Bisnis.com, JAKARTA - Tahun ini, tepat 10 tahun Sociolla berdiri sejak pertama dirintis tahun 2015 lalu.
Bermula dari bisnis online serupa omnichannel, kini Socia Bella sebagai penaung Sociolla sudah bertransformasi menjadi ekosistem industri kecantikan yang bisa disebut paling kuat di Indonesia.
Kesuksesannya ini bisa jadi tak lepas dari pengamatan jeli sang co founder Socia Bella Christopher Madiam melihat peluang bisnis di sektor kecantikan tanah air.
Perkembangan industri kecantikan di Indonesia
Menurut data Kemendag, pertumbuhan fenomenal industri kosmetik di Indonesia ditandai dengan pertumbuhan jumlah industri kosmetik di Indonesia yang mencapai 21,9%, yakni dari 913 perusahaan di tahun 2022 menjadi 1.010 perusahaan pada pertengahan 2023.
Industri kosmetik nasional juga mampu menembus pasar ekspor dimana secara kumulatif untuk periode Januari-November 2023 nilai ekspor untuk produk kosmetik, wewangian, dan essential oils tercatat mencapai USD770,8 juta.
Adapun, segmen pasar terbesar didominasi segmen perawatan diri (personal care) dengan volume pasar sebesar USD3,18 miliar pada tahun 2022, disusul skincare sebesar USD2,05 miliar, kosmetik USD1,61 miliar, dan wewangian USD39 juta.
Baca Juga
Potensi market size secara nasional pada tahun 2023 bisa mencapai 467.919 produk atau meningkat lebih dari 10 kali lipat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Sementara itu, secara global diperkirakan dapat mencapai USD473.21 miliar pada tahun 2028 dengan pertumbuhan rata-rata 5,5% per tahun.
Lebih lanjut, penjualan produk personal care dan kosmetik mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun terakhir ini di tengah masifnya perkembangan e-commerce di Indonesia.
Sejak tahun 2018 hingga 2022, personal care dan kosmetik merupakan top 3 penjualan di market place, dengan nilai transaksi mencapai Rp13.287,4 triliun dan volume transaksi 145,44 juta.
Industri kecantikan nasional mempunyai potensi yang sangat luas untuk dikembangkan, mengingat melimpahnya sumber daya alam sebagai bahan baku kosmetik. Selain itu, Indonesia juga memiliki warisan budaya leluhur tentang tanaman berkhasiat sebagai obat dan perawatan tubuh.
Potensi pasar dalam negeri juga cukup besar dengan meningkatnya jumlah populasi usia produktif sebagai pengguna produk kecantikan.
Awal Mula Bisnis
Potensi dan optimisme berkembangnya industri kecantikan dan skincare juga diamini oleh Co-Founder & CEO Social Bella, Christopher Madiam.
Lewat ekosistem Socia Bella dirinya yakin industri ini akan tumbuh pesat, sehingga pada 2015 lalu dia memutuskan membuat sebuah omnichannel retailer yang bergerak di bidang e-commerce kecantikan. Perusahaan ini dikenal dengan nama Sociolla di bawah PT Socia Bella.
Social Bella menjual produk kecantikan seperti kosmetik, perawatan kulit, perawatan rambut, pewangi, dan alat kecantikan.
Siapa sangka, bisnis yang semula berawal dari sebuah ruko kecil dan hanya memiliki 20 karyawan itu kini bisa menjadi salah satu retailer industri kecantikan lokal yang cukup besar.
Kala itu, mereka hanya memiliki website dengan nama sociolla.com dengan operasional gudang berada di sebuah ruko kecil dan menjajakan 10 brand saja.
Seiring perkembangan bisnis, ekspansi bisnis digital mulai dikembangkan dengan meluncurkan SOCO App pada 2018.
Ketika bisnis online kini berkembang, akhirnya Christopher memutuskan berani membuka toko offline di tahun 2019 di Lippo Puri Mal yang juga menjadi toko flagship Sociolla.
Bisnispun kian moncer. Hingga akhirnya Sociolla kini memiliki gudang seluas 12.000 sqm di Cikupa, Tangerang, dan punya lebih dari 2.000 karyawan di seluruh Indonesia.
Toko offline Sociolla pun kini sudah sebanyak 100 toko dengan dibukanya secara resmi toko di Madiun.
Selain Sociolla, kini lini bisnis yang ada di bawah naungan Socia Bella yakni SOCO, platform online ulasan konsumen untuk produk kecantikan dan perawatan diri, Beauty Journal, media online kecantikan dan gaya hidup, Lilla by Sociolla, e-commerce kecantikan dan perawatan diri untuk ibu dan keluarga, dan juga Brand Development, layanan distributor untuk merek kecantikan dan perawatan diri
Strategi Bisnis
Lantas apa sebenarnya kunci sukses Christopher membangun kerajaan bisnisnya hingga dalam 10 tahun saja menjadi sebesar sekarang?
Kepada Bisnis dia mengatakan dirinya cukup bangga karena sebagai perusahaan yang dibangunnya bukan sekedar bisnis tapi lebih bersifat ekosistem.
“Social Bella itu bukan sekadar reseller tapi konsep yang kita buat itu memberdayakan semuanya. Bukan dari sisi customer yang beli tapi juga brand lokal dan internasional, KOL dan pemangku kepentingan yang ada di industri itu,” paparnya.
Bahkan, katanya, perusahaannya pun sudah ekspansi ke industri lain seperti mom and babies, hingga ekspansi ke luar negeri tepatnya ke Vietnam pada 2020 lalu.
Chris mengaku, sebagai ekosistem banyak keunggulan yang perusahaannya dapatkan. Semisal menjadi tahu market dan review dari komunitasnya dan juga B2B sehingga bisa terlihat potensinya, kemudian bisa menentukan lokasi mana yang paling menjanjikan untuk mengembangkan bisnisnya.
Akhirnya, Sociolla yang awalnya online reseller kemudian berkembang karena didukung oleh ekosistem lainnya, termasuk beauty journal dan lainnya.
Dengan kian berkembangnya bisnis kecantikan, Sociolla pun kian berkibar.
Christopher mengungkapkan, setiap tahun, pertumbuhan bisnisnya cukup tingg, terutama di tahun 2023-2024 yang disebut tahun sulit, dimana perusahaannya bisa tumbuh hampir 50%.
“Sebagai startup kita memang cukup beda, prinsip kita bukan growth with all the cost. Pertumbuhan cukup besar untuk perusahaan sebesar kita, dan untuk market sharenya jadi berharap bisa ikuti trennya,” ungkapnya.
Bahkan, katanya, saat covid melanda, bisnisnya pun masih bisa bertahan. Pasalnya, karena berasal dari bisnis online, bisnisnya masih bisa tetap tumbuh, termasuk industri bussineess to businesnya, karena konsumen tetap naik.
Menurutnya, kategori produk skincare menjadi penyelamat saat covid menerpa selama dua tahun. Karena saat itu banyak konsumen mulai aware akan perawatan kulit, sehingga bisa mendongkrak transaksi.
Pasca covid, konsumen mulai pulih dan pertumbuhan bisnis offline nya ikut kembali pulih.
Selain didukung oleh ekosistem, bisnis Sociolla juga terdorong oleh generasi Z dan milenial yang menjadi konsumen utamanya. Terutama untuk pembelian online melalui website sociolla.com ataupun aplikasi Soco apps, yang disukai generasi Z yang memang lebih familiar dengan digital.
Untuk lebih banyak menggaet konsumen, dirinya mulai menambah lebih banyak brand lokal yang juga diminati para pengguna kosmetik dan skincare tanah air.
"Awal berdiri produk asing mendominasi, dulu saya melihat prduk lokal sangat besar, tapi tidak ada ekosistem yang menjadi wadah mereka berkembang. Mentok-mentok jualan di marketplace dan social media. Big challengenya, kita punya keinginan untuk membantu brand lokal ini dan akhirnya kita awal mula jalan bareng dengan beberapa brand lokal seperti BLP, Esqa," paparnya.
Saat ini, jumlah brand lokal yang masuk ke Sociolla sudah cukup banyak, sehingga makin banyak pilihan untuk konsumen.
Agar tetap menjaga kualitas brand lokal di omnichannelnya, Christopher juga tetap memfilter brand-brand tersebut.
Filtering yang dilakukan, katanya, tentu saja pertama dari sisi keamanan harus standar BPOM, kemudian produk tidak overclaim dan diproduksi oleh perusahan yang jelas dan tidak hanya hit and run.
Untuk proses akurasi sendiri, katanya, bisa mulai dari dua pekan saja.
Prediksi dan rencana bisnis
Christopher juga tetap optimistis bisnis atau industri ini akan tetap berkembang di tanah air.
Baginya, industri ini yang paling menarik di Indonesia karena jumlah populasi usia muda sangat banyak, sehingga proyeksi konsumenpun akan terus tumbuh.
Dia memprediksi, bisnis Sociolla 2024-2025 akan tumbuh sebesar 40-50 persen sesuai dengan target tahunan perusahaan.
Dirinyapun optimis karena perusahaan berencana membuka 37 toko baru lagi tahun ini.
Saat ini lokasi toko paling banyak di Jakarta dan pulau Jawa, sehingga Christopher berencana mengembangkan bisnisnya ke daerah-daerah tier 2 dan 3 agar customer di wilayah tersebut punya jangkauan yang sama dengan customer lain.
Di luar pulau Jawa, rencananya akan ada Makassar, Banjarmasin dan beberapa kota Sumatra.
Untuk pemilihan lokasi ekspansinya sendiri, melihat potensi yang ada, termasuk dari sisi customer juga. Bukan hanya calon pembeli, tapi juga brand nya juga karena Sociolla juga bertindak sebagai distributor. Karenanya, salah satu tolak ukur penentuan ekspansi ke daerah yakni apakah di daerah itu ada komunitas yang lumayan menarik dan potensial untuk digaet.
Dia juga mengatakan ingin menekuni industri parfum lokal yang kini industrinya naik 400-500 persen, salah satunya dimana lini parfum diberikan space yang lumayan besar di store.