Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Guccio Gucci, Tokoh di Balik Gucci yang Kini Ketar-ketir Gara-gara Penjualan Anjlok

Penjualan Gucci anjlok, bakal berpengaruh para pendapatan pemiliknya Kering Group
Guccio Gucci, Tokoh di Balik Gucci yang Kini Ketar-ketir Gara-gara Penjualan Anjlok
Guccio Gucci, Tokoh di Balik Gucci yang Kini Ketar-ketir Gara-gara Penjualan Anjlok

Bisnis.com, JAKARTA -- Grup pemilik brand barang mewah Gucci, Kering, ketar-ketir lantaran belum bisa membalik kondisi penjualan yang terus menurun, salah satu penyebabnya lantaran perlambatan ekonomi di Asia. 

Dengan penurunan penjualan, nasib perusahaan konglomerat Prancis itu jadi sangat kontras dengan lawannya, LVMH dan Hermès

Kering yang berbasis di Paris melaporkan bahwa penjualan pada kuartal pertama diperkirakan turun 10 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penjualan di Gucci menyumbang dua pertiga dari pendapatan operasional Grup Kering sepanjang 2023, yang turun hampir 20 persen.

“Kinerja ini mencerminkan penurunan penjualan Gucci yang lebih tajam, terutama di Asia Pasifik,” kata Kering. 

Gucci sedang melakukan perubahan haluan di bawah manajemen baru dan direktur kreatif baru, Sabato de Sarno, namun belum membuahkan hasil.

Kering Group menyebutkan mengatakan bulan lalu bahwa mereka berencana untuk berinvestasi dalam transformasi Gucci tahun ini, yang kemungkinan akan kembali mencapai margin pada 2024.

Tak hanya Gucci, penurunan penjualan di Grup Kering juga terjadi para merek Saint Laurent dan Bottega Veneta, yang telah mengalami penurunan penjualan tahun lalu.

Nasib penjualan Kering Group kontras dengan kinerja grup mewah saingannya, LVMH dan Hermès, yang berhasil meningkatkan penjualan sebesar dua digit pada kuartal terakhir mereka.

UBS memperkirakan pertumbuhan penjualan sektor barang mewah akan melambat menjadi rata-rata 5 persen pada 2024, setelah mencapai rata-rata pertumbuhan organik sebesar 10 persen setiap tahun sejak 2016.

Salah satu faktornya adalah seberapa besar merek melayani konsumen yang lebih rentan terhadap tekanan ekonomi, dibandingkan pembeli yang lebih tua dan kaya. Gucci khususnya, memiliki fokus pelanggan yang lebih muda dan lebih fashion-forward di bawah bimbingan mantan desainer bintangnya, Alessandro Michele.

Hal ini terbukti sangat sukses selama beberapa tahun, Namun kini mendapat tekanan seiring dengan perubahan selera. Ketika dana stimulus era pandemi dibelanjakan di AS dan Eropa, dan prospek ekonomi China menjadi semakin tidak menentu, kinerja Gucci ikut melemah.

Saham Kering, yang dikendalikan oleh miliarder François-Henri Pinault, telah anjlok hampir 25% selama setahun terakhir.

Sosok di Balik Kering Group

Merek Gucci sendiri didirikan pada 1921, Gucci telah bertransformasi dari sebuah toko yang dibuka di pinggir jalan di Florence menjadi salah satu simbol fashion di Italia. 

Pendiri Gucci, Guccio Gucci, lahir di Florence pada tanggal 26 Maret 1881. Di masa mudanya, dia pindah ke London, di mana dia mulai bekerja sebagai porter di hotel The Savoy pada 1897. 

Terinspirasi oleh pengamatannya terhadap jet set di sana,  dia kembali ke Florence pada 1902 dengan mimpi bahwa suatu hari akan ada koper yang memuat namanya, dan, pada 1921, dia membuka butik Gucci pertama di Via della Vigna Nuova.

Pada 1999, Gucci dibeli oleh perusahaan Pinault-Printemps-Redoute (PPR) , yang berganti nama menjadi Kering pada Juni 2013. Perusahaan tersebutmemiliki serangkaian bisnis yang beragam, mulai dari produksi bahan bangunan, memiliki toko ritel dan bisnis pemesanan lewat pos di Eropa Barat dan Amerika, dan mengakuisisi sejumlah merek barang mewah.

Perusahaan itu dimiliki oleh Francois Pinault, miliarder kelahiran 21 Agustus 1936 di Les Champs-Géraux, sebuah wilayah di Brittany, Barat Prancis. 

Dia putus sekolah pada usia 16 tahun dari College Saint-Martin di Rennes sebelum kemudian mendaftar di militer selama perang Aljazair. Setelah itu, dia kembali ke bisnis keluarga, yang menjual kayu dan bahan bangunan, yang kemudian dia jual setelah kematian ayahnya.

François Pinault memulai bisnis pertamanya pada 1963 sebagai pedagang kayu lewat Pinault SA. Perusahaan itu terus bertumbuh kuat dan mendiversifikasi portofolionya dengan mengakuisisi beberapa perusahaan yang menghadapi kebangkrutan, termasuk Chapelle Darblay, untuk merestrukturisasi mereka.

Guccio Gucci, Tokoh di Balik Gucci yang Kini Ketar-ketir Gara-gara Penjualan Anjlok

Pada 25 Oktober 1988, Pinault SA dibawa ke bursa saham Paris dan mulai berinvestasi di jaringan toko khusus. Pinault melakukan ekspansi di antaranya dengan mengakuisisi saham mayoritas di perusahaan distribusi Afrika CFAO, perusahaan pengecer perabotan Conforama, Printemps, La Redoute, dan perusahaan pengecer buku Fnac. 

Pinault SA kemudian berganti nama menjadi Pinault-Printemps-Redoute (PPR) pada tahun 1993.

Sebelumnya, pada 1992, Pinault mendirikan perusahaan induk Artémis untuk mengelola investasi keluarga Pinault yang dikendalikan 100% oleh Pinault dan keluarganya. 

Artémis mengendalikan kebun anggur Château Latour, Clos de Tart, Domaine d'Eugénie, Château Grillet, Kebun Anggur Eisele, dan sampanye Jacquesson. 

Selain itu, Artémis juga membeli majalah berita Le Point pada 1997, rumah lelang Christie's pada 1998, dan perusahaan kapal pesiar mewah Ponant pada 2015. 

Pada akhir 1990-an, François Pinault mulai mengalihkan fokus bisnisnya dari ritel ke barang mewah. Pada Maret 1999, Pinault-Printemps-Redoute (PPR) membeli 42% saham pengendali Grup Gucci seharga US$3 miliar, dan membeli perusahaan Yves Saint Laurent.

Pinault juga membeli perusahaan perhiasan Perancis Boucheron pada 2000, Balenciaga pada 2001, dan rumah mode Inggris Alexander McQueen. Selanjutnya, pada Mei 2003, dia menyerahkan pengelolaan perusahaannya kepada putranya François-Henri. 

Di bawah kepemimpinannya, dia mengupayakan konsolidasi grup mewah dengan akuisisi merek-merek baru seperti Brioni, Girard-Perregaux, dan Pomellato. Dia juga mengubah manajemen perusahaan dan nama grup menjadi Kering pada tahun 2013.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper