Bisnis.com, JAKARTA - Siapa yang tak pernah mencicipi produk susu UHT Ultra? Ternyata pionir susu UHT di Indonesia ini merupakan salah satu dalam daftar orang terkaya di Indonesia.
Berawal dari industri rumahan yang dimulai 52 tahun lalu, sekrang sepanjang paruh pertama tahun ini senediri, perusahaannya, PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Compant Tbk. (ULTJ) berhasil merap laba miliaran rupiah.
Adalah nama crazy rich Sabana Prawirawidjaja menjadi pelopor kehadiran susu UHT di Indonesia, yang turut mengembangkan diri ke usaha minuman kemasan lainnya, hingga dirinya masuk dalam jajaran 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes dengan kekayaan US$900 juta, atau setara sekitar Rp13,5 triliun.
Sebelum sukses berbisnis, Pria kelahiran tahun 1940 itu mengenyam pendidikan di jurusan Manajemen, Nanyang Technological University, Singapura. Kemudian, ia bersama ayahnya, Ahmad Prawirawidjaja membangun perusahaan susu pertamanya di Bandung pada tahun 1958.
Saat itu, karena usahanya merupakan usaha rumahan, produksi susu cukup sulit karena pemrosesan susu yang terlalu sederhana, setelah diperah hanya bisa bertaan beberapa jam sebelum basi, membuat banyak susu yang tak terjual terpaksa dibuang.
Namun, melalui keahliannya, dia menghadirkan susu yang dimasak dengan temperatur sangat tinggi (Ultra High Temperature/UHT) sehingga susunya lebih awet tanpa merusak khasiatnya pada 1972. Dari sana, ia menjadi pelopor susu UHT di Indonesia.
Baca Juga
Sabana juga didapuk menjadi bos besar Ultrajaya saat usianya 31 tahun. Ia tetap menduduki posisi teratas sebagai Presdir sampai terakhir pada keputusan RUPS 27 Juni 2019.
Selain bisnis susu UHT, melalui teknologi kemasan yang dikembangkan, Ultrajaya juga mengembangkan diri ke bisnis minuman lain, seperti Teh Kotak dan Sari Kacang Hijau. Sabana juga pernah menjadi Presiden Komisaris di Campina Ice Cream Industry pada 1995 - 2017.
Membawa Ultrajaya Laba Miliaran
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2023, emiten dengan sandi saham ULTJ itu mencatatkan laba bersih sebanyak Rp610,85 miliar, naik tipis 0,44 persen dibandingkan dengan laba pada semester I/2022 senilai Rp608,15 miliar.
Adapun, ULTJ membukukan penjualan senilai Rp4,13 triliun. Realisasi itu naik 12,16 persen dibandingkan dengan raihan pada tahun sebelumnya Rp3,69 triliun.
Dilihat dari kontributor penjualan, pendapatan utama ULTJ masih berasal dari penjualan minuman senilai Rp4,54 triliun. Realisasi tersebut itu naik 13,62 persen dibandingkan semester I/2022 yang senilai Rp4 triliun.
Selanjutnya, ekspor minuman ULTJ mengalami kenaikan menjadi Rp6,41 miliar dari sebelumnya Rp5,01 miliar. Sedangkan penjualan makanan di pasar domestik mengalami penurunan menjadi Rp44,76 miliar dan ekspor tercatat naik 126 persen menjadi Rp3,12 miliar.
Setelah dikurangi berbagai beban yang dapat diefisienkan, perseroan masih mampu mencatatkan kenaikan laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp610,85 miliar. Naik dari laba bersih semester I/2022 sebesar Rp608,15 miliar.