dalam mengadopsi layanan digital.

Beberapa bisnis memang mampu beradaptasi, tetapi jumlahnya masih cukup minim. Berdasarkan survei yang dilakukan Bank Indonesia pada 2020 lalu, hanya 12,5% UMKM yang tidak terdampak pandemi secara ekonomi, dan 27,6% dari mereka mampu meningkatkan penjualan.

Seiring meningkatnya digitalisasi, e-commerce menjadi sektor terbesar di wilayah metropolitan. Namun, penetrasi e-commerce juga diprediksi akan meningkat secara signifikan di kota-kota tier 2 dan 3, sehingga pertumbuhan e-commerce tradisional akan berkontribusi terhadap pembelian online.

Shekhar Chauhan, Partner di Kearney mengatakan untuk memaksimalkan layanan yang ditawarkan platform e-commerce memang bukanlah hal mudah. Karena itulah, berbagai upaya kerjasama mendidik UMKM dalam menggunakan layanan digital masih menjadi tantangan.

Beberapa e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia mulai memberikan edukasi bagi penjual, tetapi layanan terkonsolidasi dan platform digital ini masih belum dipahami UMKM sehingga pendekatan edukasi perlu diperbaiki.

“Dengan memperkuat kerjasama, sektor e-commerce dapat mengidentifikasi beberapa kesulitan utama dari UMKM, mengenali hambatan mereka,” ujarnya.

Salah satu hambatan yakni kurangnya literasi platform digital. Setelah solusi bagi UMKM dikembangkan, sektor e-commerce dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan platform online mereka sehingga UMKM dapat memasarkan produk secara efektif.

Permudah Layanan Perbankan

Ekspansi lebih lanjut juga dapat dikembangkan untuk mendukung UMKM lokal yang belum memiliki akses terhadap bank dan layanan yang tepat. Menurut Shekhar, BUMN bisa ambil bagian. Bank dengan portofolio pinjaman UMKM dapat berkolaborasi dengan start-up, mengarahkan UMKM ke perwakilan di wilayah tertentu yang dapat membantu mereka mengembangkan platform digital.

Selain itu, pemahaman dan penggunaan bank digital dapat dikerahkan untuk meningkatkan kesadaran digital UMKM dan memberi mereka metode yang efektif dalam mempertahankan pelanggan. Pemerintah dapat menciptakan kolaborasi BUMN dengan fintech, serta merujuk UMKM ke layanan fintech jika mereka dianggap belum siap menggunakan sistem perbankan.

Shirley Santoso, Presiden Direktur Kearney mengatakan saat ini, beberapa upaya telah dilakukan pemerintah untuk mendukung para pelaku UMKM. Misalnya dengan memberikan berbagai kebijakan seperti restrukturisasi pinjaman, bantuan modal tambahan, pelonggaran pembayaran tagihan listrik, dan dukungan pembiayaan lainnya.

Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) juga dikembangkan untuk mendukung UMKM. Sejumlah Rp. 112,84 triliun telah diterima oleh lebih dari 30 juta UMKM pada tahun 2020.

Salah satu kebijakan yang menonjol yaitu pembebasan pajak bagi UMKM selama pandemi. Kebijakan ini menurutnya sangat membantu sebab UMKM dapat menyisihkan uang pajak untuk pengeluaran operasional/modal kerjanya, sehingga mereka dapat bertahan selama pandemi.

“Momentum pemulihan ekonomi harus terus dipertahankan dengan memfasilitasi akses permodalan melalui regulasi yang tepat, salah satunya perpanjangan pembebasan pajak bagi UMKM. Selanjutnya, ekosistem digital Indonesia dapat ditingkatkan,” kata Shirley.

Selain itu, dengan menggandeng pemerintah daerah, start-up dan e-commerce dapat mendorong pertumbuhan UMKM dengan meningkatkan pembelian produk lokal. Agen distribusi dan pemasaran dapat disebarkan bagi UMKM melalui jaringan kemitraan yang kuat.

Sementara itu, sistem rantai pasokan yang lebih transparan dan efisien perlu diterapkan bagi produsen lokal. Start-up atau e-commerce dapat berkontribusi sebagai inkubator UMKM dalam memastikan kualitas produk dan pengembangan bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dewi Andriani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper