Bisnis.com, JAKARTA - Persaingan yang ketat dari penjualan online dan perubahan perilaku konsumen dalam membeli buku telah membuat sejumlah toko buku legendaris di Indonesia terpaksa tutup.
Sebelum beberapa toko buku Gunung Agung milik Haji Masagung dan Books & Beyond milik keluarga Riady mengalami penutupan permanen.
Nyatanya Aksara yang merupakan toko buku milik Ariani Subianto, salah satu pengusaha wanita terkaya Indonesia telah mengalami penutupan terlebih dahulu.
Melansir dari Data Indonesia, sebelum Arini berkecimpung di bisnis warisan mendiang ayahnya Benny Subianto yang merupakan pengusaha batubara ternama yakni PT Persada Capital Investama.
Kala itu Arini bersama teman masa sekolah SMP, Winfred Hutabarat yang sempat merintis pendirian Aksara pada 1998, yang awalnya masih sebagai toko aksesoris dan kado di Jakarta
Hal tersebut lantaran dirinya sebut sebagai hobi. Dia bercerita, dirinya memang langsung kembali ke Indonesia usai menamatkan Master of Business Administration di Fordham University Graduate School of Business Administration, AS.
Baca Juga
Setelah sebelumnya, Arini mendapatkan gelar pendidikan Bachelor of Fine Arts degree in Fashion Design di Parsons School of Design, Amerika Serikat pada 1994.
Toko buku Aksara bahkan pernah punya beberapa gerai di mal dan kawasan premium, seperti Cilandak Town Square (Citos), Pacific Place (PP), dan Kemang.
Sayangnya, perlahan mulai dari 2018, toko buku Aksara menutup seluruh outlet yang ada di pusat perbelanjaan atau mall, antara lain di Cilandak Town Square dan Pacific Place.
Sementara itu, gerai di Kemang, Jakarta Selatan, yang merupakan tempat lahirnya Aksara akan direnovasi menjadi pusat aktivitas pecinta seni, fotografi, sinema, kopi dan tentunya buku pun menutup gerainya pada Desember 2020.
Sepak Terjang Karier Arini
Sepak terjang Arini dalam diversifikasi bisnis tak perlu diragukan lagi. Pasalnya, dia juga menjadi satu pendiri Union Group, perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman (F&B) di Jakarta.
Sampai akhirnya, sebagai anak tertua, Arini harus melanjutkan estafet jabatan ayahnya sebagai Komisaris PT Adaro Energy Tbk dan Presiden Direktur Persada Capital Investama lantaran sang Ayah meninggal pada 2017.
Arini pun mengawasi investasi Persada di berbagai bidang mulai dari produk pengolahan kayu dan kelapa sawit hingga pengolah karet dan batu bara.
Persada juga memperluas portofolionya ke layanan kesehatan dengan mendirikan Rumah Sakit Persada di Malang, Jawa Timur sembari menjabat sebagai Komisaris di Adaro Energy, raksasa pertambangan dan batubara di Indonesia.
Jabatan lain yang diemban Arini adalah Komisaris PT Adaro Strategic Investment, Komisaris PT Adaro Strategic Lestari, Komisaris PT Adaro Strategic Capital, Komisaris PT Nuansa Nirmana Artistika, Komisaris PT Casa Maha Rasa, Komisaris PT Dharma Satya Nusantara Tbk, Komisaris PT Suralaya Anindita International, Direktur PT Panaksara, Presiden Direktur PT Pandu Alam Persada, dan Presiden Komisaris PT Anugrah Kirana Sarana
Melansir dari Forbes, dirinya pun berinvestasi di startup teknologi melalui Persada sejak 2017. Saat ini, Arini memiliki harta kekayaan sebesar US$1,5 miliar atau setara Rp22,3 triliun per 2022.
Sebagai informasi, mendiang sang Ayah Benny Subianto merupakan salah satu juru kunci keberhasilan PT. Astra International Tbk (Astra Group) itu berada di urutan 33 dari 50 orang terkaya di Indonesia pada 2016. Total harta Benny ketika itu tercatat sebesar US$950 juta atau setara Rp12,8 triliun.