Bisnis.com, JAKARTA - Perempuan mendominasi dalam sektor UMKM, terutama dalam kuliner. Hal ini menunjukan bahwa perempuan Indonesia cukup antusias dalam bisnis dan entrepreneur, yang dapat membantu perekonomian Indonesia.
Anggya Kumala sebagai Head of Dishwash Category, Unilever menjelaskan bahwa pada dasarnya wanita Indonesia memang sudah memiliki minat di dalam berbisnis.
Anggya memaparkan data bahwa berdasarkan laporan Women Will dari Google, banyak perempuan di Indonesia yang memilih untuk berwirausaha. Laporan tersebut menunjukan sebesar 49 persen perempuan telah memiliki bisnis yang sudah mereka jalani, dan sebanyak 45 persen ingin untuk berwirausaha.
Kemudian, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 60 persen atau 37 juta UMKM di Indonesia dikelola oleh perempuan. 10 juta diantaranya adalah bisnis kuliner.
“Jadi aspirasi untuk berbisnis atau memiliki UMKM itu dimiliki di dalam pikiran wanita di Indonesia” Ucap Anggiya melalui Virtual Press Conference Sunlight Festival Foodpreneur Bersinar, Jumat (17/09/21).
Selain itu, berdasarkan dari analisa di e-commerce, kuliner juga menjadi salah satu sektor yang paling digemari.
“Sektor kuliner itu menjadi salah satu sektor yang paling digemari di Tokopedia. Sampai saat ini, jumlah transaksi dalam kampanye “Tokopedia Nyum” bisa meningkat lebih dari lima kali lipat selama Kuartal II kemarin dibandingkan tahun lalu (YoY)” Ucap Pranidhana Mahardika, Head at Category Development (FMCG) Tokopedia.
Namun terdapat beberapa bisnis kuliner yang dikelola wanita yang masih memiliki permasalahan di era masa kini, yakni di dalam permodalan, literasi keuangan, dan literasi digital.
Ario Widyanto, Director & Chief Risk and Sustainability Officer dari pihak Amartha menjelaskan bahwa hal tersebut perlu diketahui dan perlunya dilakukan pendampingan, agar dapat menjadi pengusaha mikro yang baik.
Ario juga menjelaskan bahwa literasi digital perlu dilakukan untuk menghindari limitasi, terutama dalam bidang kuliner. Hal-hal ini juga dilatih oleh Amartha.
“Dengan kendala literasi digital, jika makanan yang enak namun hanya dikenal satu kampung, hal ini akan menjadi limitasi dan menjadi pembatas akses pasar. Dengan melakukan pelatihan seperti berjualan online, kemasan dan brandingnya dibuat lebih baik, secara tidak langsung akan berdampak pada revenue mereka” Ucap Ario dalam press conference tersebut.
Salah satu contoh UMKM yang dapat berkembang adalah Dendeng Balado Uni Etty. Flourina Indrianti, sebagai pendiri juga mengatakan bahwa semenjak bergabung dalam e-commerce, bisnisnya mengalami peningkatan 10 kali lipat. Produknya digemari oleh konsumen, bahkan terdapat loyal customer yang melakukan repeat order.
Agar bisnis UMKM di bidang kuliner terutama untuk perempuan, Flourina juga memberikan saran agar bisnis dapat berkembang dengan baik. Saran tersebut adalah kemauan dan tekad.
“Ketika kita ingin mempunyai cita-cita, janganlah ragu. Yang penting kita mau berusaha, apapun itu dan bertekad” Ucapnya.
Selain itu Aryo juga berharap lebih banyak UMKM lokal yang bisa berkontribusi untuk perekonomian digital.
“Melalui industri makanan dan minuman, kami juga berharap banyak masyarakat Indonesia yang mengonsumsi produk buatan lokal” Ucapnya.