Bisnis.com, JAKARTA -- Emiten pengelola jaringan bioskop CGV, PT Graha Layar Prima Tbk. (BLTZ) baru saja menandatangani perjanjian fasilitas kredit dengan PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) senilai Rp160 miliar.
Pinjaman tersebut ditujukan untuk pengambilalihan utang dari The Export Import Bank of Korea (KEXIM) dengan tenor 1 tahun sampai Desember 2024.
Dokumen jaminan untuk perolehan fasilitas pinjaman ini adalah corporate gurantee dari CJ CGV Co. Ltd, selaku pemegang saham pengendali BLTZ.
Di balik pinjaman tersebut, CGV sebelumnya mencatatkan kinerja yang kurang memuaskan dengan emiten bersandi saham BLTZ itu mencatatkan peningkatan rugi sepanjang kuartal III/2023 meski berhasil membukukan kenaikan pendapatan.
Rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk BLTZ berjumlah Rp37,49 miliar per September 2023, naik 152,89 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 sebesar Rp14,83 miliar.
Baca Juga
Historia CGV Indonesia
Jaringan bioskop CGV berasal dari Korea Selatan yang berada di bawah CJ Group, dan merupakan salah satu perusahaan bisnis bioskop multiplex terbesar di Korea Selatan dengan sejumlah cabang di China, Vietnam, Indonesia dan Amerika Serikat.
CGV mengambil namanya dari huruf pertama dari tiga kata; Cultural (berbudaya), Great (hebat), dan Vital (sangat penting). Di Korea Selatan sendiri, bioskop CGV tersebar di 85 lokasi, dengan 681 layar dan 100.000 kursi di Korea.
Di Indonesia, CGV Cinemas hadir, didirikan oleh Ananda Siregar dan David Hilman. Bioskop yang didirikan keduanya sebelumnya bernama blitzmegaplex.
Ananda Siregar sendiri merupakan seorang pengusaha. Pria kelahiran 12 Februari 1975 itu merupakan putra bungsu Arifin Siregar.
Dia menempuh pendidikan tingginya di Universitas Northwestern di Chicago. Setelah lulus kuliah, dia sempat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di BPPN sampai dengan 2002 sebelum akhirnya mendalami bisnis sinema.
Pada 2004, Ananda dan David membuka bisnis sinema pertamanya bernama Blitz Megaplex. Jaringan bioskop tersebut dibuka pertama kali di Paris Van Java Mall, Bandung pada 2004.
Selanjutnya, setelah CGV melakukan akuisisi pada Blitz Megaplex, namanya bioskop tersebut berubah menjadi CGV Blitz pada 2015, dan menjadi CGV seperti sekarang. Adanya CGV Cinemas seperti menghilangkan kesan monopoli dalam jaringan bisnis bioskop di Indonesia, yang sebelumnya didominasi oleh Cinema 21.
CGV Cinemas hadir dengan minimal 8 layar sehingga memberikan kesempatan untuk menonton berbagai macam genre film, bukan hanya film-film Hollywood, namun juga film festival, arthouse, Bollywood, film animasi dan berbagai film yang berasal dari seluruh dunia dengan berbagai bahasa.
CGV Cinemas juga meraih penghargaan dari MURI sebagai bioskop dengan layar terbesar di tanah air yaitu di auditorium 1 di CGV Cinemas Grand Indonesia.
Dengan jaringannya yang semakin besar, pada 28 Maret 2014, Blitz memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham atau IPO dengan kode saham BLTZ.
Sahamnya ditawarkan kepada masyarakat sebanyak 74.410.400 dengan nilai nominal Rp100 per saham dengan harga penawaran Rp3.000 per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 April 2014.