Bisnis.com, JAKARTA - Usaha kedai kopi atau kafe di seluruh dunia sudah begitu banyak, tapi tidak semua kafe sama. Ada sederet kafe yang didapuk sebagai yang terbaik di dunia, salah satunya dari Indonesia.
Ada banyak hal yang harus diperhatikan ketika ingin membuat kedai kopi yang baik, mulai dari keterampilan barista, kualitas makanan dan kopi, suasana, praktik keberlanjutan, layanan pelanggan, dan konsistensi, untuk menyebutkan beberapa. Setidaknya, hal-hal itu yang dinilai oleh daftar peringkat The World 100 Best Coffee Shops.
Daftar akhir dari 100 kedai kopi terbaik di dunia memperhitungkan suara publik, yang mencakup 30 persen dari skor akhir, ditambah wawasan dari panel ahli yang mencakup 70 persen. Hanya kedai kopi dengan skor gabungan tertinggi yang masuk dalam peringkat.
Dalam daftar tersebut tahun ini, ada satu kedai kopi dari Indonesia, yakni Anomali Coffee. Kedai kopi tersebut masuk di urutan ke-78 dari 100 kafe terbaik di dunia, dan menjadi satu-satunya dari Indonesia.
Lantas siapa sosok di balik berdirinya Anomali Coffee?
Menjadi salah satu kedai kopi terbaik di dunia, Anomali Coffee didirikan oleh Irvan Helmi bersama Agam Abgari sejak 2007.
Baca Juga
Mengutip berbagai sumber, sebelum memulai Anomali Coffee, Irvan sudah memiliki kecintaan pada kopi sejak masih duduk di bangku SMP.
Alih-alih belajar bisnis, dia justru belajar pemprograman komputer di jurusan Ilmu Komputer Universitas Indonesia yang lulus pada 2005.
Sebelum terjun ke dunia bisnis, Irvan sempat bekerja sesuai jurusannya dengan menjadi programmer komputer di beberapa perusahaan selama tiga tahun. Namun, dia sudah mulai mengulik berbagai resep kopi sejak 2005.
Bergabung dengan Agam, tercetus nama Anomali, yang maknanya berbeda dengan yang biasanya. Mereka mendirikan Anomali Coffee dengan modal sekitar Rp500 juta.
Tak hanya menghadirkan menu-menu kopi, Anomali juga banyak berinovasi seperti merilis produk biji kopi, peralatan kopi, kelas membuat kopi, hingga layanan katering kopi.
Saat ini, Anomali Coffee sudah memiliki sekitar 11 cabang yang dikembangkan sendiri, di Jakarta, Bali, Makassar, dan Ternate.