Bisnis.com, JAKARTA - Keberadaan jasa fotografer di tempat wisata atau tukang foto keliling makin berkurang atau malah nyaris hilang seiring dengan perkembangan teknologi kamera kian praktis, khususnya pada ponsel pintar. Mereka tak lagi dilirik lantaran banyak orang memilih untuk mengambil foto sendiri dengan menggunakan kamera ponsel tanpa perlu mencetaknya.
Di Jakarta, tukang foto keliling masih bisa ditemukan di sejumlah obyek wisata, salah satunya adalah Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Mereka biasanya berjejer di depan pintu masuk sambil menenteng kamera (Digital Single Lens Reflex).
Beberapa di antaranya menggelar tikar di bawah pohon untuk memperlihatkan foto-foto yang mereka ambil dan cetak. Namun, tak bisa dipungkiri jika jumlahnya jauh berkurang dibandingkan belasan tahun lalu saat ponsel berkamera masih jadi barang mewah.
Bayu, salah satu fotografer yang mangkal di Taman Margasatwa Ragunan menyebut dirinya mematok harga Rp30.000 untuk mencetak satu foto berukuran 5R. Harga tersebut bukan harga mati alias masih bisa ditawar oleh pengguna jasa.
"Per lembar Rp30.000, [tetapi] masih bisa kurang lagi. Kalau cetaknya banyak atau rombongan misalnya tuh," katanya ketika ditemui Bisnis beberapa waktu lalu.
Untuk proses cetak foto, Bayu dan rekan-rekan sejawatnya bekerja sama dengan studio foto yang lokasinya tak jauh dari Taman Margasatwa Ragunan. Estimasi waktu yang dibutuhkan dari pengambilan foto hingga hasil cetak foto bisa dibawa pulang kurang lebih satu jam.
Baca Juga
"Fotonya sebelum masuk, nanti diambil pas mereka pulang. Biasanya begitu, jadi bukan mereka menunggu sampai jadi, tetapi ditinggal," ujarnya.
Soal pendapatan yang diperoleh setiap harinya, Bayu menyebut tak menentu tergantung dari jumlah pengunjung Taman Margasatwa Ragunan. Namun yang jelas, libur Lebaran tahun ini menjadi momentum bagi fotografer di kebun binatang tersebut menambah pundi-pundi rupiahnya.
"Waktu ramai-ramainya kemarin sih bisa 500 foto. Kalau seperti sekarang ini sudah bukan libur lagi dapat 50 mungkin sudah bagus. Orang-orang kan sudah bisa foto pakai HP [handphone] juga," tuturnya.
Sedikit berbeda dengan Bayu, David yang juga mangkal di Taman Margasatwa Ragunan punya cara kerja agak berbeda. Dirinya memotret pengunjung secara acak dari sudut pandang yang menurutnya menarik untuk kemudian dicetak di selembar kertas foto.
Cara kerja yang terbilang nekat karena sifatnya spekulatif. Foto yang sudah dicetak, kemudian ditawarkan kepada mereka yang menjadi obyek foto belum tentu dibayar atau dibeli.
"Kita enggak memaksa. Kita ambil fotonya, nanti setelah keluar kita tawarkan hasilnya ke mereka. Kalau mau ya syukur, enggak ya itu risiko kerjanya kita begini," katanya.
Pria yang mengaku sudah lebih dari dua dekade mangkal di Taman Margasatwa Ragunan itu membanderol foto sama seperti rekan-rekannya, Rp30.000 per lembar. Tentu saja, banderol tersebut bisa berubah sesuai dengan kesepakatan dirinya dan pembeli atau orang yang difoto.
Lantas, bagaimana David dan fotografer lain yang menggunakan cara kerja spekulatif itu menawarkan hasil fotonya?
"Kalau hafalin muka kan susah, biasanya kita hafalin saja warna bajunya atau motifnya. Ya kadang bisa juga lolos sih apalagi kalau ramai ya, risikonya itu," ungkapnya.