Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis kecantikan di Indonesia mengantongi potensi besar untuk dikembangkan, melihat peminat produk kecantikan di Indonesia yang terus meningkat.
Saat ini, peminat produk kecantikan tidak hanya wanita, tapi juga pria. Menangkap permintaan itu, brand-brand kecantikan yang muncul juga semakin menjamur.
Nah, untuk menangkap keduanya, mengumpulkan pembeli dan penjual, sosok Christoper Madiam membangun ekosistem yang menggabungkan teknologi dan industri kecantikan di balik Sociolla.
Sejak dibangun pada 2015, Sociolla kini tidak sekadar menjadi e-commerce biasa, tapi juga memiliki offline store hingga 60 toko, media, dan komunitas.
Christoper mengatakan, kunci kesuksesan di balik perkembangan Sociolla adalah fokus pada kebutuhan konsumen.
"Itu semua berawal dari bagaimana kita bisa mengidentifikasi kebutuhan konsumen dan kita bangun solusi terkait kebutuhan itu," kata Christoper saat ditemui beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Christoper yang berlatar belakang pendidikan di bidang teknologi juga melihat potensi di industri kecantikan yang luar biasa besar. Banyak pemain industri lokal yang bagus dan banyak sekali kustomer potensial yang mau membeli produk.
Namun, masalahnya ada celah antara pembeli dan penjual sehingga dia berinisiatif membangun solusi yang terbaik untuk menjawab kebutuhan tersebut.
Seiring berjalannya waktu, imbuh Christoper, Sociolla memiliki simbiosis mutualisme dengan para brand dan konsumen. Dengan adanya media, mereka jadi mengerti keinginan dan kebutuhan konsumen.
"Dari media yang kita miliki, kita bisa mendengar banyak input dan informasi terkait produk dan kategori yang lagi dicari, atau ketika ada produk baru, kita tahu kenapa mereka nggak mau beli atau nggak suka dengan produk itu. Dengan insight ini kita coba bawa produk yang memang dibutuhkan," jelasnya.
Dengan data yang dimiliki dari para konsumen, Sociolla juga sering membagikan masukan dari para konsumen dengan brand kita supaya mereka bisa menciptakan produk yang sesuai.
Selain itu, dengan berjualan secara online, juga memudahkan brand yang baru masuk untuk menjangkau pasar lebih luas, di mana pun di seluruh penjuru Indonesia.
Kemudian, Sociolla melebarkan sayap dengan membentangkan sayap dengan membangun toko offline, karena sadar, dalam industri kecantikan bukan hanya soal orang mau beli dan jual.
"Brand banyak yang meluncurkan produk baru tiap bulan, di sini konsumen butuh tempat untuk bisa mencoba, dan brand mau punya tempat untuk showcase produk baru mereka, makanya kita mulai buka offline store yang kita buka mulai 2019 dan per hari ini sudah ada hampir 60 toko," lanjutnya.
Dengan toko offline Sociolla tersebar di 34 kota, ini akan memudahkan brand menyapa konsumen potensialnya yang sudah branding di sosial media tapi susah mencapai marketnya.
Christoper juga mengatakan, kunci lain dalam membangun bisnis adalah dengan menganggap kostumer bukan hanya orang yang beli barang, tapi siapapun yang ada dalam ekosistem Sociolla.
"Brand misalnya, mereka membutuhkan ekosistem kita untuk memasarkan produk mereka. Menurut kita ekosistem ini sangat menarik, karena kita tidak hanya membesarkan industrinya aja, tapi juga seluruh ekosistem yang ada, dan ini juga alasan kita bisa ekspansi ke Vietnam menggunakan playbook yang sama," imbuhnya.
Sociolla yang diawali dari sebuah ruko kecil, kini memiliki jaringan gudang pusat berbasis digital terbesar di Cikupa, Tangerang dan di Surabaya serta 7 cabang B2B (business to business) di seluruh Indonesia.
Sociolla juga menjadi rumah bagi lebih dari 2.000 karyawan di Indonesia dan Vietnam negara.
Aplikasi andalannya, SOCO juga menjadi wadah bagi para beauty enthusiast dan komunitas dalam berbagi ulasan dan insight akan produk-produk kecantikan.
SOCO sendiri memiliki hampir 3 juta ulasan yang mencakup sekitar 36.000 produk.