Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asa UMKM Indonesia Rambah Pasar Global

pelaku UMKM berharap produknya dapat dikenal luas, tak hanya di dalam negeri, tetapi mampu merambah ke pasar internasional.
Pelaku UMKM mengenalkan produknya di ajang Asean Economic Ministers (AEM) Retreat ke-29 di Magelang, Jawa Tengah - Bisnis/Rahmi Yati.
Pelaku UMKM mengenalkan produknya di ajang Asean Economic Ministers (AEM) Retreat ke-29 di Magelang, Jawa Tengah - Bisnis/Rahmi Yati.

Bisnis.com, MAGELANG - Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) selama ini masih mengandalkan pasar domestik untuk menjual produk-produknya. Hal ini membuat kontribusi ekspor produk UMKM masih rendah.

Meski demikian, tetap ada asa dari para pelaku usaha agar barang produksinya dapat dikenal luas, tak hanya di dalam negeri, tetapi mampu merambah ke pasar internasional.

Elisa Anggraeni, seorang pelaku UMKM yang punya usaha produksi minuman rempah seperti wedang, teh, hingga kopi mengaku telah mengembangkan usahanya sejak 2018.

Bahkan, wedang rempah dan produk lain dari merek D'liz ini sempat jadi oleh-oleh dan cendera mata saat rangkaian ajang G20 di Borobudur tahun lalu.

"Kalau ada [acara] kita sajikan sebagai welcome drink-nya karena wedang uwuh ini di Yogyakarta banyak, di Jawa Timur juga banyak, tetapi kalau wedang rempah di Borobudur," kata Elisa kepada media di sela-sela acara Asean Economic Ministers (AEM) Retreat ke-29 di Magelang, Jawa Tengah, Senin (20/3/2023).

D'liz berlokasi di Borobudur dan saat ini memiliki sekitar lima orang karyawan. Elisa menyebut mereka kerap mengikuti ajang internasional dengan harapan produknya makin dikenal dunia.

Bukan itu saja, menurut Elisa dengan banyaknya acara berskala global yang diselenggarakan, pihaknya selaku UMKM lokal punya jejaring yang lebih besar dan luas.

"Kita jadi tambah relasi. Habis selesai event biasanya kita kasih kartu nama, itu mereka menghubungi kami," cerita Elisa.

Tak hanya pasar lokal seperti Bali, Medan dan Balikpapan, ternyata produk Elisa sudah merambah ke pasar luar negeri seperti Malaysia, Jepang, hingga Hong Kong.

Untuk itu dia berharap dengan adanya acara AEM Retreat ini D'liz bisa terus memperluas pasar ke negara-negara Asean.

"Pengen banget [ekspor]," imbuhnya.

Dia menambahkan, saat ini pengiriman ekspor masih rendah sekitar 5 persen. Diharapkan ke depan, angkanya bisa meningkat hingga 20 persen.

Adapun, untuk produksinya, sambung Elisa, pihaknya bisa menyiapkan sekitar 200 bag (rata-rata berisi 4 bungkus) wedang rempah dalam seminggu, sedangkan pendapatan bulanan bisa mencapai 25 juta per bulan dengan keuntungan 8-10 juta.

"Kita pengen nanti bisa ekspor ke Singapura, Thailand, dan paling jauh seperti Belanda," tutur Elisa.

Asa UMKM Indonesia Rambah Pasar Global

Pelaku UMKM mengenalkan produknya di ajang Asean Economic Ministers (AEM) Retreat ke-29 di Magelang, Jawa Tengah - Bisnis/Rahmi Yati.

Lain cerita, Ketua kluster batik Kabupaten Magelang, Titin, berharap produksi batiknya bersama puluhan kelompok lainnya juga bisa dikirimkan ke pasar luar negeri.

Apalagi, dia menilai Batik Magelang yang punya ciri khas motif Stupa dan relief Candi Borobudur bisa jadi oleh-oleh atau barang khas dari daerah di Indonesia.

"Kebetulan kita belum [ekspor], hanya turis-turis yang berwisata yang membeli produk kita," ucapnya.

Untuk itu, Titin turut menitipkan harapan pada acara AEM Retreat yang berlangsung selama 20-22 Maret 2023 ini bisa membuka peluang ekspor ke negara-negara kawasan sehingga bisa meningkatkan penjualan.

Apalagi, keluhnya, sebagai pengrajin batik, saat ini penjualannya masih belum sebagus sebelum pandemi. Biasanya, produk yang terjual bisa mencapai 600 potong batik baik kain, baju siap pakai, atau model lainnya.

"Sekarang satu kelompok bisa rata-rata 400 potong per bulan, kadang kalau sedikit cuma 150-200 potong," tutur dia.

Lebih lanjut, Titin berharap pemerintah bisa membantu dalam hal marketing. Dengan begitu, pelaku UMKM khususnya kelompok pengrajin batik di Magelang dapat mengetahui produk atau model seperti apa yang menarik untuk pasar ekspor.

Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, Djatmiko Bris Witjaksono, menuturkan banyak fasilitas perdangangan yang bisa dimanfaatkan pelaku UMKM.

Dia juga mengklaim pemerintah selalu memberi perhatian terhadap pelaku usaha lewat beragam perjanjian perdagangan, sektoral, regional, maupun multilateral.

"Perhatian ke pelaku UMKM itu besar karena mereka punya daya tahan yang relatif baik terhadap guncangan atau kondisi ekstrem," kata Djatmiko.

Bahkan, dia menyebut bila terjadi dinamika perekonomian tingkat global, kawasan, nasional, pelaku UMKM ini justru jadi penyelamat, sehingga pertumbuhan ekonomi tetap jalan.

Untuk itu dalam berbagai perjanjian perdagangan, sambung dia, juga ada elemen-elemen yang memfasilitasi atau memberikan dorongan kesepakatan antarpemerintah.

"Kita sepakat mendorong pelaku UMKM untuk saling membuka komunikasi. Masing-masing negara juga sepakat memberikan penguatan akses termin operasi, akses pembiayaan, akses terhadap memanfaatkan pasar yang ada," ujar Djatmiko.

Dia melanjutkan, bagi pelaku UMKM skala perumahan, bisa melakukan ekspor lewat agregator atau pengepul yang mengumpulkan beragam produk dan melakukan kegiatan ekspor, sehingga tidak harus melakukan mekanisme pengiriman secara langsung.

Djatmiko mencontohkan, negara lain seperti Swiss juga ternyata memiliki banyak koperasi yang bisa menjalankan bisnis seperti itu.

"Kalau sendiri berat. Yang penting barangnya sampai, bisa diterima dan masuk pasar, mau yang jual sendiri atau lewat orang lain," ujarnya.

Djatmiko menambahkan wacana pendirian Sekretariat Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)​​​​​​ di Jakarta akan semakin mendekatkan peluang UMKM menembus pasar ekspor.

Apalagi, isu mengenai pendirian Sekretariat RCEP di Jakarta ini jadi satu dari tujuh agenda prioritas dalam AEM Retreat yang berlangsung selama 20-22 Maret 2023 di Magelang, Jawa Tengah.

"Secara proximity [jarak] kita lebih dekat dong ke sekretariat. Artinya, pelaku usaha kita mau UMKM, mau besar kan paling dekat," ujarnya.

Melalui kehadiran Sekretariat RCEP tersebut, nantinya diharapkan akan menghasilkan komitmen antarnegara anggota RCEP di level pemerintah berupa sekretariat, komite, tugas, fungsi dan kegiatan yang akan mengoptimalkan implementasi dari isi perjanjian perdagangan bebas tersebut.

Namun begitu, dia juga tidak menampik kehadiran sekretariat di Jakarta tidak serta merta membuat pelaku usaha Tanah Air mendapat prioritas. Akan tetapi, setidaknya bisa mempermudah pebisnis mendapat akses untuk memperluas dan memperdalam keterkaitan serta konektivitas ekonomi dengan negara mitra di kawasan.

"Silakan juga pelaku usaha baik UMKM maupun skala besar untuk proaktif mencari informasi terkait akses perluasan pasar termasuk untuk ekspor," ungkap Djatmiko.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rahmi Yati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper