Bisnis.com, JAKARTA - Forbes kembali mengeluarkan daftar yang menyoroti 100 perusahaan kecil dan start up di Asia Pasifik yang berhasil menarik perhatiian investor besar. Delapan di antaranya dari Indonesia.
Daftar Forbes Asia 100 to Watch tahunan keempat menampilkan perusahaan kecil dan perusahaan rintisan di Asia-Pasifik yang menarik perhatian investor.
Secara keseluruhan, perusahaan-perusahaan ini telah menarik lebih dari US$2 miliar dalam total investasi hingga saat ini, dengan 83 di antaranya mengumpulkan uang sejak awal 2023.
Beberapa perusahaan yang disorot dalam daftar ini menceritakan kisah pertumbuhan yang stabil, dan menegaskan bahwa kesuksesan bukanlah prestasi dalam semalam.
Meskipun memiliki latar belakang berbeda-beda, 100 perusahaan ini memiliki satu kesamaan, yaitu semangat inovatif yang kuat, mulai dari pengembangan menggunakan sistem navigasi AI dan juga pemanfaatan digitalisasi.
Daftar ini didominasi oleh perusahaan dari India, sebanyak 20 perusahaan, kemudian 15 dari Singapura, 10 dari China, 9 dari Jepang dan 8 dari Indonesia.
Baca Juga
Berikut ini delapan perusahaan Indonesia yang masuk dalam Forbes Asia 100 to Watch:
1. ESQA Cosmetics
Kategori: E-commerce & Retail
Tahun Berdiri: 2016
CEO: Cindy Angelina
Teman masa kecil Cindy Angelina dan Kezia Trihatmanto mendirikan ESQA, yang mengklaim sebagai merek kosmetik vegan pertama di Indonesia. ESQA kini menawarkan berbagai macam kosmetik dan produk perawatan kulit yang dijual secara daring, serta melalui peritel seperti Sephora, Sociolla, dan Watsons.
Perusahaan rintisan kecantikan ini telah berekspansi ke Vietnam dan Singapura, serta mengincar pasar Asia Tenggara lainnya. Perusahaan ini memperoleh pendanaan seri A senilai US$6 juta pada 2022 yang dipimpin oleh Unilever Ventures dan dengan partisipasi East Ventures. ESQA mengatakan perusahaan ini telah memperoleh laba setelah beroperasi selama dua tahun.
2. Gravel
Kategori: Konstruksi & Logistik
Tahun Berdiri: 2019
Co-CEO: Georgi Ferdwindra Putra, Fredy Yanto
Gravel yang berkantor pusat di Jakarta merupakan start up yang bertujuan memudahkan perekrutan pekerja konstruksi baik harian maupun per proyek. Perusahaan ini juga menawarkan layanan pemeliharaan dan menjual bahan bangunan.
Perusahaan ini mengklaim telah membantu 6.000 proyek di 20 provinsi di Indonesia dan sekitar 1,7 juta pekerja konstruksi terdaftar di platform tersebut. Perusahaan ini telah mengumpulkan total pendanaan sebesar US$14 juta dari investor seperti NEA dan East Ventures.
3. Little Joy
Kategori: E-commerce & Retail
Tahun Berdiri: 2021
CEO: Clara Carina Lukito
Didirikan oleh Clara Carina Lukito dan Claudia Sastra, yang juga masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia 2023, perusahaan ini menjual suplemen untuk keluarga berpenghasilan rendah dan menengah yang dapat dicampur dengan makanan untuk menambah nutrisi.
Little Joy juga menawarkan produk untuk ibu hamil dan menyusui. Perusahaan ini bercita-cita untuk mengurangi kekurangan gizi dan stunting pada anak-anak Indonesia ini, tahun lalu memperoleh pendanaan seri A dari investor Prasetia Dwidharma, Atlas Global Kapital, dan lainnya.
4. McEasy
Kategori: Konstruksi & Logistik
Tahun Berdiri: 2017
CEO: Raymond Sutjiono
McEasy membantu perusahaan memantau armada transportasi mereka dengan perangkat lunak dan alat lain seperti kamera, GPS, dan sensor. Pelanggannya termasuk perusahaan minyak dan gas milik negara, PT Pertamina, dan perusahaan logistik yang berkantor pusat di Jakarta, JNE.
Pada Juni tahun ini, McEasy meraih pendanaan seri A+ yang dipimpin oleh Granite Asia, menyusul pendanaan sebelumnya sebesar US$6,5 juta yang dipimpin oleh East Ventures pada 2022 lalu, sehingga total pendanaan seri A-nya menjadi US$11 juta.
5. Paper.id
Kategori: Teknologi Perusahaan & Robotika
Tahun Berdiri: 2017
CEO: Yosia Sugialam
Paper.id yang berpusat di Jakarta ditujukan membantu para pebisnis mengotomatiskan proses penagihan dan pembayaran mereka. Perusahaan ini menargetkan perusahaan kecil dan menengah di Indonesia dan mengklaim memiliki lebih dari 600.000 perusahaan sebagai pelanggan.
Pada Juni tahun ini, Paper.id. mengumpulkan dana seri B senilai US$12 juta yang dipimpin oleh perusahaan modal ventura Australia Square Peg, sehingga total pendanaan menjadi lebih dari US$30 juta.
6. Proglix
Kategori: Konstruksi & Logistik
Tahun Berdiri: 2022
CEO: Wynn Nathaniel Wijaya
Proglix membantu perusahaan kecil Indonesia mendapatkan bahan baku dan jadi logam untuk konstruksi dan industri lainnya. Proglix tidak mensyaratkan pesanan minimum dan menawarkan harga dan rencana pembayaran yang kompetitif.
Perusahaan ini merupakan satu-satunya perusahaan rintisan Indonesia yang terpilih untuk angkatan musim dingin Y Combinator pada 2023 dan berhasil mengumpulkan dana awal sebesar US$1,4 juta pada 2023 dari perusahaan seperti 500 Global, Number Capital, dan Magic Fund.
7. Rukita
Kategori: Kuliner & Perhotelan
Tahun Berdiri: 2019
CEO: Sabrina Soewatdy
Startup manajemen properti Rukita menawarkan opsi sewa yang terjangkau, mulai dari ruang tinggal bersama hingga apartemen berlayanan, dan juga membantu tuan tanah mengelola properti mereka.
Rukita mengklaim sudah bisa meraih laba dengan mengelola lebih dari 1,4 juta kamar di kota-kota besar di seluruh Indonesia. Pada Maret 2024, startup tersebut mengumpulkan US$15 juta dalam pendanaan seri B dari investor termasuk Surge milik Peak XV, Golden Gate Ventures, MPower Partners, BNI Ventures, Openspace Ventures, dan bintang basket Jeremy Lin.
8. Swap Energi Indonesia
Kategori: Manufaktur & Energi
Tahun Berdiri: 2019
CEO: Irwan Tjahaja
Swap Energi yang berkantor pusat di Jakarta Pusat membangun infrastruktur pengisian daya untuk sepeda motor listrik di Indonesia. Dengan aplikasinya, pelanggan dapat dengan cepat menemukan stasiun pengisian daya baterai di lebih dari 1.500 lokasi di seluruh Indonesia.
Awal tahun ini, perusahaan tersebut meraup US$22 juta dalam pendanaan seri A yang dipimpin oleh Qiming Venture Partners, setelah pendanaan pra-seri A sebesar US$7,2 juta pada April 2023 dan pendanaan awal yang tidak disebutkan pada 2022.