Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Crowd Innovation untuk Pembelajaran Massal

Fenomena Gangnam Style, dan kini Harlem Shake, menegaskan kembali fenomena budaya pop global atau geocentric orientation yakni seluruh dunia adalah pasar potensial yang bisa dikembangkan dan berintegrasi menciptakan selera bersama. (Keegan, 2013).

Fenomena Gangnam Style, dan kini Harlem Shake, menegaskan kembali fenomena budaya pop global atau geocentric orientation yakni seluruh dunia adalah pasar potensial yang bisa dikembangkan dan berintegrasi menciptakan selera bersama. (Keegan, 2013).

Ini salah satu berkah dari web video youtube yang mampu menularkan proses pembelajaran tarian secara cepat dan masif. Chris Anderson, kurator TED Conference sejak 2002, pertama kali mempopulerkan istilah crowd accelerate innovation (http://www.ted.com). Artinya, kerumunan yang mengakselerasi inovasi lewat siklus pembelajaran yang mendukung diri sendiri (a self-fueling cycle of learning). "Fenomena ini sama pentingnya sebagaimana penemuan mesin cetak," kata Chris.

Artinya, setiap orang kini bisa memiliki keahlian gerakan tari yang mumpuni dari cuma belajar dengan melihat web video (youtube). Seorang mavern (istilah Malcom Gladwell untuk orang bijak lestari) dapat terlahir setiap saat. Inovasi tercipta dari interaksi antarindividu dan antarkelompok. Tidak penting siapa individu atau dari mana dia berasal. Persis yang dikatakan Chris Anderson, lewat fenomena Long Tail. Ada Demokratisasi alat produksi dan channel distribusi di dunia maya.

Proses tahapan DNA inovasi yang dimulai dari questioning, observing, experimenting, networking, dan connecting dapat dipercepat melalui crowd innovation dari dunia maya.

Inovasi tercipta dari interaksi antarindividu dan antarkelompok.

Ada tiga tahapan dari crowd accelerate innovation.

Pertama, mengundang crowd (kerumuman yang memiliki minat yang sama khususnya tarian). Semakin besar crowd semakin besar potensi inovasi. Tapi yang lebih penting kerumunan tersebut menciptakan ekosistem.

Kedua, nyalakan hasrat untuk berinteraksi.

Ketiga, ada hasrat yang kuat untuk berinovasi. Jadi urutannya, menurut Chris, undang kerumunan (invite the crowd), Let in the light, and dial up the desire.

Contoh konkret fenomen ini adalah sebagaimana dilakukan Jonathan Chu, sineas, yang merekrut pedansa-pedansa terbaik dari Youtube dan membentuk kelompok The League of Extraordinary Dancers (LXD). Penari-penari ini belajar dari web video, tapi kemudian menjadi penari jempolan sehingga bisa tampil di Piala Oscar 2010.

Sebelum Harlem Shake, ada fenomena global tarian Gangnam Style. Di Youtube aksi goyang PSY sudah ditonton lebih dari 1 miliar pengunjung (per Desember 2012). Tidak ada kursus Gangnam Style, PSY lah tutor di dunia maya bagi penonton di seluruh dunia tergerak belajar gerakannya. PSY kemudian mendadak tersohor bahkan tampil pada perayaan menyambut Tahun Baru 2013 di Time Square New York.

Kegiatan brand activation sejumlah brand melalui flash mob di berbagai belahan dunia menggunakan fenomena serupa, crowd accelerate innovation. Contohnya, kampanye T-Mobile di Liverpool Street Stasion dan tarian Beyonce.

Kegiatan brand activation sejumlah brand melalui flash mob di berbagai belahan dunia menggunakan fenomena serupa, crowd accelerate innovation

Di Indonesia ada aksi flash mob Mizone pada 10 Oktober 2010 yang melibatkan 1.000 penari di acara Car Free Day di Jalan Thamrin-Sudirman. Dalam proses persiapan, panitia tidak hanya melakukan latihan bersama secara langsung, tapi mereka juga mengunduh video tutorial tarian ala Mizone sebagai sarana belajar di rumah.

Aksi unik Polisi Gorontalo Briptu Norman Kamaru yang menari ala Shah Rukh Khan tentu dipelajari dari Youtube. Merasa yakin dengan potensinya, Briptu Norman kemudian memilih keluar dari Kepolisian dan menjadi selebritis.

INOVASI KONTEN

Selain web video, internet juga menyediakan ruang berlimpah untuk berinovasi lewat web content. Content generated user, setiap tahun kini semakin populer. Porter menyebutnya creating shared value. 

Pasalnya, ada 63 juta orang pengguna Internet atau 25% dari total populasi Indonesia (248 juta orang). Jumlah ini terus bertambah sejalan dengan penetrasi Internet. Saat ini, setiap individu (bukan hanya institusi) bisa mengenerate content atau menjadi produsen konten.

Potensi nilai perdagangan Internet sendiri mencapaiRp300 triliun/tahun. Nilai transaksi bisnis online 2012 mencapai Rp126 triliun. Volume e-money 9,87 juta transaksi senilai Rp1,48 triliun (Feb 2013). Penerbit e-money saat ini mencapai 13 bank dan perusahaan. Formatnya bisa berupa flazz, BRIZZI,e-toll, dan kartu Trans Jakarta. Secara cepat, publik sedang menuju masyarakat tanpa uang tunai (less cash society).

Di ranah media sosial, pengguna facebook di republik ini mencapai 50 juta orang (keempat setelah AS, Brasil, dan India per Nov 2012). Pengguna Twitter juga luar biasa 29,4 juta (kelima setelah AS, Brasil, Jepang, dan Inggris).

Harapannya, tingginya angka pengguna internet-media social, dan potensi ekonomi di Indonesia berkolerasi positif dengan tingginya inovasi di kalangan muda. Semoga...

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Endy Subiantoro
Editor : Others
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper