Bisnis.com, JAKARTA- Program nasional Koperasi Merah Putih digagas pemerintah bisa menjadi fondasi baru bagi pemberdayaan ekonomi lokal melalui koperasi sektor riil. Salah satu peluang itu adalah kolaborasi aktif antara koperasi dan kementerian terkait untuk penguatan rantai pasok ekspor dan pemberdayaan desa.
Salah satu strateginya adalah meningkatkan kapasitas sektor pertanian dan pengolahan komoditas lokal agar mampu bersaing di pasar internasional.
Hingga 2024, terdapat lebih dari 127.000 koperasi sektor riil yang aktif di Indonesia, tetapi hanya sebagian kecil yang telah mengadopsi sistem manajemen modern dan berdaya saing ekspor.
Transformasi koperasi dinilai penting tidak hanya dari sisi manajerial, tetapi juga melalui inovasi teknologi, pelatihan kepemimpinan, dan investasi infrastruktur.
Model koperasi produktif seperti ini kini diupayakan menjadi contoh yang bisa direplikasi melalui program koperasi merah putih.
Salah satu sosok yang berhasil merintis usaha koperasi untuk berorientasi ekspor adalah Jonathan Danang Wardhana lewat Koperasi Kana.
Baca Juga
Jonathan menduduki posisi sebagai Ketua Koperasi Kana. Pengalaman sebagai Direktur di PT Indogula Jayabaya diimplementasikan pada manajemen koperasi.
Kariernya berfokus pada transformasi koperasi menjadi entitas yang tidak hanya berdaya saing nasional, tetapi juga relevan secara global.
Dia mengembangkan model koperasi modern berbasis ekspor yang kini menjadi perhatian nasional.
"Kami ingin petani-petani tebu di Kediri tidak hanya jadi penyuplai bahan baku, tapi bagian dari sistem yang lebih besar, yaitu ekspor nasional,” ujar Jonathan, dikutip dari siaran pers, Kamis (21/8/2025).
Di bawah kepemimpinannya, Koperasi Kana mengubah pendekatan koperasi dari yang semula bersifat konvensional menjadi lebih profesional dan terukur. Fokus mereka bukan pada simpan pinjam, melainkan pemberdayaan UMKM dengan orientasi ekspor.
Produk seperti gula merah premium, sarang burung walet, dan minuman kesehatan telah berhasil dipasarkan ke Hongkong, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
“Koperasi harus relevan secara sosial dan ekonomis. Kalau tidak bisa menjawab kebutuhan pasar, ya akan tertinggal,” tegas Jonathan.
Koperasi yang berbasis di Surabaya ini juga aktif menggandeng institusi akademik, termasuk Universitas Gadjah Mada, untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Salah satu hasilnya adalah lonjakan hasil panen tebu dari 120 ton menjadi 200 ton per hektar. Mereka juga tengah membangun dua pabrik baru di Agam dan Banyuwangi untuk memperluas kapasitas produksi.
Langkah-langkah ini menjadikan Koperasi Kana sebagai salah satu koperasi yang dinilai layak menjadi contoh nasional. Dalam Rapat Anggota Tahunan 2025, Koperasi Kana mendapat sorotan karena dianggap mampu menunjukkan arah baru bagi koperasi masa depan yang berkelanjutan dan berorientasi ekspor.
Keberhasilan Koperasi Kana di kancah internasional juga menjadi cerminan kekuatan brand lokal jika dikelola secara strategis. Produk-produk seperti Shaucha berhasil menarik perhatian dalam pameran Foodex 2024 di Jepang.