Bisnis.com, JAKARTA - Menyantap sambal sudah menjadi budaya yang dilakukan masyarakat Indonesia secara turun-temurun.
Kegiatan bersantap pun seakan tak lengkap tanpa kehadiran sambal di atas meja. Kendati terlihat sederhana, tidak semua orang bisa membuat sambal nan makyus. Proses pembuatan pun memakan waktu jika dilakukan secara tradisional alias menggunakan ulekan.
Fenomena ini ternyata disambut sebagai peluang bisnis oleh beberapa pelaku usaha. Mereka mengusung sambal khas nusantara yang dikemas secara modern. Produk sambal kemasan tersebut ternyata diburu oleh konsumen, khususnya ibu rumah tangga, karena praktis sekaligus enak. Tak heran, pelaku usaha sukses mendulang rupiah dari pedasnya sambal kemasan.
Salah satu pebisnis yang sukses meraup untung dari usaha sambal kemasan adalah MV Dominique Alexandra. Mengusung merek Sambel De Binyos, dia menjalankan bisnisnya dengan suami dan teman yakni Renggo Adjie dan Jerry Jacob sejak akhir 2013.
Latar belakang Dominique memproduksi sambal rumahan bermula karena kesulitan menemukan kuliner khas dari Menado di Jakarta, yaitu sambal roa. Berbeda dengan sambal lain, sambal roa terbuat dari campuran cabai, bumbu, dan ikan roa yang hanya hidup di perairan di sekitar Sulawesi Utara dan Maluku.
Dia mengaku pernah beberapa kali membeli sambel roa yang ada di pasaran, tetapi rasanya kurang pas dengan selera. Karen itu, dia ingin membuat sambal roa dengan resepnya sendiri. Setelah jadi, rasa sambal roa buatan Dominique benar-benar lezat. “Saya menawarkan sambal roa ke keluarga dan teman-teman. Ternyata, mereka suka dan mendorong saya untuk menjualnya,” ujar perempuan yang hobi memasak ini.
Keinginan Dominique membuat sambal roa tak berjalan mulus lantaran bahan baku ikan roa tak didapatkan di pasar di Ibukota. Karena itu, dia memesan ikan roa langsung dari nelayan yang ada di Manado. Spesies ikan roa merupakan satwa endemik yang hidup di perairan sekitar Sulawesi Utara dan Maluku. Agar rasanya makin mantap, dia juga memesan cabai dan jeruk lemon dari petani di Manado.
Sambal De Binyos memiliki empat varian, yaitu sambal roa, sambal roa pete, sambal rica, dan sambal rica pete. Keunggulan Sambal De Binyos, sambungnya, bukan cuma kaya rasa. Lebih dari itu, dia hanya menggunakan bahan-bahan segar dan menjaga proses produksi agar tetap higienis.
Alhasil, dia tak menambahkan pengawet, penyedap rasa, dan garam yang berlebihan ke dalam sambal. Tak heran, Sambal De Binyos hanya tahan sekitar 4—5 hari di suhu ruang dan 2 bulan jika disimpan di dalam lemari es. “Kami menggunakan jasa pengiriman sehari sampai sehingga kesegaran sambal bisa langsung dinikmati oleh konsumen.”
Dominique dan rekannya memasarkan Sambal De Binyos dari mulut ke mulut. Selain itu, mereka juga memanfaatkan akun media sosial untuk memperluas pasar. Strategi ini ternyata berhasil menarik perhatian konsumen. Dari hanya teman dan keluarga, Dominique kini mendapat pesanan dari berbagai daerah a.l. Jabodetabek, Bali, Bandung, Surabaya, hingga Pontianak.
Banyaknya pesanan dari konsumen tak ayal membuat Dominique harus bekerja ekstra keras di dapur. Maklum, dia mengolah sendiri sambal roa De Binyos. Mulai dari mengolah ikan, menumis bumbu, hingga mengemas sambal ke dalam toples. Jumlah kapasitas produksi pun naik signifikan. Jika dulu dia hanya membuat 5—10 toples, kini Dominique mampu memproduksi 200 toples sambal roa setiap hari.
Harga Sambal De Binyos dibanderol mulai dari Rp22.500—Rp25.000 untuk sambal rica dan Rp60.000—Rp70.000 untuk varian sambal roa. Margin keuntungan yang didapat dari bisnis ini berkisar 40%—50%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
