Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah perusahaan label rekaman saat ini tengah beradaptasi dengan zaman.
Pasalnya, industri hiburan adalah salah satu industri yang geraknya cepat dan cenderung sulit diprediksi, apalagi dengan digitalisasi yang membuat konten semakin mudah dibuat dan diperbanyak.
Adapun, salah satu label rekaman ternama Indonesia yang selalu terdepan dalam melakukan diversifikasi bisnis yaitu Trinity Optima Productions.
Berkat kecermatannya soal peluang guna menghadapi perubahan tren dan dinamika market, maka tak mengherankan apabila TOP telah melahirkan banyak artis besar.
Setidaknya, sudah ada lebih dari delapan pilar bisnis milik Trinity, mulai dari label rekaman, artist management, lisensi hak cipta dan konten, ventures capital hingga yang terbaru terkait pengelolaannya soal brand extension.
Trinitity Optima Terapkan Model Bisnis 360 Degree
Didirikan pada tahun 2003, Adi Nugroho, Effendy Widjaja, Handi Santoso dan Yonathan Nugroho menjadi sosok dibalik Trinity Optima Production.
Baca Juga
“Trinity dulu as marketing agent. Model bisnis tersebut berlaku sampai 2003-2005. Tapi, sejak 2005 seiring berkembangnya industri musik dan entertainment, Trinity pun berinovasi dan mengembangkan bisnisnya ke berbagai lini, atau istilahnya model bisnis 360 degree,” jelas Yonathan Nugroho, CEO sekaligus Co-founder Trinity Optima Production pada Rabu (05/10/2022).
Sebagai informasi, dalam industri musik, model bisnis 360 derajat adalah hubungan bisnis antara artis dan perusahaan industri musik. Di mana, perusahaan setuju untuk memberikan dukungan finansial dan dukungan lainnya untuk artis, termasuk kemajuan langsung serta dukungan dalam pemasaran, promosi, tur, dan cakupan bisnis lainnya.
“Meski ada pro kontra soal lini bisnis yang kita bangun. Tapi, Di TOP, kami selalu mengelola musisi-musisi bertalenta untuk menjadi lebih kreatif. Sehingga, artis-artis tidak hanya mampu menguasai panggung dan audiens saat menyanyi, tapi juga memiliki keahlian lainnya. Agar di masa depan, lifetime value-nya masih kuat. Itu simbiosis mutualisme terjadi di situ,” tuturnya.
Trinity yang menaungi banyak artis seperti Maudy Ayunda, Raisa, hingga Naura Ayu ini juga gencar membangun momentum dan reputasi para musisinya di melalui kolaborasi dengan artis ternama lain, seperti kolaborasi Afgan dengan Jackson Wang.
Tak hanya itu, Trinity juga jadi simbol pemberdayaan bakat-bakat baru dengan mengandalkan relevansi sesuai segmen audiensnya. Seperti Alsa Aqilah, talent pendatang baru yang fokus di platform TikTok hingga bisa memiliki basis penggemar cukup kuat di Filipina dan Amerika Serikat.
Trinity Optima Production Kembangkan Berbagai Lini Bisnis
Diversifikasi bisnis diyakini Yonathan sebagai strategi unggul agar perusahaan.
Secara integratif, memang Trinity telah berkembang dengan berbagai divisi-divisi pendukungnya. Selain menjadi penggerak di bidang produksi musik dan pemasaran talenta, Trinity pun telah menjadi label musik pertama yang menangani pengembangan talenta dan manajemen artis lewat Trinity Artist Management (TAM).
Selain itu, Trinity juga melihat pesatnya perkembangan tren perkembangan digital secara global dan dalam negeri, dan mendirikan Trinity Creative Technology (Dignity) untuk pemasaran konten digital dan Trinity Publishing untuk menangani hak cipta dan pemasaran karya musik.
Trinity juga terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan terus menjadi pionir dalam menghadirkan berbagai konsep hiburan seperti live streaming concert yang dilakukan di channel digital seperti Youtube tau website event.
Bahkan, Trinity kini menjadi pionir dalam aktivitas transformasi digital. Terbukti, Trinity di akhir 2020 menghadirkan model bisnis baru dalam mengembangkan brand artis dari klien internal dan klien eksternal yang tidak di bawah bendera Trinity.
Rencana Trinity Optima Production Melantai di BEI
Sebagai visioner, yang juga lulusan dari ilmu Teknik Industri dan Sistem Informasi serta Administrasi Bisnis, Northeastern University, Boston, AS, Yonathan memaparkan bahwa saat ini market share Trinity mengalami kenaikan seiring kondisi pandemi yang membaik dibanding 2021 lalu.
Baru-baru ini, Trinity pun mulai merambah sebagai perusahaan ventura, yakni Trinity Ventures di mana mereka sudah menyuntikkan dana segar ke sejumlah perusahaan rintisan atau start up seperti Sayurbox, Wahyoo, dan Noice.
“Kita melihat bisnis musik ini punya prospek besar. Tak hanya ketiga start up tersebut, kami pun berinvestasi ke e sports.
Pasalnya, dunia musik, hiburan, gamers itu mirip. Terakhir, kita juga mulai investasi di film production house besar, dengan bekerja sama bersama Visinema dalam film Mencuri Raden Saleh,”
Sehingga tak mengherankan, dengan segala pencapaian milik Trinity, Yonathan berencana untuk menjadikan Trinity sebagai perusahaan label pertama yang melantai di bursa melalui skema Initial Public Offering (IPO).
Dia mengaku optimistis saham Trinity bakal diminati oleh pelaku pasar. Menurutnya, industri hiburan merupakan bisnis yang akan terus dibutuhkan dan tetap eksis, meskipun harus terjadi resesi, di mana kondisi pasar akan volatil atau dilanda ketidakpastian.
Yonathan menjelaskan, nantinya seluruh dana yang diraih dari hasil IPO ini akan digunakan untuk membesarkan Trinity, lewat kesempatan kerja dengan para investor di Indonesia dan asing.
"Kita akan secara transparan memperlihatkan kondisi perusahaan, itu artinya kita punya kredibilitas yang bisa dipertanggungjawabkan. Kami juga akan jadi trend setter sebagai label pertama di Indonesia dan dengan go public ini, market kita akan berubah. Harapannya, 3 sampai 5 tahun ke depan sudah terealisasi," harapnya.